Bagian 2: Pertolongan Pertama

3.1K 225 3
                                    

Semua tentang kehidupan dan kematian berjalan beriringan menuju akhir yang tidak di ketahui

***


"Halo, namaku Alam."

Itu adalah sapaan yang cukup normal di telingaku. Tapi orang berpakaian jas lab ini tingginya hampir sama dengan ku dan sedikit membuatku bertanya-tanya, apa orang ini benar-benar dokter? Pasalnya, aku tidak pernah melihat dokter mengenakan jas lab saat bekerja kecuali di rumah sakit. Kenapa ia harus repot-repot mengenakan jas lab di rumahnya sendiri?

Aku bertemu dengan dokter ini saat suhu tubuhku berlipat ganda dan membuatku sangat pusing hingga tidak masuk sekolah selama beberapa hari. Aku tidak bisa mengatakan kalau aku ini memiliki daya tahan yang lemah tapi cuaca di sini sedikit berbeda. Aku sakit seperti ini mungkin salah satu bentuk dari adaptasi.

"Ini hanya demam biasa, jika sudah meminum obat dariku, besok kau bisa lari dengan kencang."

Aku hanya mengangguk untuk menanggapi perkataan Dokter itu.

Setelah menerima obat dan berjalan pulang, hebatnya perkataan dokter itu benar. Aku langsung sembuh dan tidak ada efek sampingnya sama sekali. Mungkin ini yang dinamakan sugesti dari dokter, tapi aku tidak begitu percaya dengan hal-hal seperti itu.

Aku sempat berpikir jika pertemuan ku dengan Dokter bernama Alam hanya sekali tapi, aku kembali bertemu dengannya. Saat pulang latihan aku mampir ke sebuah warteg karena di rumah tidak ada orang yang memasak, ketika itu aku bertemu Dr. Alam.

"Oh, Nak Adam."

"Siang Dok." Sapa ku balik.

"Panggil saja Alam. Umur kita tidak beda jauh."

"Sudah jelas umur kita berbeda 5 tahun."

Dr. Alam terawa sebelum memesan makanan dan duduk di sampingku.

"Apa penyakitmu sudah sembuh total?"

Aku memasukkan sesendok nasi dan mengunyahnya sebentar sebelum ku telan dan menjawab, "sudah seminggu berlalu Dok, penyakit ku sudah lama hilang."

Dokter kembali tertawa. Dia mulai bercerita tentang dirinya yang sebenarnya bukan seorang dokter. Aku langsung kaget dan hampir menelepon polisi tapi tindakan ku itu segera di hentikan Dokter dan ia menjelaskan kenapa ia bekerja sebagai dokter. Kalimatnya sederhana. Saking sederhananya, aku sampai menahan tawa tapi, aku sedikit mengerti apa yang ia katakan.

"Aku tidak ingin melihat orang lain mati. Aku ingin menolong banyak orang. Aku ingin menebus dosa-dosa ku di masa lalu."

Sejak saat itu kami mulai akrab dan aku sering berkunjung ke rumahnya yang menjadi tempat praktiknya. Dr. Alam tinggal sendiri di rumah kecil di penuhi obat-obatan. Terkadang aku membantunya menghitung suplai obat dan memasukkannya ke dalam lemari. Terkadang juga aku menjadi perawat gadungan di saat tempat praktiknya ramai pasien.

Aku belajar banyak dari Dr. Alam, walaupun aku tidak pandai dalam pengetahuan kesehatan ataupun berbau IPA, setidaknya aku paham pertolongan pertama seperti apa yang perlu aku lakukan jika ada pasien dengan sakit tertentu. Kadang aku juga memberi saran kesehatan ke para pasien. Saran itu juga awalnya dari Dr. Alam saat mengoceh tidak jelas.

"Intinya Adam, tidak ada penyakit yang tidak bisa kau sembuhkan. Jika kau pasrahkan penyakit pada waktu, penyakit akan semakin parah. Kita harus menjaga diri dan orang lain."

[Drop]Alchemist, Witch, Esper: Project Uniting [Battle Through The Sky]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang