SELAMAT MEMBACA
Aruna memandang dirinya sendiri di depan cermin, dia bisa melihat tubuhnya yang semakin hari semakin kurus. Aruna tersenyum tipis ke arah cermin, dia mengusap surai hitam miliknya dengan kedua mata yang terpejam.
"Apakah seperti ini rasa usapan dari Bunda?" tanya Aruna lirih.
Aruna kembali membuka matanya, dia melihat ke arah tangannya yang tadi dirinya gunakan untuk mengusap surai hitamnya itu. Aruna terkejut saat menemukan beberapa helai rambutnya rontok, segera saja Aruna pergi dari sana untuk membuang rontokan rambutnya itu ke tempat sampah yang ada di kamarnya.
Aruna berjalan ke arah meja belajarnya, dia mendudukkan dirinya di sana untuk lanjut belajar. Aruna menghela nafas panjang sebelum membuka buku yang ada di depannya, beberapa angka yang berhasil membuat kepala Aruna pusing.
"Sialan!" Aruna kembali berdiri dari tempatnya saat darah segar keluar dari hidungnya, dia mengambil beberapa helai tisu untuk membersihkan darah itu.
"Kenapa harus mimisan? Ada apa sama gue?" tanya Aruna pada dirinya sendiri.
Tiba-tiba saja sebuah rasa sakit di kepalanya hadir, membuat tubuh Aruna terjatuh di lantai yang dingin di kamarnya. Dia memberikan beberapa pukulan di bagian kepalanya, berharap rasa sakit di kepalanya segera menghilang dan dirinya bisa kembali melanjutkan belajarnya. Tapi rasa sakit itu tak kunjung menghilang, rasa sakit itu semakin menjadi-jadi membuat Aruna ingin berteriak karena rasa sakitnya.
"S-sakit," ungkap Aruna dengan suara pelan.
Bibir Aruna memucat menandakan jika saat ini dirinya benar-benar merasakan sakit, dengan susah payah Aruna berdiri dari tempatnya untuk pergi ke tempat tidurnya. Dengan langkah pelan Aruna sampai di tempat tidurnya, dia merebahkan tubuh kurusnya itu di sana. Dengan rasa sakit itu, Aruna mengambil benda pipih nya untuk menghubungi Raka. Mungkin saja Raka bisa datang ke sini, dan membantu dirinya.
"Selamat malam keponakan Tante, ada apa sayang? Kenapa kamu malam-malam gini telpon Raka?"
"T-tante Raka nya ada? Aruna saat ini membutuhkan Raka."
"Raka nya lagi ke rumah Aqila, tadi handphonenya ketinggalan. Memangnya ada apa? Kasih tahu Tante aja, biar nanti Tante bilang ke Raka."
"B-bukan hal penting, K-kalo begitu Aruna matikan panggilannya. A-assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam kesayangan Tante."
Aruna melemparkan benda pipih nya ke sembarang arah, tangan Aruna terangkat dan terhenti di surai hitamnya itu. Aruna terus saja menarik rambutnya untuk mengurangi rasa sakit itu, air matanya sudah keluar sedari tadi dirinya menahan rasa sakit itu.
Akh!
"T-tolong Aruna B-bunda."
-ARUNA DAN RAHASIANYA-
Seperti pagi hari pada umumnya, keadaan rumah keluarga Dirgantara begitu hangat. Mami Mayang yang sibuk dengan masakannya di dapur, Amelia yang juga sibuk di kamarnya untuk menyiapkan buku pelajaran yang belum sempat dirinya siapkan kemarin malam.
Aziza yang berada di sana hanya bisa melihat tingkah sahabatnya ini, bisa dikatakan jika Amelia adalah orang yang paling ribet dan cerewet di antara mereka berempat. Aziza menghela nafas panjang saat melihat Amelia berjalan mondar-mandir mencari buku tugas matematika nya, Aziza yang lelah melihat itu memilih untuk bangun dari tempatnya dan membantu sahabatnya itu.
"MAMI! BUKU TUGAS AMEL DIMANA?"
"ADA DI SANA AMEL, CARI YANG BENAR DONG. BUKA MATA KAMU!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aruna Dan Rahasianya [Telah Terbit]
Teen FictionSemua yang dirinya perlihatkan hanyalah kebohongan, kehidupannya tidak sebaik yang dirinya perlihatkan. BEBERAPA PART DI HAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENULIS