Suara bel masuk menyita perhatian seluruh murid. Semua aktivitas di luar kelas diberhentikan, murid murid segera bergegas untuk masuk ke kelas masing masing. Begitu juga dengan geng Ravloska minus Zevan memasuki kelas 11 IPA 1 dengan wajah penuh luka lebam dan mimik wajah menyeramkan.
Ada yang menatap mereka iba, ngeri, dan ada juga yang menatap mereka puas. Siapa lagi jika bukan Meysha? Gadis itu terkekeh melihat hasil karyanya yang ia ciptakan di wajah saudara Meysha, garis bawahi saudara Meysha, bukan saudaranya.
Sejak di pintu masuk kelas Angkasa sudah memperhatikan gerak gerik Meysha, ia menangkap gadis itu terkekeh geli ketika melihat kedatangannya dan anggota Ravloska yang lain. Itu membuat Angkasa naik pitam, tentu pemandangan itu tak lepas dari ujung mata Meysha.
Meysha tau jika Angkasa menatapnya sejak tadi, netranya yang tajam juga peka akan sekitar begitu mudah menangkap basah Angkasa. Ia tertawa dalam hati, ingin sekali rasanya ia kembali memukul wajah jellek pria itu.
"Selamat pagi menjelang siang anak anak." Wanita tua berkacamata dengan setelan busana muslim memasuki kelas IPA 1, guru itu mengajar mata pelajaran Matematika.
"Pagi Bu," jawab satu kelas serentak, berbeda dengan Meysha. Gadis itu hanya membalas di dalam hati, malas mengeluarkan suara katanya.
Wanita itu meletakkan absen dan buku bawaannya di atas meja lalu menghadap ke arah semua siswa, ia menatap satu persatu penghuni IPA 1 dengan heran, kenapa satu kelas terlihat begitu tegang. Ah kecuali satu gadis.
"Anak anak, hari ini kita hanya mengadakan kuis saja. Untuk soalnya saya beri tingkatan yang biasa, sedang, dan juga susah. Materi juga saya ambil dari yang sudah kita pelajari, yang belum kita pelajari, dan materi kelas 12. Yang bisa menjawab akan saya beri poin khusus," jelas Bu Nuri sambil berjalan ke arah papan tulis lalu menuliskan satu soal tingkat biasa, yang artinya materi itu sudah mereka pelajari.
"Materi ini sudah kalian pelajari Minggu lalu, siapa yang ingin menjawab?" tanya Bu Nuri sambil menyapu pandangannya ke semua murid.
Cowok di samping Meysha mengacukan tangan. "Baik Liam, silahkan maju," ujar Bu Nuri dengan wajah ceria, Liam memang terkenal sebagai salah satu murid berprestasi jadi tak heran jika laki laki itu cepat tanggap.
Liam maju lalu mengambil spidol dari tangan Bu Nuri, ia menuliskan angka yang mana itu adalah jawaban dari pertanyaan yang diajukan di papan tulis.
Setelah selesai, Liam menatap Bu Nuri guna mengetahui jawabannya benar atau tidak. Bu Nuri memperhatikan jawaban yang ditulis Liam dengan seksama.
"Bagus Liam, jawaban kamu benar. Kamu mendapatkan 20 poin," ujar Bu Nuri sambil tersenyum menatap Liam, Liam mengangguk dan membalas senyuman Bu Nuri. Setelah itu Liam kembali ke bangkunya.
Bu Nuri lalu menulis kembali soal dengan tingkatan sedang, ini materi kelas 11 tapi belum pernah mereka pelajari.
"Yang bisa menjawab soal di atas, saya akan memberikan 35 poin," tawar Bu Nuri, terdengar sangat mengiurkan tapi belum ada yang berani menjawab.
"Saya Bu." Suara itu berasal dari meja paling belakang, atensi semua orang teralihkan ke arah Azura. "Baik Azura, silahkan naik untuk menjawab."
Azura tersenyum lembut tapi dimata Meysha senyuman itu terlihat mempunyai makna yang tersembunyi, senyum yang penuh dengan kepercayaan diri, juga senyuman meremehkan yang lain.
Azura naik lalu mulai menuliskan jawabannya, cukup lama gadis itu mengerjakannya hingga selesai. Bu Nuri memperhatikan jawaban gadis itu dengan seksama, "Bagus Azura kamu mendapatkan 35 poin, jawaban kamu benar. Kamu memang selalu bisa di andalkan, saya bangga dengan kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
METANOIA
Teen FictionClarisa Gladys Alexandre, putri tunggal keluarga Alexandre. Gadis anggun, dingin dan tak tersentuh ini adalah aktris muda multitalenta yang memiliki popularitas tinggi, jangan lupakan jika keluarganya sangat berpengaruh di dunia bisnis dan dunia baw...