DUA BELAS

1.5K 68 0
                                    

SELAMAT MEMBACA

"Gue bisa minta tolong sama lo?"

Maura melihat ke arah Aruna, dirinya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Aruna.

"Tolong anterin gue pulang, gue harus pulang sekarang juga."

"Na—"

"Gue tahu Ra, tapi Bunda sama Ayah gue udah nunggu di rumah. Mereka ngga tahu gue ada di sini, mereka pasti khawatir kalo tahu gue ada di rumah sakit."

Maura menghela nafas panjang. "Ayo," ajak Maura.

Senyuman di bibir Aruna mengembang, dia segera beranjak dari tempatnya beristirahat. Maura juga berdiri dari tempatnya, dia harus memanggil dokter untuk meminta izin agar Aruna bisa pulang.

"Lo mau kemana?"

"Ke Dokter Andi, gue harus minta izin dulu sama Dokter Andi. Lo diam di sana aja, jangan berani pergi kemana-mana."

"Cepat Ra, gue udah ngga sabar buat pulang."

"Ck."

Maura berjalan keluar dari ruangan Aruna, saat tidak ada siapapun di ruangan itu senyuman yang ada di bibir Aruna memudar. Wajah yang awalnya begitu bahagia dan bersemangat sekarang berubah, wajah Aruna sekarang menunjukkan rasa sedih yang ada di dirinya. Dia mengeluarkan hasil pemeriksaan tadi, kembali dirinya baca tentang penyakit yang dia derita.

"Apa gue bisa bertahan?" tanpa sadar pertanyaan itu keluar dari bibir pucat Aruna, gadis itu kembali memasukkan hasil pemeriksaannya di dalam jaket miliknya. Dia tidak mau siapapun melihat hasil pemeriksaannya, dia tidak mau membuat orang yang dirinya sayangi cemas dan sedih dengan keadaannya.

Pintu ruangannya kembali terbuka, di sana Maura dan Dokter Andi masuk ke dalam ruangan itu dengan dua suster di belakang mereka. Dokter Andi memeriksa keadaan Aruna, sebelum dia meminta salah satu suster yang ada bersamanya melepaskan infusan yang ada di lengan Aruna.

"Kamu boleh pulang sekarang, tapi ingat jangan terlalu lelah."

"Baik, terimakasih banyak Dok."

Dokter Andi tersenyum manis ke arah Aruna, setelahnya Dokter itu keluar dari ruangan Aruna. Gadis itu turun dari ranjang rumah sakit itu, Aruna melihat ke arah Maura yang berdiri di sebelahnya.

"Apa?"

"Nanti lo jatuh, terus gue lagi yang repot."

"Cih, gue bisa jalan sendiri."

Maura yang mendengarkan itu membuat dirinya melepaskan Aruna, kedua gadis itu berjalan keluar dari sana untuk segera pulang. Maura memesan taksi untuk Aruna, tidak mungkin dia membawa Aruna dengan motornya.

"Motor lo lagi dalam masa perbaikan, nanti kalo udah selesai di perbaiki nanti gue balikin ke rumah lo."

"Jangan!"

Maura di buat kaget dengan perkataan Aruna, dia melihat ke arah gadis itu dengan serius.

"Jangan bawa ke rumah gue, gue minta tolong sama lo Ra. Bawa aja motor gue ke rumah lo, nanti gue yang ambil di rumah lo."

"Kenapa? 'Kan, lebih enak kalo langsung ke rumah lo."

"Engga, pokoknya jangan bawa ke rumah gue. Bawa ke rumah lo aja Ra, gue mohon~"

Maura berusaha untuk tidak tertawa karena wajah Aruna yang memohon, gadis itu saat ini memasang wajah lucunya yang tidak pernah Maura lihat.

Maura menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, membuat senyuman di bibir Aruna mengembang. Taksi yang di pesan dengan Maura sudah datang, membuat kedua gadis itu masuk ke dalam sana. Maura tentu tidak akan membiarkan Aruna pulang seorang diri, dia harus mengantarkan Aruna pulang sampai di rumahnya dengan selamat.

Aruna Dan Rahasianya [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang