#part_03

31 6 0
                                    


Keesokan harinya.

Aisyah dan Abinya kini sedang berada di perjalanan menuju ke tempat bimbel.

"Nak, ingat apa kata Abi. Kamu nanti kalo bimbel, belajarnya yang fokus! Jangan asik ngeliatin Ustadz Azam terus," pesan Abi sambil menyetir
mobil dengan mata yang melihat ke arah jalanan.

"Iya, Abi tenang aja. Aisyah bakal jaga mata sama jaga diri Aisyah juga. Gak mungkin kali, Aisyah ngelirik Ustadz Azam terus, takutnya nanti dia baper," jelas Aisyah.

"Gak mungkin Azam baper sama kamu. Azam itu orangnya pendiam, dingin, cuek. Gak kayak kamu," ketus Abi.

"Ish, Abi mah gitu," ucap Aisyah cemberut.

"Iya, iya, Abi minta maaf. Abi itu cuman bercanda doang," sahut Abi.

****

10 menit lamanya, mereka pun sudah sampai di tempat bimbel.

Abi berjalan mendekati seorang pria yang sedang duduk di sebuah kursi sambil melantunkan ayat suci Al Qur'an, membuat Aisyah kagum dengan sosok pria itu.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Azam," salam Abi Farhan.

'Hah? Azam? Jadi, cowok ini Ustadz Azam? Masya Allah, ganteng banget!' batin Aisyah senang.

Ya, laki-laki itu adalah Azam. Seperti yang Abi Farhan katakan, Ustadz Azam memiliki sifat yang dingin, cuek, pendiam. Namun, dia sangatlah tampan, kulit yang putih, hidung yang mancung seperti orang arab, mata yang indah, wajah yang bersinar. Membuat Aisyah terpesona dengannya.

Degh!

Jantung Aisyah saat ini berdetak dengan sangat cepat, tidak seperti biasanya! Dia tidak bisa mengendalikan detak jantungnya, bahkan saat ini dia merasa tidak bisa bernafas. Benar-benar sangat gugup rasanya ketika pertama kali bertemu dengan Ustadz Azam.

Apakah ini pertanda cinta? Tidak tau. Aisyah sama sekali tidak memikirkan perasaannya. Dia hanya mengendalikan detak jantungnya yang berdetak tidak karuan itu, agar tidak ceplos sana-sini, ketika berbicara dengan laki-laki yang ada di hadapannya.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Ustadz Azam sambil tersenyum kepada Abinya Aisyah. Ustadz Azam pun menutup Al Qur'an yang barusan tadi dia baca.

'Ya Allah, senyumnya manis banget. Meleleh aku, Mas!' batin Aisyah.

"Om Farhan, ya?" tanya Ustadz Azam sambil menunjuk ke arah Abi Farhan.

"Iya, Zam, saya Farhan," jawab Abi.

"Ohiya, Abi kamu ada di dalam?" tanya Abi.

"Ada kok, Om. Om masuk aja dulu, biar entar Azam panggilin Abi," jawab Ustadz Azam.

"Masya Allah, terimakasih, ya, Nak," ucap Abi.

Kami berdua pun masuk ke dalam rumahnya Ustadz Rayhan, Abinya Ustadz Azam.

"Silakan duduk, Om! Azam panggilin Abinya sebentar, ya." Abi Farhan mengangguk.

Tak butuh waktu lama, Ustadz Rayhan keluar dari kamar dan langsung memeluk Abi. Tidak lupa juga, Aisyah menci*m punggung tangan Ustadz Rayhan.

"Ehh, ini Aisyah, ya?" tanya Ustadz Rayhan tersenyum sambil menunjuk ke arah Aisyah.

"Iya. Ini anak ane, Ray," jawab Abi.

Kok, Abi Farhan kenal sama Abinya Ustadz Azam? Ya, karna Abi Aisyah dulu teman sekaligus sahabat Ustadz Rayhan mulai dari sekolah mondok dulu.
Ustadz Rayhan di panggil Ustadz itu, karna beliau mengajar di salah satu pondok pesantren yang ada di dekat rumahnya.

"Cantik banget anak ente, ya, Han," puji Ustadz Rayhan, membuat Aisyah tersenyum kikuk.

'Duh, di puji calon mertua nih,' batin Aisyah senang.

"Ente bisa aja, anak ente juga ganteng kali," puji Abi balik.

"Ente juga bisa aja! Ohiya, anak ente jadi mau ikut bimbel?" tanya Ustadz Rayhan.

"In Syaa Allah jadi, Ray," jawab Abi.

"Oh, baguslah kalo begitu."

Ustadz Azam pun hanya duduk manis mendengarkan percakapan antara Abi Farhan dan Ustadz Rayhan. Begitu pula dengan Aisyah yang duduk di samping Abinya, sambil mendengarkan omongan ke 2 laki-laki itu.

Dia benar-benar bingung, apa yang harus ia lakukan sekarang? Lebih baik mendengarkan pembicaraan Abinya dengan Ustadz Rayhan, itu sepertinya lebih asik.

Sekali-kali, Aisyah melirik ke arah Ustadz Azam. Namun yang di lirik, malah menundukkan kepalanya, membuat Aisyah tidak bisa melihat wajahnya yang tampan itu.

Sekali-kali, dia melihat jam, dan sekarang sudah jam 2 kurang 5 menit. Oke, sebentar lagi jam 2.

"Duh, kapan mulai bimbelnya, sih?" gumam Aisyah sembari menghembuskan nafas gusar, karna dia benar-benar sangat bosan.

5 menit pun berlalu, dan sekarang waktunya jam menunjukkan pukul 02.00.

"Ohiya, ini bimbelnya udah mau mulai, pasti banyak yang nungguin. Zam, kamu bawa gih, Aisyah ke ruangan!" titah Ustadz Rayhan.

Maksud ruangan di sini itu, ruangan bimbel, ya. Jadi, Ustadz Rayhan menyediakan ruangan khusus untuk anaknya, Ustadz Azam, agar bisa mengajar ke orang-orang yang ingin belajar, khususnya belajar ilmu agama.

'Hah, apa-apa?' batin Aisyah kaget.

Senang? Jelas. Aisyah sangat senang, kala Ustadz Rayhan menyuruh Ustadz Azam untuk membawanya ke ruangan bimbel. Namun, perasaan gugup tak lupa juga menyelimuti Aisyah, dia benar-benar sangat gugup. Tidak bisa membayangkan, gimana rasanya berjalan berdua dengan Ustadz Azam.

"Baik, Bi. Ya sudah Azam pamit dulu, ya." Ustadz Azam menci*m punggung tangan Ustadz Rayhan dan Abi Farhan dengan hormat, begitu juga dengan Aisyah.

Ustadz Azam berjalan terlebih dahulu, di ikuti dengan Aisyah yang berjalan di belakang Azam.

Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut mereka, maksudnya tidak ada pembicaraan, hanya ada keheningan selama menuju ruangan bimbel.

Sesampainya di ruangan.

"Assalamu'alaikum," salam Aisyah dan Azam saat memasuki ruangan.

"Wa'alaikumussalam," jawab mereka serempak. Semua pandangan kini menuju ke arah mereka berdua.

Aisyah melihat, banyak sekali orang yang mengikuti bimbel itu, kalo di perkirakan lebih dari 30 orang, dan semuanya perempuan, tidak ada yang laki-laki. Mulai dari yang muda, sekitar umur 14 tahunan sampai yang sudah tua, atau biasa yang kita sebut, Emak-emak.

Aisyah kali ini benar-benar sangat malu, karna daritadi dia terus di perhatikan semua orang. Aisyah pun mencoba menetralkan detak jantungnya.

"Aisyah!" panggil Ustadz Azam, membuat Aisyah terkejut.

'Hah? Ustadz Azam manggil aku? Ya Allah, meleleh hatiku, Mas, meleleh!' batin Aisyah.

"Hei, Aisyah!" panggil Ustadz Azam lagi, membuyarkan lamunan Aisyah.

"Eh, i--iya," jawab Aisyah terbata-bata.

"Kamu kenapa ngelamun? Sudah lah, kamu duduk di situ!" seru Ustadz Azam dengan nada dingin.

"Iya, Ustadz."

'Kok, dia bisa tau nama aku, ya? Perasaan daritadi 'kan, kita belum kenalan. Ah, udah ah, lupain aja. Izinkan aku meminjam namamu di sepertiga malamku, Ustadz' batin Aisyah.

Bersambung ...

AISYAH★Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang