Sekarang hari Minggu. Aurin sedang free dan ga ada kelas. Diri nya masih bergelung manja pada kasur kesayangan nya. Ditambah pula cuaca nya agak dingin. Aurin sudah berniat tidak akan keluar kamar hingga sore tiba, badan nya terlalu malas untuk sekedar mandi ataupun makan. Di hari libur nya ini--akan ia puaskan dengan kasur dan guling tercinta nya, sebelum menghadapi hari esok. Hari Senin!!
Sedangkan Shena, ia sudah berada di luar rumah untuk mencari sarapan. Tujuan nya kali ini bubur ayam, Shena kepengen. Kira-kira kapan, ya, terakhir kali ia memakan bubur? Sudah lama sekali!! Terakhir memakan nya saat ia sakit. Itu juga di suapin oleh Bibi.
Satu porsi bubur ayam sudah berada di tangan Shena. Ia akan segera pulang lalu melahap nya. Perut nya sudah keroncongan sedari jam 4 pagi tadi--sebab ia begadang!! Tanpa di dopping dengan cemilan. Nyiksa!! Tapi Shena belum membeli stok cemilan. Ya, sudah lah..
Tapi.. agak nya Shena melupakan sesuatu. Apa, ya?
Pagar sudah ia tutup--namun yang ini tak perlu ia khawatir-kan lagi sebab Shena sudah arah balik. Keran air sudah mati, bahkan Shena belum menyentuh nya sedari pagi. Atau kompor? Shena tak pernah memegang kompor!! Menyalakan saja tak pernah!!
Aurin!!
Shena melupakan nya!!
Seharusnya Shena membeli dua porsi, satu untuk nya dan satu lagi untuk Aurin. Ia yakin kalau Aurin belum sarapan--karena Aurin belum menunjukkan batang hidung nya di pagi ini. Kamar nya juga masih di tutup, atau bahkan di kunci.
Shena segera membalikkan badan nya, ia berjalan ke tukang bubur itu lagi. Padahal sudah setengah jalan untuk sampai di rumah Omah!! Tapi nggak apa, daripada hari ini Aurin tidak sarapan.
***
Tok! Tok! Tok!
"Rin, sarapan dulu. Saya beli bubur ayam."
Tak ada sahutan. Tapi Shena masih setia menunggu di depan kamar Aurin, ia akan menunggu sampai beberapa detik kedepan. Mungkin saja Aurin tak langsung menjawab nya karena sedang mengumpulkan nyawa.
Hingga beberapa detik, bahkan sudah 1 menit. Shena kunjung tak dapat sahutan.
"Rin!! Bangun!! Ayo, sarapan dulu!!" Kali ini teriakan nya lebih besar, ketukan di pintu pun Shena ketuk lebih kencang.
"Sebentar!!"
Nah.
"Saya tunggu di meja makan."
Itu kalimat terakhir Shena sebelum kedua nya sudah berkumpul di meja makan. Kedua nya masih diam-diaman. Belum ada topik. Canggung. Malu. Sekian lama ga bertemu, sekarang harus di pertemukan lagi. Di pertemukan nya satu rumah pula!!
Hingga makanan mereka tandas, tak ada satu katapun yang keluar. Deru napas atau tegukan saja dapat terdengar. Aurin ga betah. Kalau bisa, ia ingin cepat-cepat pergi dari ruangan ini, tapi tak enak sama Shena.
"Saya keluar dulu, baliknya sore. Nggak apa 'kan?"
"Eh! Iya, gapapa. Mau kemana emang?" Kikuk Aurin. Aurin sempat tersentak tadi, karena pertanyaan Shena yang keluar tiba-tiba. Lamunan nya buyar!!
"Cafe Ayah, saya jadi barista disana. Lain kali mampir, ya!!" Ucap Shena sumringah. Senyum nya terpatri dengan satu lesung pipi di bagian kanan.
Aurin tertegun. Sudah lama.. sudah lama ia tak melihat senyuman itu. Rasa nya asing. Dan.. Aurin sedikit rindu dengan senyuman itu.
"Iya!! Nanti aku mampir." Aurin turut tersenyum.
"Saya pergi."
Sebelum Shena melenggang pergi, ia sempatkan untuk mengusap kepala Aurin. Aurin tertegun untuk kesekian kali nya!! Cara mengusap nya lembut dan ringan. Aurin suka. Aurin nyaman. Bisakah Aurin mendapatkan perlakuan seperti itu setiap hari? Tentu--harus Shena yang melakukan nya.
***
Aurin sakau!! Saat ini diri nya termenung di teras, menatap bonsai kecil yang berada di hadapan nya. Perkara Shena mengusap kepala nya tadi--ternyata efek nya begitu besar. Aurin masih merinding. Bukan merinding karena geli!! Tapi.. Syok. Syok nya juga bukan karena risih!! Diri nya sangat amat senang di perlakukan seperti itu. Sebagian diri nya menghangat. Pipi nya juga agak memanas!!
Aurin tidak mengerti apa yang terjadi dengan diri nya. Masih sulit untuk ia pahami. Ia butuh waktu, entah itu lama atau sebentar.
Tangan nya bergerak mengambil semprotan air yang berada di meja, lalu menyemprot nya ke arah bonsai itu. Entah siapa yang membeli bonsai ini. Bonsai memang bisa hidup sampai bertahun-tahun, namun perawatan nya cukup sulit. Itu yang Aurin tau.
Kalau bonsai yang berada di hadapan nya mati. Ya, sudah.. Aurin tak terlalu peduli. Toh, diri nya tak serajin dan seniat itu untuk merawat tanaman kecil ini. Ia lebih mementingkan tugas kuliah nya. Apalagi jika ada praktek atau ujian dadakan!!
Ting!
Satu notif masuk ke Hp nya. Tumben pagi-pagi begini? Dari teman kuliah nya sudah pasti tak mungkin. Teman kuliah nya itu kebo. Jika free--tidak ada kelas, tak akan bangun dari pagi ke pagi lagi. Tak beda jauh dengan Aurin.
Dengan cepat Aurin menyambar gadget nya. Ternyata dari Shena!! Setelah di baca, isi pesan nya tak terlalu penting, tapi menarik!!
[ Kamu masih suka novel 'kan? Di cafe tempat kerja saya ada satu rak novel. Kemari, siapa tau lagi berminat membaca. Haha~ ]
[ Oke, deh. Otw!! Tapi harus kamu, ya, yang melayani aku!! ]
[ Sip. ]
Aurin bergegas untuk mandi dan siap-siap. Pakaian yang akan di gunakan nya kali ini terlihat simple. Meski simple--ia harus tetap wangi dan rapih. Pakaian tidak boleh kusut!! Dan aroma badan juga tak boleh bau!! Sedari dulu Aurin selalu menerapkan seperti itu. Didikan dari Mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shena & Aurin
Teen FictionKisah Shena dan Aurin kembali dimulai saat keduanya tinggal satu atap. Keduanya kembali mengingat masa lalu dan belajar menemukan titik terang. b= Shena f= Aurin Perhatiann!! -Cerita ini murni karya saya, jika ada kesamaan terhadap cerita lain itu...