2

3.2K 152 1
                                    

Alan Prov
"Apa itu sakit?" tanya Aksel sambil menunjuk tanganku yg diperban dibalik kemudi. Aku diam tak menjawab haruskah aku mengatakan padanya bahwa jauh lebih sakit saat aku melihat keakrabannya dengan ayah. "Sudah sampai,masuklah" kataku saat sudah sampai disebuah bangunan kuno, rumah paman Dewo desainer ayah dan Aksel aku tidak."kau tak ikut masuk?" Tanya Aksel."untuk apa,hanya kau dan ayah yg akan merayakan ultahmu" jawabku. Entah kenapa hari ini aku banyak melontarkan kata-kata sinis, rasanya mulutku tak bisa dicegah untuk mengungkapkan kata hatiku. Aku mendengar Aksel menghela nafas, sedih mendengarkan jawabanku aku tau dia tidak salah "Sel, maaf aku tak ikut menemanimu aku hanya ingin istirahat aku lelah" kataku saat Aksel akan memasuki rumah paman Dewo dia tersenyum dan melambaikan tangan. Aku memilih menurunkan sandaran jok dan tidur.

AKSEL PROV
Rasa bersalahku terhadap Alan semakin besar ketika dia mengatakan hal tersebut, aku tahu jika itu berasal dari lubuk hatinya tapi lagi dia yg justru minta maaf padaku. "Siang Sel,kau sendiri dimana ayahmu?" Kata paman Dewo, dia adalah salah satu teman ayah yg juga seorang desainer untukku dan ayah, Alan tidak karena ayah tidak mengijinkannya entah kenapa tapi paman Dewo juga mengenal Alan. "Sama Alan tapi dia lebih memilih di mobil paman dan ayah sedang berada di Itali" jawabku. "Ya ampun kenapa dia tak masuk saja,mumpung tak ada ayahmu aku akan memberikan dy jas gratis" kata paman Dewo. Aku tertawa "jangan pernah melakukannya paman, dia sangat patuh pada ayah dan sudahlah paman ayo lebih baik qt pilih agar dia tak menunggu lama dimobil" kataku yg tahu bahwa dia selalu sadar akan posisinya yg tak disukai ayah.
********
SAC
Alan terdiam saat melihat jam tangan yg menurutnya sangat menarik perhatiannya, sedangkan Aksel sedang memesan untuk acaranya. Alan tersenyum sendiri seandainya saja dia berulangtahun seperti Aksel dia akan meminta ini, tapi ulangtahunku.."kau ingin jam itu" kata Aksel yg tiba-tiba sudah disebelahnya. "Tidak, apakah kau sudah selesai jika sudah lebih baik kita pulang aku akan pergi" sahut Alan dengan nada suara yg dingin. "Kenapa kau tak minta ayah saja untuk membelikanmu jam itu" kata Aksel yg kemudian menyesali ucapannya tersebut. "Terimakasih sudah diingatkan bahwa hanya anda yg bisa melakukannya dan maaf saya tak bisa mengantar anda hingga ke rumah" sahut Alan sambil menyerahkan kunci mobil pada Aksel dan pergi meninggalkan Aksel yang terdiam.
*******
15 taun yg lalu....
Alan kecil baru pulang dari sekolahnya dia ingin memperlihatkan pada ayahnya tentang gambar yg ia buat "ayah,lihat" katanya saat dia sampai dirumah, dan dia melihat ayahnys sedang memangku Aksel kecil. Ayahnya dan Aksel asyik bercanda seolah kehadirannya tidak diperhatikan. Alan kecil menangis, dan ayahnya mendekatinya "kau laki-laki tak boleh menangis untuk apa kau disini" bentak sang ayah, "aku ingin memperlihatkan ini pada ayah" kata Alan kecil sambil menyerahkan pada ayahnya. "Apa kau tak punya keahlian selain menggambar?" Kata sang ayah sambil merobek gambar Alan, hal tersebut membuat Alan kecil kembali menangis lebih keras membuat sang ayah semakin murka dan mengurungnya di kamar mandi.
*********
Alan benci memori itu kembali menghantuinya, apalagi seperti saat ini dia sudah menghabiskan 3 botol bir disebuah club. "Lan, aku antar kamu pulang" kata Dion salah satu sahabatnya yg sejak tadi menemaninya tanpa dia tahu apa yg membuat Alan mabuk seperti ini. "Ayolah yon,dia pasti sudah menungguku" kata Alan. Dion tahu yg dimaksud dia oleh Alan adalah ayahnya dan dia tau apa yg akan dilakukan oleh ayah sahabatnya ini. "Apa kamu mau pulang ke apartemenku?" Kata Dion, dia tahu sahabatnya masih bisa menjawab pertanyaanya. "G aku pulang kapan saja aku harus siap dan lebih cepat itu tidak akan sebanyak itu" kata Alan. Dion mengantar Alan sampai rumahnya "lan, nyampe" kata Dion sambil berusaha membangunkan Alan yg sepanjang perjalanan tertidur. Alan terbangun, dia belum sepenuhnya sadar dari mabuknya tapi dia cukup tahu dia sudah sampai rumahnya "trims yon" kata Alan "kamu kayak ma siapa aja Lan,aku langsung balik ya" sahut Dion.

Im sory DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang