[M] Amor Fati : Kumpulan One shot, Two Shot (KTH X LM)

Stigma

H
A
P
P
Y
.

R
E
A
D
I
N
G
.

°°°

SEORANG TAHANAN BERHASIL MELARIKAN DIRI DARI PENJARA JANGHEUNG, DINI HARI, HINGGA SAAT INI PETUGAS KEPOLISIAN MASIH BELUM MENEMUKAN TAHANAN YANG BERHASIL LOLOS, TAHANAN YANG KABUR MERUPAKAN TERPIDANA HUKUMAN MATI YANG AKAN DI EKSEKUSI PADA HARI INI, AK---

"Hah"

"Hah"

"Hah---uhukk!!"

Ia benar-benar sudah tidak peduli lagi, kapal pengangkut minyak illegal yang di tumpanginya benar-benar akan berhenti di sebuah pulau perbatasan antara Negaranya dan Jepang.

Sial!

Siaran radio yang di putar awak kapal  membuat jantungnya kembali bergemuruh---ia belum ingin mati.

"Hei Nak!"

Satu tepukan di bahu lebarnya benar-benar hampir membuat jantungnya menyentuh permukaan lantai kapal.

Mata gemetarnya enggan terangkat menatap pria paruh baya yang ternyata tengah menyodorkan satu bungkus kimbab segitiga padanya.

"Ambilah"

Perlahan kepala yang di tutupi topi baseball itu terangkat, menatap lekat pada kimbab di tangan pria dewasa di depannya "kau sepertinya membutuhkan ini"

Tangan gemetarnya terangkat meraih kimbab itu, tanpa basa basi setelah mengucapkan terimakasih kimbab itu lenyap kedalam mulut dengan bibir pucatnya.

Satu tepukan kembali ia rasakan di bahunya "kau yang di radio itu?" Kunyahannya terhenti, dengan gugup ia menunduk membenarkan kembali topi baseball di kepalanya, enggan menatap pria dewasa di sampingnya.

"Kau tidak perlu takut, semua orang punya alasan untuk bertahan hidup bukan, bahkan posisi kita disini sama" pria Dewasa itu tersenyum enggan, menarik resah lalu menghembuskan kalut nafasnya.

"Aku meninggalkan putri dan istriku di Yosu untuk melakukan pekerjaan ini, dimana mereka tidak pernah tau apapun, selalu menanti kehadiranku, menanti ayah dan suami yang baik, tanpa tau ayah dan suami baik ini kapan saja bisa tertangkap bahkan mati di manapun, kau tau, aku hanya bertahan hidup untuk mereka"

Ia menatap lekat pria dewasa di sampingnya, pria itu tersenyum "kau berandalan" lalu tertawa "bahkan usiamu belum mencapai setengah umurku, tapi kau sudah mendapat hukuman mati? Wah, anak muda zaman sekarang memang luar biasa"

Ia enggan membalas, memilih menatap kearah pulau, dimana mereka akan bersembunyi hingga pagi menjemput.

"Kau tidak ingin melaporkan ku?" Gumamnya.

Pria dewasa itu tertawa.

"Auh"

Memukul kepala terbungkus topi baseball "kau bodoh, kalau aku melaporkan mu, pekerjaan ku juga akan terancam, aku juga akan masuk penjara, ternyata masih ada buronan bodoh seperti mu"

Ia memutar bola matanya jengah, enggan membalas pria itu.

"Turunlah dan bantu aku mengeluarkan jerigen-jerigen ini"

Ia hanya menatap.

"Kau ingin aku meminta bayaranmu?"

Ia menatap dengan jengkel pria dewasa itu, berdiri dan membantu awak kapal mengangkut jerigen-jerigen yang penuh dengan minyak, dan---

Deg!!

Ini gila.

Ternyata jerigen-jerigen ini hanyalah kamuflase, kapal ini ternyata kapal para penyelundup Narkoba.