Eps. 2

264 21 0
                                    

Bug!

"Ukh! Khk!" Sekuat tenaga kutahan rasa sakitnya setiap kali mereka menendangi punggung dan kepalaku. Begitu mereka merasa puas barulah mereka pergi meninggalkanku begitu saja.

Aku menghela napas lega sesaat merasakan kembali bisa bernapas lebih banyak. Sebab saat menahan sakit tadi, aku juga menahan napasku.

Apa kalian pikir aku baru saja dibully oleh sekelompok anak-anak nakal di sekolah?

Tidak. Aku sama sekali tidak dirundung. Aku hanya dipukuli oleh beberapa orang yang sama sekali tidak kukenal. Namun, aku mengetahui alasan dibalik mengapa mereka melakukannya. Yakni karena mereka kalah berjudi dari seseorang yang tak ingin lagi kesebut ia sebagai ayah. Karena bagiku ia tak lebih dari seorang pecundang hidup yang tak tahu diri. Hanya tahu mabuk-mabukkan dan berjudi. Dan orang-orang yang kalah darinya itu akan melampiaskan kekesalan mereka padaku. Sementara ia yang tak ingin kesebut ayah itu, tidak akan pernah mau peduli dengan apa yang terjadi padaku.

Apa aku terlihatnya seperti tidak melawan? Terkesan pasrah dan menerima saja dengan semua perlakuan mereka?

Dude, aku tidak sepasrah yang kau kira.
Aku dulu pernah melawan. Tapi malah berujung dengan aku yang hampir tewas. Tidak ada seorangpun yang mau menolongku. Anak dari seorang penjudi dan pemabuk serta ibu seorang pel*cur. Percayalah aku tidak merasa bangga sama sekali saat mengatakan ini. Aku bahkan sempat jijik pada diriku sendiri. Karena terlahir dari orang-orang seperti mereka.

Bahkan suatu kali aku pernah melaporkan mereka pada polisi yang katanya melayani dengan sepenuh hati itu.

Dan, kau tahu dude apa yang terjadi pada orang-orang yang memukuliku itu? Mereka tidak pernah dihukum secara adil. Mereka selalu lolos dari jeratan hukum meski berkali-kali ketahuan mabuk-mabukkan. Hanya mendapatkan teguran lalu selesai. Orang-orang brengsek itu masih bisa pulang ke sarangnya. Damn it!

Sebentar lagi.
Aku hanya harus menahannya sedikit lagi. Sampai aku bisa mendapatkan beasiswa untuk masuk ke pendidikan kepolisian. Karena aku ingin, merubah hukum yang selama ini runcing kebawah namun tumpul ke atas, menjadi sebaliknya. Itulah cita-citaku selama ini yang membuatku terus ingin bertahan hidup walau dalam keterbatasan yang kumiliki.

Sayangnya, cita-cita itu seakan hanyalah sebuah angan-angan yang sampai kapanpun sepertinya akan sulit untuk kugapai. Beberapa kali aku mencoba untuk ikut test masuk, berkali-kali juga namaku gugur. Namun aku tidak menyerah. Selain terus mengasah kemampuan otakku, aku juga mengasah kemampuan ilmu beladiriku. Meski aku sudah mulai banyak menghapal gerakannya, tapi aku belum pernah sekalipun mencobanya pada orang-orang yang sering memukuliku. Kenapa? Karena aku tidak ingin menjadi seperti mereka.

Hujan yang mengguyur tiba-tiba seketika menjadikan wajahku yang penuh luka menjadi terasa perih akibat dijatuhi oleh titik airnya. Aku tak beranjak dari posisi terbaringku. Aku justru merentangkan tangan demi menikmati air hujan yang membasahi seluruh pakaianku.

Puk!

Sesuatu yang terbang tiba-tiba menempel mengenai mukaku. Aku meraihnya dan melemparkannya begitu saja. Tapi lagi-lagi benda itu kembali menempel pada wajahku.

Aku gusar lalu memilih untuk bangun sambil meringis. Aku meraih ranselku yang terlempar cukup jauh dan berjalan dengan tertatih menuju rumah.

Aku bersyukur. Setidaknya hari ini tulang rusukku masih aman. Karena biasanya mereka selalu mengincar rusukku agar aku memuntahkan banyak darah. Rusukku telah berkali-kali mengalami patahan dan retakan. Untungnya tidak sampai melukai organ yang ada dibaliknya. Meski begitu tetap saja rasanya sakit.

Setelah selesai mandi dan mengenakan piyama tidur. Aku beranjak ke cermin di dekat ranjang. Baru saja hendak menyingkap baju demi memeriksa bagian perutku. Sebuah kertas kembali terinjak di kakiku.

Masih dengan kertas yang sama. Dan tulisan yang sama persis.

"Dude, aku sedang tidak ingin pergi lagi. Terakhir kali aku melakukannya aku nyaris tidak bisa kembali ke tubuhku."

Hahh... terlahir dengan kemampuan yang tak sembarang orang bisa memilikinya itu memang agak merepotkan..

Kau tahu?
Aku adalah seorang esper.

Ya. Esper memang terdengar keren. Tapi juga membuatku merasa sedikit tidak nyaman karena aku bisa mendengar apa yang ada dalam pikiran orang lain.

•••








Ditulis, 14 Maret 2023

Past Recording [48] | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang