Episode 1

1.6K 193 42
                                    

"Sakura, kau diam disini dan jangan kemana-mana, mengerti?" Ucap Kizashi memperingatkan puteri semata wayangnya yang kala itu masih berusia tujuh tahun.

"Mengerti, tapi kenapa aku harus berada didalam lemari, Ayah?" Tanya Sakura bingung, terlebih saat ia melihat dengan jelas raut kekhawatiran dari pria didepannya.

"Kita sedang bermain, dan Ibumu, dia akan datang mencarimu. Kau jangan berisik, mengerti? Jika kau berisik, maka Ibu akan mudah menemukanmu, dan kau akan kalah,"

"Ah, aku mengerti," ucap Sakura mengangguk dengan senyum terpancar dari wajah cantiknya.

"Anak pintar," ucap Kizashi menepuk pucuk kepala Sakura pelan.

"Bagaimana dengan Ayah? Ayah tidak ikut bersembunyi denganku?"

"Tidak, Ayah akan bersembunyi ditempat lain," jawab Kizashi yang entah kenapa membuat Sakura merasa sedih.

"Kenapa tidak denganku saja?" Tanya Sakura memanyunkan bibirnya yang membuat Kizashi tersenyum dengan kedua matanya mulai berkaca-kaca.

"Jika Ayah tidak menemukan tempat bersembunyi yang bagus, maka Ayah akan segera kembali untuk ikut bersembunyi disini," jawab Kizashi.

"Baiklah," ucap Sakura mengangguk.

"Kalau begitu, Ayah harus segera pergi dan bersembunyi, karena sepertinya Ibu mulai mencari kita," bisik Kizashi yang lagi-lagi dijawab anggukkan oleh Sakura.

Kizashi tersenyum, ia kemudian memeluk erat puterinya dan sesekali mengecup pucuk kepala merah jambu yang mungkin tidak akan ia lihat lagi.

"Sakura, kau harus ingat, Ayah dan Ibu menyayangimu, sangat," ucap Kizashi mengeratkan pelukannya.

"Aku juga, menyayangi kalian berdua," ucap Sakura membalas pelukan Ayahnya.

"Baiklah," ucap Kizashi mendorong pelan bahu Sakura yang membuat mereka berdua kini saling beradu pandang.

"Ayah harus segera pergi,"

"Um," jawab Sakura mengangguk.

Kizashi bangun dari posisi duduknya, dan dengan pelan menutup lemari kayu yang digunakan Sakura untuk bersembunyi.

Dari dalam lemari yang gelap tanpa adanya sedikit pun penerangan, kedua telinga Sakura bisa mendengar suara langkah kaki Ayahnya yang mulai berjalan menjauh.

Semakin jauh suara langkah kaki itu, entah kenapa semakin takut ia berada sendirian disana. Apalagi dalam kondisi gelap gulita ditambah diluar tengah turun hujan dengan intensitas cukup deras, dan jangan lupakan suara gemuruh yang sedari tadi seperti tengah saling bersautan.

Keadaan itu tentu saja membuat perasaan Sakura semakin diliputi rasa gelisah. Karena sebelumnya, ia tidak pernah ditinggal sendirian seperti ini.

Sakura menarik nafasnya dalam-dalam saat ia tidak lagi mendengar suara langkah kaki dari Ayahnya. Yang ia dengar sekarang ini hanyalah suara rintik hujan yang sepertinya turun semakin deras.

Sesuai perintah dari Ayahnya, Sakura tetap berada disana, menunggu sang Ibu menemukan tempat persembunyiannya. Namun, sampai lima menit berlalu, Ibunya belum juga datang.

"Apa aku keluar saja?" Tanya nya pelan.

"Argh!!"

Tubuh Sakura hampir melompat saat tiba-tiba saja ia mendengar suara jeritan yang berasal dari lantai atas. Ia mengenali suara itu, itu adalah suara Ibunya.

Let Me Breathe (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang