Serpihan Luka

310 36 4
                                    

Setiap detik yang berlalu hari itu seolah mencekik leher Kirana dan Kadafi hingga begitu sulit untuk bernapas tenang. Desiran hati itu masih terus berkeliaran setiap kali mata mereka saling bertemu. Kecanggungan luar biasa yang membuat ruangan cukup luas itu terasa begitu sempit.

Apalagi setelah kejadian spontan itu tatapan Kadafi pada Kirana terasa berbeda, ada kehangatan di sana, pun terasa begitu dalam. Ya Tuhan, Kirana belum siap dengan semua ini, ia merasakan keringat dingin di sekujur tubuhnya.

"Pekerjaanku sudah selesai, aku akan segera pulang." Kata Kirana sambil mengambil alat pel yang sebelumnya ia bahwa, sungguh ia ingin segera lari dari sana sebelum jantungnya meledak.

Kadafi nampak menarik napas dan menarik tangan Kirana saat ia hendak melangkah pergi. Ya Tuhan, jantung Kirana benar-benar nyaris runtuh. Tatapan Kadafi saat itu benar-benar membuat sekujur tubuh Kirana kaku.

"Kenapa kamu tiba-tiba salah tingkah?" Tanya Kadafi yang masih memegang pergelangan tangan Kirana, membuat gadis itu nampak bingung.

"Apa kamu berfikir aku menyukaimu? Hanya karena ini?" Kadafi mengangkat tangan Kirana yang masih ia cengkeram erat.

Kirana terdiam menatap Kadafi nanar. Apa yang sudah terjadi beberapa detik yang lalu hingga semua berubah seketika? Tatapan hangat itu berubah dingin, juga pertanyaan itu, entah kenapa membuat hati Kirana terasa perih.

"Aku tahu kita belum lama kenal, tapi untuk menjadi sebuah rasa, itu sangat mustahil, terlalu cepat, dan aku bukan lelaki yang mudah berubah hanya karena terluka. Aku tidak mau kamu terlalu berharap, atau bahkan menganggap aku punya perasaan padamu." Kata Kadafi sambil menatap tajam Kirana.

Ya Tuhan ada apa ini? Baru saja ia ingin terbang saking bahagianya bisa bertemu kembali dengan Kadafi, tapi kenapa semua berubah begitu cepat? Mendadak mata Kirana terasa begitu panas.

"Apa maksudmu?" Tanya Kirana dengan suara parau.

Kadafi menarik napas berat, sambil melihat sesaat tangan Kirana yang masih ia cengkeram.

"Aku bukan lelaki baik seperti yang ada dalam pikiranmu, aku juga tahu kamu punya perasaan padaku lebih dari sekedar fans pada idolanya. Sebab itu aku ingin jujur padamu bahwa aku tidak punya perasaan apa-apa padamu, jadi jangan berharap lebih jika tidak ingin lebih kecewa dari ini."

Mata Kirana terasa perih dan tanpa sadar ia berkaca-kaca. Ia tidak tahu kenapa Kadafi tiba-tiba mengatakan semua itu, tapi jujur setiap kalimat yang ia katakan sangat menyakitkan meskipun  tidak kasar.

"Lalu, apa aku salah jika menyukaimu? Aku bahkan tidak pernah berharap perasaan ini akan terbalas, aku pun hanya diam menyimpan semua. Jika pun kamu tidak suka kamu tidak perlu mengatakan semua ini padaku, toh aku sadar diri kok, tidak mungkin aku berharap mendapat balasan. Aku tahu siapa diriku dan dari mana asalku." Sergah Kirana sambil berusaha melepas tangannya dari cengkeraman Kadafi.

Perlahan Kadafi melepas tangannya, namun tatapan dingin itu masih mengikat Kirana di sana.

Kirana mencoba menormalkan napasnya sambil mengusap airmata yang entah sejak kapan sudah meleleh.

"Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba kamu bersikap dingin, jika hanya karena perasaanku maka kamu tidak perlu khawatir. Aku hanya orang biasa, gadis miskin, dan tidak punya pekerjaan bagus, maka perasaanku tidak akan bisa mempengaruhi impianmu atau bahkan hidupmu."

Airmata Kirana membedah, dan Kadafi masih terdiam menatapnya.

"Jika kamu tidak suka memiliki penggemar sepertiku, seharusnya kamu bilang dari awal, agar aku tidak perlu seberjuang ini untuk bisa bertemu denganmu." Kata Kirana lalu melangkah pergi.

Entah pikiran apa yang sempat mengacau dan membuat gemuruh di hati Kadafi, tapi ia bersikap seperti itu bukan tanpa alasan. Ia tidak mau Kirana berharap lebih padanya, Kirana hanya tahu Kadafi dari TV, tidak pernah tahu kehidupan sesungguhnya Kadafi selama ini, dan perasaan yang Kirana miliki hanya sebatas kagum akan kelebihannya.

"Andai kamu tahu siapa diriku sebenarnya, mungkin kamu akan menyesal menyukaiku." Kata Kadafi dengan mata nanar menatap kepergian Kirana.

Kadafi menarik napas berat, sesungguhnya ia menyesal karena telah membuat Kirana menangis, tapi jika ia tidak segera mengambil sikap maka suatu saat penyesalan itu akan semakin dalam dan menghancurkan.

Selama ini tidak ada yang tahu bagaimana sosok sesungguhnya Kadafi selain Raka dan Serly, dan salah atau alasan Serly muak dan bosan dengannya pun juga karena kepribadian Kadafi yang tidak menyenangkan.

***

Kadafi melihat kepergian Kirana dari balik jendela apartemennya lantai sepuluh. Gadis itu nampak sesekali mengusap matanya, dan kelihatan sekali sangat kecewa hingga menoleh kebelakang pun tidak.

"Apa aku terlalu jahat untuk hal ini?" Gumam Kadafi, mulai merasa sedikit menyesal, namun berusaha ia kuatkan.

Ia ingat pertemuan pertama dengan Kirana, ingat saat memberinya sapu tangan, ingat saat bertemu di resto sampai menangis di hadapan Kirana, pun ingat saat mengambil kaos di kos gadis itu. Semua pertemuan itu sangat membekas, dan kalau boleh jujur Kadafi merasa nyaman di sana.

Hanya saja perasaan nyaman yang tubuh setelah terluka bukanlah rasa yang tulus.  Kadafi tahu bahwa hatinya sedang mencari tempat pelarian, dan kebetulan korban itu adalah Kirana. Jujur Kadafi tidak mau Kirana lebih terluka.

Mungkin saat ini Kirana kecewa, tapi itu lebih baik daripada terluka lebih parah di kemudian hari. Kadafi hanya butuh waktu dan jarak untuk mengobati rasa sakit tanpa harus mencari tempat pelarian.

Aku tidak ingin menjadikanmu tempat singgah sesaat, karena kamu gadis yang baik. Biarkan aku sembuhkan dulu luka dan masa lalu ini, sampai suatu saat aku memiliki hati yang benar-benar baru untuk kembali jatuh cinta. Jika saat itu datang, aku akan mencarimu. Semoga aku masih punya tempat di hatimu, Kirana. Maaf aku terlalu jahat untuk hal ini, karena aku tidak mau kamu merasakan apa yang kurasakan, ditipu oleh cinta.

Kadafi menarik napas yang terasa begitu berat sesak.

Ia hanya butuh waktu untuk kembali jatuh cinta, hanya butuh waktu untuk menyembuhkan diri sampai benar-benar siap menerima hati yang baru. Dia tipe lelaki seperti itu, karena lebih baik sendiri dan menepi daripada melukai hati yang lain.



Happy Reading 🙏
sampai di bab ini bagaimana perasaan dan harapan kalian saat membaca novel ini????

Terjebak Dalam Masalalumu ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang