3. KAGUM

942 210 288
                                    

MALAM telah tiba, cahaya langit dengan tambahan kelap kelip bintang memancar begitu indah di cakrawala. Hembusan angin malam begitu sejuk meniup para makhluk hidup yang sedang berlalu lalang di jalan raya yang di penuhi dengan kendaraan.

Kini Meysha telah menyelesaikan ritual bersih bersihnya, ia hendak untuk turun kebawah untuk makan malam, lantaran sejak tadi siang ia belum makan apa-apa.

Sekarang gadis itu berada di depan cermin melihat pantulan dirinya yang terlihat begitu manis, ia menggunakan piyama hitam putih bergambar beruang beserta tambahan aksesoris dan sandal berbulu berbentuk kelinci kesayangannya, Meysha juga sengaja mengurai rambutnya yang lurus dengan tambahan Curly di ujungnya.

Selesai dengan urusan penampilan, Meysha pun keluar dari kamarnya yang berada di lantai dua. Meysha melangkah menuruni tangga dengan anggun, tatapan yang tajam memandang lurus ke depan membuat dirinya terlihat angkuh dan sombong. Jari sebelah tangan kanannya mengetuk pegangan tangga seirama dengan langkahnya.

Para pelayan yang sedang membersihkan mansion menoleh ke ujung tangga dan terkejut melihat Meysha yang berjalan dengan anggun, juga tercengang merasakan aura yang sangat menyeramkan dari majikannya itu. Pelayan pelayan tersebut segera membungkukkan badannya takut kala Meysha yang ingin berjalan ke arah mereka. Tak mampu menatap mata Meysha yang sangat tajam bak elang.

Meysha pun hanya masa bodoh melihat tingkah aneh para pekerjanya itu, ia meneruskan langkahnya ke arah dapur dan langsung menarik kursi untuk duduk. Disana ia hanya melihat Bi Dewi yang menata makanan di meja makan untuk Meysha. Apakah para saudaranya itu belum pulang? Atau mereka sudah pulang lalu pergi lagi?

Meysha menatap Bi Dewi bingung. "Bi, Zevan, sama Arkan kemana? Mereka belum pulang?"

Mendengar pertanyaan nonanya, Bi Dewi beralih menatap mata setajam elang itu. "Tuan muda katanya lagi nginep di rumah tuan Narendra non, lagi nemenin non Zura," ucapnya berhati hati, takut nonanya itu sedih karena para saudaranya lebih memilih anak angkat itu daripada Meysha.

Meysha tersenyum miring, baguslah jika mereka belum melihat penampilannya yang sekarang, jadi mereka semua akan kaget ketika melihatnya di sekolah besok. Aishh ia sudah sangat tidak sabar menunggu hari esok tiba.

"Baguslah kalau begitu, mereka tidak tinggal di sini sekalipun aku tak akan masalah, malah aku lebih baik apabila tak ada mereka," ucapnya sambil mengambil piring lalu menaruh nasi dan beberapa lauk pauk untuk di makan.

Bi Dewi melotot kan matanya, ia tak salah dengar kan? Apa telinganya ini sudah rusak? Ia mengusap telinganya beberapa kali memastikan perkataan yang ia dengar tadi tidak benar.

Astaga, bagaimana bisa seorang Meysha dengan santainya berbicara seperti itu, bukan kah nona mudanya ini sangat berobsesi untuk mendapatkan perhatian saudara-saudaranya, dan ia tak akan segan segan menyakiti Azura karena sudah berani mengambil perhatian mereka?

Benar benar nonanya ini sudah sangat berubah, mulai dari penampilan, sikap, dan perkataan yang sekarang terkesan lebih sadis. Tapi di sisi lain ia juga sangat bersyukur dan lega karena perubahan ini membuat nonanya menjadi lebih baik lagi.

Bi Dewi melirik Meysha yang sedang makan dengan tenang, di dalam hati ia berdecak kagum karena nonanya sedang makan pun terlihat anggun. Kira kira pria beruntung mana yang akan mendapatkan hati nonanya tersebut?

Yang pastinya orang itu akan sangat beruntung karena telah mendapatkan sang nona.

Sedangkan Meysha hanya fokus ke makanannya, tak tau saja jika banyak pelayan yang memerhatikannya dari tadi, mulai dari tangga hingga duduk di meja makan. Di pikiran mereka sama sama menanyakan, kenapa nonanya berubah? Apakah akibat jatuh dari tangga membuat otaknya jadi bergeser? Sungguh itu semua hanya tuhan dan Meysha yang tau.

METANOIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang