SELAMAT MEMBACA
Aruna terbangun dari tidurnya dengan suara ringisan yang keluar dari mulut Aruna, dirinya menyadari jika saat ini dia tidak berada di kamarnya. Dengan susah payah Aruna bangun dari tempatnya, dia harus segera bangun dan bersiap untuk berangkat ke sekolah.
"Lebam lagi? Apa gue harus menutupi luka ini lagi?" tanya Aruna pada dirinya sendiri.
Terdengar pintu yang di buka dari luar sana, membuat Aruna menoleh untuk mengetahui siapa yang membukakan dirinya pintu. Tubuh Aruna seketika menegang saat melihat Sang bunda berdiri di sana, Aruna melangkah mundur saat Bunda Sekar berjalan maju untuk masuk ke dalam ruang itu.
"Selamat pagi putri Bunda," sapa Bunda Sekar dengan lembut.
"S-selamat pagi Bun," jawab Aruna dengan rasa takut.
Bunda Sekar lebih mendekatkan dirinya ke arah Aruna, membuat gadis itu juga ikut mundur dari tempatnya. Tapi saat tatapan lembut itu Aruna lihat dari mata Sang bunda, membuat Aruna diam di tempatnya membiarkan Bunda Sekar mendekat ke arah dirinya.
"Maafin Bunda sayang, kemarin Bunda lagi capek aja. Bunda ngga suka lihat rumah ngga ada kamu, Bunda ngga suka kalo kamu ngga ada di rumah kalo udah malam. Bunda minta sama kamu jangan di ulang, ya~"
"Iya, Aruna tidak akan melanggar peraturan yang sudah Bunda buat. Aruna minta maaf sama Bunda, maaf karena Aruna tidak meminta izin terlebih dahulu ke Bunda."
Bunda Sekar menganggukkan kepalanya, wanita itu melihat ke arah wajah putrinya yang sudah membiru karena dirinya kemarin malam. Bunda Sekar mengusap sayang wajah Aruna, membuat Aruna yang mendapatkan itu memejamkan matanya.
"Sana siap-siap, setelah itu temui Bunda untuk mengobati luka kamu ini."
"Iya Bun."
Aruna berjalan keluar dari ruangan gelap itu dengan langkah pelan, Bunda Sekar juga keluar dari ruangan itu untuk melanjutkan kegiatan yang dirinya tunda.
-ARUNA DAN RAHASIANYA-
Di meja makan sana terlihat ketiga gadis yang sedang menikmati makanan mereka dengan berbicara ringan, seorang wanita keluar dari dapur dengan apron berwarna biru melekat di tubuh wanita itu.
"Makan yang banyak anak-anak," ucap wanita itu dengan senyuman manisnya.
"Terimakasih Mami," ungkap Amelia.
"Terimakasih Tante," sahut Aziza dan Aqila.
"Sama-sama," jawab Mami Mayang. "Eh iya, Aruna kemana? Kok Mami ngga lihat Aruna di sini?" tanya Mami Mayang menyadari ketidak hadiran Aruna di meja makan sana.
"Kemarin Aruna udah pulang Mi, katanya Tante Sekar minta Aruna buat pulang."
Mami Mayang menganggukkan kepalanya mengerti, wanita itu duduk di tempatnya. Melihat ketiga gadis yang sedang asik dengan makanannya masing-masing, Mami Mayang tersenyum manis melihat Amelia yang terlihat begitu bahagia saat makan bersama dengan kedua sahabatnya itu.
"Mi," panggil Amelia.
"Ya?"
"Papi kemana? Amel belum ketemu sama Papi dari kemarin, Papi belum pulang dari kantor?"
"Papi kamu udah pulang sayang, tapi tadi berangkat lagi. Kenapa? Kamu kangen sama Papi kamu?"
"Iya, Papi akhir-akhir ini jarang ada waktu buat Amel."
"Papi kamu kan kerja sayang, itu juga buat kamu."
"Iya."
Aziza dan Aqila hanya diam saja melihat perbincangan antara ibu dan anak itu, Aqila yang melihat itu merasa iri ke Amelia. Dirinya yang jarang bisa berbicara dengan Mommy nya, membuat Aqila merasa iri ke Amelia.
Sarapan pagi itu sudah selesai, ketiga gadis itu berpamitan ke Mami Mayang untuk berangkat ke sekolah. Hari ini mereka bertiga berangkat dengan mobil Aziza, karena nanti sepulang sekolah mereka akan pergi ke mall untuk membeli sesuatu.
Di dalam mobil Aziza hanya ada keheningan saja, ketiga gadis itu fokus dengan dunia mereka masing-masing. Aziza yang fokus dengan jalan, Amelia yang fokus dengan benda pipihnya, dan Aqila yang fokus dengan jalanan yang mereka lewati.
"Sumpah!"
"Astaghfirullah, kenapa sih Mel?" tanya Aqila bingung.
"Jangan tiba-tiba kenapa? Lo bikin kaget aja," sahut Aziza dengan kesal.
"Maaf," ucap Amelia. "Ini gue chat Aruna, tapi dia ngga balas chat gue. Gue takut dia kenapa-kenapa," kata Amelia.
"Mungkin Aruna lagi di jalan buat berangkat sekolah, udahlah Mel. Positif thinking aja," ucap Aziza.
Amelia hanya bisa menganggukkan kepalanya, Amelia harus yakin jika Aruna baik-baik saja sama seperti yang di katakan dengan Aziza.
-ARUNA DAN RAHASIANYA-
Dengan langkah pelan Aruna berjalan melewati beberapa kelas untuk pergi ke kelas XI IPA 1, dimana kelasnya berada. Aruna berharap jika ketiga sahabatnya sudah datang, dan Aruna bisa bercerita tentang apa yang dirinya alami saat ini.
Langkah Aruna terhenti saat di depannya berdiri seorang gadis berambut coklat panjang yang terurai, Aruna menatap malas ke arah gadis itu.
"Minggir gue mau lewat," ucap Aruna dingin.
"Nanti malam temui gue di tempat biasa," Aruna melihat ke arah gadis itu.
"Lo gak berani?"
"Kata siapa? Gue berani, oke nanti malam kita ketemu di tempat biasa."
Setelah menjawab itu Aruna pergi dari sana, meninggalkan gadis berambut coklat itu sendirian dengan senyuman kecil hadir di bibirnya.
-ARUNA DAN RAHASIANYA-
"Aruna!!"
Aruna menoleh ke arah seseorang yang memanggil dirinya, di sana ketiga sahabatnya baru saja datang. Aruna tersenyum manis ke arah ketiganya, Amelia berjalan mendekat ke arah Aruna dengan kesal.
Bukh!
"Aduh~" Aruna mengaduh sakit karena Amelia yang datang-datang memberikan dirinya pukulan, tidak keras memang tapi berhasil membuat Aruna meringis sakit. Terlebih Amelia memukul di bagian Bunda Sekar memberi dirinya pelajaran.
"Kenapa, sih?" tanya Aruna kesal.
"Aruna gue lagi kesel sama lo," ucap Amelia dengan kedua tangan melipat di depan dada.
"Kesel? Kesel kenapa? Perasaan gue ngga buat salah sama lo."
"Kemarin malam kemana? Kenapa lo ngga jawab chat gue? Gue khawatir sama lo tahu."
Aruna tersenyum manis ke arah Amelia, sekarang dirinya tahu kenapa Amelia memukul dirinya. Sahabatnya ini cemas karena dirinya tidak menjawab pesan dari Amelia, Aruna memeluk erat tubuh Amelia yang duduk di sebelahnya.
"Lo khawatir sama gue? Berarti lo sayang sama gue dong," ucap Aruna.
Amelia memukul pelan punggung Aruna, lalu dirinya juga membalas pelukan hangat yang Aruna berikan. Aziza dan Aqila juga tidak mau ketinggalan, kedua gadis itu juga ikut memeluk kedua sahabatnya.
"Kita ini bukan hanya sebatas sahabat, tapi kita ini sudah seperti saudara. Tidak akan ada yang bisa membuat kita terpecah bela," ucap Aziza pelan.
"Gue sayang kalian," kata Aruna.
"Kita juga sayang sama lo," balas ketiga gadis itu bersamaan.
"Astaga banyak drama banget."
Keempat gadis itu melepaskan pelukan mereka, keempatnya melihat ke arah seseorang yang berdiri di ambang pintu sana dengan tatapan tidak suka. Aruna berdiri dari duduknya untuk mendekat ke arah gadis itu, tapi dengan gerakan cepat Aziza menahan Aruna untuk mendekat ke gadis itu.
"Nanti malam jangan lupa."
-ARUNA DAN RAHASIANYA-
KAMU SEDANG MEMBACA
Aruna Dan Rahasianya [Telah Terbit]
Fiksi RemajaSemua yang dirinya perlihatkan hanyalah kebohongan, kehidupannya tidak sebaik yang dirinya perlihatkan. BEBERAPA PART DI HAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENULIS