Eps. 12

71 10 1
                                    

Deg!

Aku membuka mataku dengan napas yang tersengal. Secara refleks kulihat kedua tanganku yang belepotan banyak darah. Aku telah kembali di kamarku dan sepertinya aku tertidur di samping ranjang. Aku tidak ingat bagaimana aku bisa ada ke kamarku setelah terakhir kali yang kuingat hanyalah seorang gadis yang pernah menendangku meringkuk didalam koper dalam keadaan tubuh penuh luka.

Alarmku berdering dan kuanggap aku sedang berada di masa sekarang, dunia yang asli. Aku bergegas pergi mandi dan siap untuk berangkat sekolah dengan menaiki bus.

Kertas itu tak lagi menempel disepatuku, melainkan di dinding depan pintu dengan tulisan find me. Benar seperti dugaanku. Bahwa seluruh kejadian-kejadian aneh yang kualami selama ini adalah peristiwa yang dialami oleh sosok si pembuat tulisan itu.

Setibanya di sekolah, entah ini hanya perasaanku saja. Semua orang seperti tengah memperhatikanku. Saat kucoba melihat apa yang ada dalam pikiran mereka. Terdapat sebuah gambaran seseorang yang melakukan tindakan keji. Dan orang itu adalah aku.

Srett!

Tanganku tiba-tiba ditarik. Aku ingat. Dia adalah teman dari si gadis yang kemarin ku... operasi?

"Jelaskan apa maksudnya ini semua?" serunya begitu kami berada di dalam sebuah ruangan laboratorium kimia. Hanya berdua.

Ia menodongkan ponselnya yang menampilkan sebuah rekaman CCTV dimana ada aku yang menyeret mayat seorang gadis dengan darahnya yang berceceran di sepanjang lantai.

Itu di lantai apartemenku. Tapi---

"Kau harus menyerahkan dirimu ke polisi." Adel menyimpan kembali ponselnya. Ya, aku ingat namanya. "Dan sebelum itu, aku ingin tanya satu hal. Apa yang membuatmu ingin membunuh orang sebanyak itu?" tanyanya.

Aku tak langsung menjawab. Aku berpikir sebentar tapi ia kembali mendesak. "Kami tidak pernah merundungmu. Kami tidak pernah menyakitimu. Kami tidak pernah mencampuri urusanmu. Bahkan, kami selalu peduli denganmu walau kau tidak pernah menyadari hal itu. Tapi, kenapa, Marsha? Kau malah ingin mengabisi kami semua?" ucapnya yang terdengar begitu sangat frustrasi.

"Tapi aku tidak pernah membunuh siapapun." Jawabku akhinya.

"Cheh! Ia tertawa sumbang. " Benarkah kau mengatakan hal itu setelah apa yang kau lihat pada rekaman CCTV itu?" Ia berucap sarkas.

CCTV.

Tidak pernah ada CCTV satu pun di flatku. Bagaimana bisa rekaman itu ada? Jangan bilang kalau itu dari Zee.

"Darimana kau mendapatkan video itu?"

"Itu tidak penting lagi sekarang. Karena para detektif kini sudah pergi mendatangi apartemenmu. Sebentar lagi kau akan dijebloskan ke penjara."

"Apa Zee yang mengirimkan video itu padamu?"

"Bicara apa kau? Aku tidak kenal nama itu. Sudahlah. Sekarang percuma aku bicara denganmu. Semuanya kini sudah jelas. Persis dengan yang dikatakan Kathrina. Kau adalah seorang pembunuh. Psikopat gila yang berpura-pura menjadi anak cupu namun sebenarnya kau gemar membunuh orang lain." Ia berkata begitu seperti tak takut sama sekali jika memang benar aku adalah seperti yang ia katakan.

Di dalam kepalanya telah penuh dengan prasangka buruk tentang bagaimana aku yang telah melakukan perbuatan seperti dalam video. Untuk apa juga aku menjelaskan padanya.

Sebelum ia beranjak pergi meninggalkanku. Kutarik kerah bajunya dan kubanting ia ke meja. Aku mengunci pintunya dan melempar kuncinya ke jendela. Kita sekarang berada di lantai 3. Lab ini berada paling ujung. Jika beruntung, tidak akan ada seorang pun yang mendengar suara kami jika ia berteriak.

"Sudah kubilang aku bukan pembunuhnya. Kenapa kau malah membuatku marah." Ini bukan aku. Bukan aku yang bicara. Tapi suaranya keluar dari mulutku. Sialan. Apa ia merasukiku lagi?

Aku harus mengusirnya sebelum ia membuat kekacauan disini.

Jleb!

Ujung kursi tiba-tiba telah menancap di dadanya.

Tanganku berlumuran darah akibat cipratannya.

"Adel, aku tidak bermaksud membunuhmu sama sekali sumpah. Aku. Aku tidak tahu. Aku tidak sengaja." Racauku pada dirinya yang dengan perlahan mulai melemah ditinggal oleh kesadaran.

Zingg~

Deg!

"Cepat tutup tokonya sekarang. Atau kau mau bekerja tanpa dibayar?" Suara pemilik toko tempatku bekerja langsung mengalihkan fokusku.

Aku telah berpindah di toko tempatku bekerja. Dan sekarang adalah waktu dihari dimana si pemilik toko memintaku untuk menutup cepat tokonya.

Shit.

Apa maksud dari semua ini?

Sumpah demi apapun aku pusing sekali sekarang.

•••









Ditulis, 23 Maret 2023

Past Recording [48] | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang