Rindu Mencekik

300 38 2
                                    



Dengan kembalinya kaos dan surat itu maka kembali pula hidup Kirana seperti sebelumnya, hanya bisa mengagumi bintang di langit nan tinggi tanpa bisa menyentuhnya kembali. Bukankah sejak awal dia hanya fans biasa, lantas kenapa rasa sakitnya melampaui tingginya langit.

Di media sosial, ramai gosip bahwa Serly sudah punya pacar baru sesama artis, namun anehnya fans couple mereka tetap gagal move on. Mungkin karena Kadafi masih sendiri, tak terlihat dekat dengan siapa pun, sehingga para fans masih berharap mereka kembali bersama.

"Kamu ikutan gamon ya?" Rosa menyindir Kirana, dia melamun di depan laptop yang menampilkan halaman kosong.

"Tidak."

"Alah buktinya dari tadi gak ngetik apa pun, padahal niat awal mau nulis lamaran kerja. Ini hampir tiga minggu sejak kamu resign, dan kamu gak punya kerjaan pasti, hanya sambilan sana sini. Apalagi pekerjaan barumu yang aneh itu, kok bisa sih kamu terima job bersihin apartemen segala. Itu kerjaan babu, dan kamu tuh sarjana." Oceh Rosa yang selalu ceplas-ceplos.

"Ya gimana, aku kerja apa saja asal tetap bisa bertahan hidup di sini. Selama belum dapat kerjaan bagus, aku mau kerja apa saja yang penting halal." Sahut Kirana sambil mencoba kembali fokus.

"Iya aku tau, tapi apa gak ada kerjaan yang lebih bergengsi? Meskipun part time, tapi setidaknya kamu mikir kualitas dirimu juga."

"Tapi aku bersihin apartemen termewah dan termahal di kota ini, jadi bagiku itu bukan kerjaan hina. Siapa tau nanti aku bisa beli, atau aku dapat koneksi bagus." Sahut Kirana diakhiri dengan tawa cukup keras.

"Menghayal saja terus, emang sejak dulu hidupmu penuh dengan kehaluan. Apalagi mimpi menikah sama Kadafi, bulsit dah kamu tuh mempersulit hidup sendiri. Hidup saja terus kayak gitu sampai kamu sadar bahwa dunia ini tak seindah impianmu." Serobot Rosa mengejek namun hanya dibalas dengan senyum oleh Kirana, ia tahu Rosa memang seperti itu, jadi tidak perlu tersinggung.

"Terserah kamu mau ngomong apa, yang penting aku happy." cetus Kirana merasa percaya diri.

"Aneh kamu emang."

***

Selesai sidang skripsi Kadafi justru jauh lebih sibuk, persiapan untuk magang sebagai ko-as di salah satu rumah sakit membuat hari-harinya begitu sempit, bahkan untuk sekedar latihan vocal maupun manggung di hari libur pun kini tak sanggup. Tak apa, sementara ia akan fokus untuk mewujudkan impian maminya, menjadi dokter.

Kadafi menutup buku tebal bertuliskan Cardiovascular, lantas melihat sekeliling. Ya Tuhan, ia terperangah melihat apartemen yang dulunya begitu rapi dan bersih kini sangat berantakan. Tidak ada waktu untuk bersih-bersih, cleaning cervice yang biasanya datang pun tidak nampak batang hidupnya. Sudah seminggu apartemen Kadafi tidak dibersihkan, apalagi dia selalu sibuk bolak-balik antara kampus dan rumah sakit.

"Ternyata hidupku sudah jauh berubah. Aku tidak menyangka akan sesepi ini." Kadafi mendengus lelah.

Layar iPhone-nya menyala, sebuah pesan masuk dari salah satu wartawan yang dulu sering mengincar berita tentang Kadafi, namun sudah sebulan ini beliau tidak nampak aktif di media sosial.

Sebuah foto seorang gadis berambut lurus panjang nampak melihat seorang cowok ber-hoody hitam yang berjalan meninggalkannya. Tunggu, Kadafi menatap tajam foto itu dan ingatannya kembali pada tiga bulan lalu, pertemuan terakhir dengan Kirana. Di bawah foto itu tertulis caption, "Cinderella gagal mendapatkan pangeran."

Apa maksudnya?
Apa pun itu pikiran lelah Kadafi seketika hilang melihat foto itu.

"Bagaimana kabarmu, Kirana? Apa kamu sudah dapat kerja atau mungkin sudah dapat pacar?" Kadafi tersenyum memikirkan bagaimana reaksi gadis itu andai dia ada di depannya, pasti pipinya semerah udang.

Kehadiran Kirana cukup mengobati luka masa lalu Kadafi, meskipun jujur bayang-bayang Serly tak mudah terlepas begitu saja. Meskipun di luar sana Serly terus berupaya melupakan bahkan mencari pengganti, bahkan melukai puluhan kali pun, hati Kadafi tetap masih menyimpan maaf untuknya.

Tak lama kemudian telpon masuk, dari Serly, cukup membuat Kadafi kaget karena baru kali ini dia telpon setelah tiga Minggu putus.

Kadafi mengangkat telpon itu namun memilih diam, membiarkan Serly berbicara lebih dulu.

"Aku pikir setelah kita putus dan aku punya cowok baru, aku benar-benar bisa lepas darimu. Ternyata aku salah, lihat fans kamu di luar sana! Mereka berusaha membuat kita kembali bersama, sungguh aku sangat risih. Aku harap kamu klarifikasi dan bilang pada mereka semua bahwa kita sudah putus dan punya kehidupan sendiri-sendiri, atau bilang saja kalau kamu punya cewek, agar fans gamon itu segera pergi. Aku gak mau hubunganku dengan yang baru rusak hanya karena masa lalu kita. Kamu paham kan?" Serly nerocos begitu saja di ujung sana tanpa bertanya bagaimana kabar Kadafi atau setidaknya sedang apa dia.

Kadafi memilih diam mendengarkan, namun luka yang hampir sembuh itu tetiba terasa sakit lagi.

"Aku yakin dengan kamu punya pacar maka semua masalah ini selesai. Aku mohon untuk kali ini, berbohong pun tak apa. Aku tidak peduli ini masuk akal atau tidak, tapi aku hanya ingin sejauh mungkin lepas darimu."

Kadafi menahan napas sejenak, rasa perih itu nyaris kembali mencekiknya.

"Baik. Aku tahu itu."

"Baguslah!"

Dan telpon ditutup secara sepihak.

Kini Kadafi tertunduk mencoba menahan hati yang rasanya seperti diremas-remas itu.

Apa karena aku lelaki, hingga kamu pikir aku tidak akan terluka oleh semua sikapmu? Aku tidak tahu kesalahan apa yang kulakukan hingga sebenci itu kamu padaku. Rasa ini terlampau dalam, jangankan mencari penggantimu, melupakanmu pun aku belum sanggup.

Kadafi memukul meja di depannya dengan kesal.

***

Malam itu Kirana masih di depan layar laptop, media sosial sedikit lebih tenang, pun netizen bar-bar yang dulu begitu aktif menyerangnya kini jauh lebih berkurang. Namun entah kenapa hal itu justru semakin membuatnya kesepian. Ia hanya bisa mengulang-ulang lagu-lagu yang dinyanyikan Kadafi.

"Dengan cara apa lagi aku bisa bertemu denganmu? Rasanya semua alasan itu sudah hilang, apa mungkin masih ada kesempatan? Jika pun bertemu, kalimat apa yang bisa kukatakan? Apa aku harus bilang bahwa aku sangat rindu?"

Kirana memeluk kedua lututnya sambil meletakkan kepalanya di atas lutut. Rindu macam apa ini? Kenapa terasa begitu menyiksa.

Sapu tangan pemberian Kadafi masih ia simpan, hanya itu satu-satunya benda yang bisa membawanya bertemu Kadafi, tapi jika benda itu dikembalikan juga masih semua alasan bertemu sudah tidak ada lagi.

"Haaaa!!! Tuhan aku menyukainya, ini bukan perasaan seorang fans pada idolanya, tapi ini perasaan wanita pada seorang lelaki. Tapi? Tapi dia begitu jauh di atas sana, memandang sinarnya saja membuatku silau apalagi menyentuhnya. Apa aku harus hidup dengan cinta bodoh ini selamanya? Tuhan, sungguh jika memang tidak ada takdir, cabut saja rasa ini."

Kirana menangis, berteriak kesal pada dirinya sendiri. Jika saja ia tidak mengambil koas Serly, tidak bertemu Kadafi di acara meet and Great, maka semua rasa itu tidak akan tumbuh begitu dalam.

Aku rindu, rindu mencekik yang membuatnya nyaris seperti orang gila.


Happy Reading 🙏🥰





Terjebak Dalam Masalalumu ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang