SELAMAT MEMBACA
Amelia dan Aqila memandang aneh ke arah Aziza yang dari tadi hanya diam saja, mereka tidak akan heran jika itu Aruna yang diam. Karena gadis itu jika sudah berhadapan dengan buku-buku yang ada di depannya, membuat Aruna diam dan fokus dengan bukunya. Berbeda dengan Aziza, gadis itu baru pertama kali ini dia diam dan tidak mengeluarkan suara sama sekali.
"Aziza kenapa jadi diam gini, sih?" tanya Amelia dengan nada berbisik ke Aqila.
"Gue ngga tahu," jawab Aqila. "Sekarang gue ngerasa kayak lihat Aruna ada dua," Aqila kembali melihat ke arah Aruna yang fokus dengan bukunya dan Aziza yang tidak tahu pikirannya berada dimana.
"Kalian berdua ngga makan?" Aruna dan Aziza kompak melihat ke arah Amelia yang melontarkan pertanyaan, setelah itu keduanya kembali fokus kepada kegiatan mereka masing-masing.
"Astaghfirullah temen-temen, sekarang udah istirahat lho. Bukan waktunya buat belajar, lo juga Aziza, kenapa dari tadi lo diam aja? Jangan jadi pendiam dong, jangan kayak Aruna."
"Berisik!" ucap Aruna yang merasa kesal karena ocehan Aqila, yang membuat dirinya terganggu.
Aruna bangun dari tempatnya duduk, membuat ketiga gadis itu memandang ke arah dirinya yang saat ini sibuk membereskan buku-buku nya.
"Lo mau kemana?" tanya Aziza.
"Ke perpustakaan, di sini gue ngga bisa konsentrasi karena suara dari mereka berdua yang bikin telinga gue sakit."
"Aruna!"
Aruna menoleh ke arah kedua sahabatnya yang memanggil dirinya dengan nada kesal.
"Apa?"
"Engga, ngga ada apa-apa kok. Cuma mau kasih tahu lebih baik lo makan dulu, habis itu lanjut belajar lagi. Jangan sampai perut lo kosong, iyakan Mel?"
"Iya."
Aruna kembali mendudukkan dirinya di sebelah Aziza, dia menyimpan buku pelajaran di sebelahnya. Dia menarik bakso yang ada di depannya yang sudah dingin karena di abaikan Aruna cukup lama, Aruna juga memberikan bakso milik Aziza kepada pemiliknya itu.
Aziza melihat ke arah Aruna, sedangkan gadis itu hanya tersenyum kecil ke arah sahabatnya.
"Makan Za, jangan sampai ngga makan dan buat diri lo sakit."
"Iya."
Keadaan bangku yang mereka tempati begitu hening, mereka berempat begitu fokus dengan makanan mereka masing-masing. Beberapa kali Aruna melirik Aziza, dia memandang dalam ke arah Aziza yang hanya diam saja. Aruna tahu jika semua ini begitu sulit bagi Aziza, dia tidak bisa memberi tahukan tentang apa yang terjadi dengan Aziza ke Amelia dan Aqila. Dia sudah berjanji untuk tidak mengatakan apapun, biarlah Aziza sendiri yang bercerita ke kedua sahabatnya itu.
"Habis pulang sekolah kalian mau kemana?" tanya Amelia.
"Gue harus berangkat les, memangnya kenapa?"
"Tadinya mau ajak main, tapi lo ada les."
"Maaf, mungkin ngga sekarang."
"Iya, gue tahu kok Na. Tapi apa lo ngga terlalu keras sama diri lo sendiri Na?"
"Gue setuju sama pertanyaan Amel, lo terlalu keras sama diri lo sendiri Na. Lo emang boleh belajar karena itu hak lo, tapi jangan terlalu memaksakan diri lo Na."
"Gue baik-baik aja kok, kalian ngga perlu khawatir."
Sebuah pesan masuk ke handphone Aziza, membuat gadis itu segera melihat siapa yang mengirimkan dirinya pesan. Keringat dingin keluar begitu saja saat Aziza mengetahui siapa yang mengirimkan dirinya pesan, Aruna yang menyadari itu segera mengambil paksa benda pipih milik sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aruna Dan Rahasianya [Telah Terbit]
Teen FictionSemua yang dirinya perlihatkan hanyalah kebohongan, kehidupannya tidak sebaik yang dirinya perlihatkan. BEBERAPA PART DI HAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENULIS