#part_01

101 5 0
                                    

Hari yang begitu cerah, saat ini seorang gadis cantik yang bernama Aisyah sedang duduk di taman.

Nur Aisyah Salsabila, gadis yang berkulit putih, memiliki hidung yang mancung, alis yang tebal, dan tersusun dengan rapi, serta bulu mata yang lentik. Banyak kaum Adam yang tergila-gila padanya.

Aisyah memiliki sifat agak bar-bar, suka senyum, dan suka menang sendiri.

"Cuacanya cerah banget hari ini, secerah hatiku," gumam Aisyah, sambil senyum-senyum sendiri.

"Ai!" panggil seseorang dari belakang, sembari menepuk pundak Aisyah, sehingga membuat Aisyah terperanjat, dan dia membalikkan badannya ke belakang untuk mengahadap orang tersebut.

"Nisa," kaget Aisyah.

Annisa Fitri, kerap di panggil Nisa. Dia adalah teman dekatnya Aisyah, bisa di bilang sahabat.
Nisa memiliki karakter sifat yang bobrok, jail, kadang peka, kadang nggak.

"Aish, kamu ngapain ada di sini? Orang kita mau pergi ke kajian juga," omel Nisa.

"Aduh, Nis, kok kamu jadi ngomel-ngomel gini? Emang kajiannya mulai jam berapa?" tanya Aisyah.

"Jam 9, Aisyah! Ini udah jam 08.30, bentar lagi mau mulai, ayok!" desak Nisa.

"Huft, iya deh, iya," sahut Aisyah sambil memutar bola matanya malas.

Mereka pun berangkat menuju ke tempat kajian dengan berjalan kaki, yang jaraknya tak jauh dari taman tadi.

"Ohiya, Ai, aku dengar dari orang-orang, sih, katanya Ustadz yang bakal ceramah di kajian ini, Ustadznya ganteng loh," ujar Nisa.

"Terus, kenapa masalahnya?" tanya Aisyah polos.

"Emang setampan apa, sih, Ustadznya? Aku jadi penasaran. Siapa tau jodoh, sholawatin aja dulu!" jawab Nisa.

"Yailah, Nisa. Kamu tu sebenarnya niat ke kajian itu mau menuntut ilmu, atau cuman mau ngeliat Ustadznya doang, sih?" tanya Aisyah lagi.

"Ya, mau menuntut ilmu lah, Ai, tapi 30% ada niat mau ngeliatin Ustadznya juga, sih," sahut Nisa sambil nyengir kuda. Aisyah pun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, mendengar perkataan sahabatnya itu.

***

Kini, mereka berdua sudah sampai di tempat kajian.

Saat ingin masuk, tiba-tiba ...

Bugh!

Kepala Aisyah tidak sengaja tersandung dengan bahu pria yang menggunakan baju koko, dan tak lupa juga pecinya.

"Adduh," rengek Aisyah, sambil memegang kepalanya.

"Afwan, saya tidak sengaja," ucap laki-laki tersebut.

"Iya, tidak apa ...." ucapan Aisyah terpotong saat melihat laki-laki yang berdiri di hadapannya.

"Loh, Kak Fajar? Kak Fajar kok, bisa ada di sini?" tanya Aisyah.

Ya, laki-laki itu bernama Fajar. Dulu, Fajar adalah Kakak kelasnya Aisyah. Fajar memiliki sifat yang dingin, cuek, dan salah satunya yang membuat Aisyah menyukainya adalah, Fajar menjaga pandangan dari yang bukan mahramnya. Itu yang membuat Aisyah sangat menyukai laki-laki tersebut. Selain sifatnya yang dingin dan cuek, Fajar juga terlihat sangat tampan, dan ia mempunyai gigi putih dan tersusun rapi, alis yang tebal, hidung yang mancung, bibir yang pink, karna tidak pernah tersentuh oleh rokok. Hanya saja, wajahnya yang datar itu membuat dia terlihat meyakinkan. Namun, itu malah menambah kewibawaannya.

"Afwan, anti siapa?" tanya Fajar kebingungan.

"Ish, Kakak lupa, ya, sama aku? Aku ini 'kan Aisyah, Adik kelas Kakak dulu yang paling terimut, terus yang paling cantik gitu, loh," jelas Aisyah sambil terkekeh.

Fajar terlihat menggaruk kepalanya yang tak gatal, sedangkan Nisa, dia malah terus menatap wajah Fajar tanpa berkedip dengan mulut terbuka.

"Afwan, saya lupa!" ucap Fajar, membuat Aisyah mendengus kesal.

"Yailah Kakak, kok bisa lupa, sih?" tanya Aisyah.

"Ohiya, ya, dulu 'kan Kak Fajar manggil akunya Salsa, bukan Aisyah, pantesan daritadi dia bengong mulu!" gumam Aisyah.

"Emm, aku Salsa, Kak. Nama panjang aku itu Nur Aisyah Salsabila," jelas Aisyah.

"Oh, Salsa? Cewek yang paling bar-bar di kelas 11 waktu itu 'kan?" balas Fajar.

"Nah, itu tau! Eh, tapi tunggu, kok paling bar-bar, sih? Enggak juga kalee," sahut Aisyah dengan wajah kesal.

"Ooh," cuek Fajar.

"Ya sudah saya mau ke dalam dulu," pamit Fajar.

"Ngapain ke dalam?" tanya Aisyah.

"Ustadz Fajar!" panggil seseorang dari kejauhan sambil berjalan mendekati kami.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ustadz," ucap salam orang itu.

'Hah? Ustadz?' batin Aisyah.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Fajar sambil tersenyum manis.

"Ustadz kapan sampainya? Yuk, masuk. Para jamaah sudah nungguin Ustadz di dalam," ujar laki-laki itu.

"Tunggu, Pak! Maksud Bapak, Fajar ini Ustadz di sini? Emm, maksud saya, penceramah di sini?" tanya Aisyah.

"Iya, Neng, Ustadz Fajar beliau yang akan mengisi pengajian di kajian ini," jawab laki-laki itu.

"Neng, kenal sama Ustadz Fajar?" sambungnya.

"I--iyaa, Pak, Ustadz Fajar ini Kakak kelas saya dulu," jelas Aisyah.

"Oh, gitu."

"Ya sudah Ustadz, mari kita ke dalam," ajak laki-laki itu.

"Iya."

'Oh, jadi Kak Fajar sekarang udah jadi Ustadz. Aaaa, udah ganteng, baik, sholeh, Ustadz lagi. Bismillah, semoga jodoh,' batin Aisyah senang.

"Nis!" panggil Aisyah membuyarkan lamunan Nisa, karna daritadi Nisa terus melamun sambil memandang Fajar.

"Ngapain ngelamun gitu? Udah masuk, yuk! Kajiannya udah mulai," ajak Aisyah.

"Eh, Ai, cowok tadi itu namanya siapa?" tanya Nisa.

"Dia?" Nisa mengangguk.

"Dia itu, calon misua aku," jawab Aisyah sambil terkekeh.

"Misua? Apaan tuh?" tanya Nisa lagi.

"Suami," jawab Aisyah sambil menekan kata 'suami.'

"Hah? Yang benar kamu? Dih, nih anak main nikah-nikah aja, lulus sekolah aja belum," omel Nisa.

"Astaghfirullah, Nisa, Nisa, gak salahnya 'kan aku bilang gitu, siapa tau qabul," balas Aisyah sambil nyengir kuda.

"Buat aku aja, ya, cowok yang tadi," pinta Nisa sambil memanyunkan bibirnya.

"Enggak, gak, dan gak! Itu buat aku aja, udah ah, males debat sama kamu, pake ngerebutin cowok segala lagi," cuek Aisyah.

"Mending kita masuk, abis itu dengerin ceramahnya, itu udah mulai, ayok!" sambungnya sambil menarik tangan Nisa.

"Iya, sabar dikit napa?"

***

***

Satu jam lamanya, kini acara kajian pun telah selesai dan semuanya berjalan dengan lancar. Setelah pulang dari kajian, Aisyah dan Nisa pulang ke rumah mereka masing-masing.

"Assalamu'alaikum," salam Aisyah sambil memasuki rumah.

"Wa'alaikumussalam," jawab Umi Linda, Uminya Aisyah.

"Eh, anak Umi udah pulang." Aisyah menci*m punggung tangan sang Umi, sebagai tanda bakti seorang anak kepada orang tuanya.

"Gimana acara kajian tadi, Nak?" tanya Umi Linda.

"Alhamdulillah, baik, Mi," jawab Aisyah.

"Oh, gitu, ya sudah kamu makan dulu, gih! Kebetulan Abi juga lagi makan tuh," seru Umi.

"Na'am, Mi."

Bersambung ...

AISYAH★Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang