part 31

9 4 0
                                    

"Duka karena kematian orang terkasih ada batasnya, namun duka karena berpisah dengan orang terkasih akan abadi selamanya."

_Kutubutara_

Happy reading guys 🙏

***

"Ada acara apa tadi?" tanya Bu Rini sembari berkacak pinggang, layaknya emak-emak komplek yang sedang bersiap-siap berebut minyak goreng.

"Acara nikahan Bu." seru beberapa murid perempuan.

"Siapa yang nikah?"

"Nara sama Taufik!" seru mereka lagi.

"Ck, ck, kalian udah besar loh, masa main kayak gitu." tutur guru itu.

"Iyakan Bu, orang ni kekanak-kanakan, udah besar main kayak gitu." ejek Samsul

"Gak papa Bu, namanya kami gabut." lontar Nasya

"Yakan gaes," lanjutnya

"Iya, kami kan gabut Bu. Coba aja gak gabut pasti gak main kayak gini."

"Siapa yang mulai Caca?"

"ARSHA BU!" jawaban serempak itu berasal dari murid perempuan.

"Loh kok gue, kan kalian juga." balas Arsha

"Yakan lo yang bikin tadi, kita mah ikut-ikutan aja."

Arsha menyengir, memang ia yang membuat acara-acara itu tadi.

Pelajaran terakhir pun segera dimulai, Bu Rini sedang mencatat dipapan tulis.

Sedangkan Arsha dan Nasya juga tengah fokus menulis.

Duk!

Tiba-tiba saja, benda bulat, yang diyakini kertas dipadatkan dan di ikat dengan karet, sehingga menjadi seperti bola kecil.

Benda itu mendarat mulus di jidat Nasya, sehingga gadis itu langsung memegang jidatnya.

"Aduh!"

"Ih Radit, kenapa dilempar kesana, cowok lo nih Sya, yang ngelempar." ujar Samsul

"Hiih, mana ada."

"Kalian tu kenapa sih hah?! Orang gak ada salah pun kalian lempar." bentak Arsha

Sementara Nasya sudah mati-matian menahan air mata, rasanya sangat sakit. Apalagi dirinya takut akan rasa sakit.

Seharusnya hanya kertas yang dibuat seperti bola kecil tidak sakit, apa didalam bulatan kertas itu ada batu? Rasanya sangat sakit.

"Gak ada kali kerjaan kalian, minimal kalok gak nulis gak usah gangguin orang!" sambungnya

Lalu Arsha melirik Nasya yang masih menutup jidatnya menggunakan tangan. Ia pun kembali menulis.

Tak lama kemudian Nasya membuka tangannya, Samsul berjalan melewati kursinya dan mengambil bola dari kertas itu, lalu menjambak rambut Nasya tiba-tiba. Dan berlalu begitu saja.

NASYA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang