"Apa yg kau lakukan pada adikmu? Kenapa kau biarkan dia sendiri?dan justru kau pulang dalam keadaan mabuk seperti ini" Bentak Bramantyo pada putra sulungnya sambil memukul punggung Alan. Alan terdiam, menahan perih atas luka yg kemarin masih belum kering dan harus ditambah lagi. "Kenapa kau hanya diam he anak pembawa sial?" Kata Bramantyo lagi tanpa mendengar rintihan kesakitan dari Alan dan terus memukul Alan dengan tongkat kayu miliknya. Alan mencoba bangkit setelah jatuh tersungkur karena pukulan ayahnya, "Dia sudah besar,kenapa anda tidak menanyakan sendiri padanya?" Kata Alan sambil memegang tongkat yg akan kembali mengenai tubuhnya. "Apa kau sudah berani kurang ajar padaku, siapa kamu?" Bramantyo berteriak keras mencoba menarik tongkat dari pegangan Alan, karena keadaannya yg sudah sangat lemah membuat Bramantyo dengan mudah dapat menarik tongkat tersebut. Sebuah tangan menghentikan Bramantyo sebelum berhasil memukul Alan "hentikan yah, Alan tak salah" kata Aksel."diam kau Sel, kau tak usah membela kakakmu ini" kata Bramantyo. Alan terkejut saat melihat Aksel berani membelanya, karena dia tahu pasti Aksel membutuhkan kekuatan tapi dia mencoba untuk mengacuhkannya dia masih sakit hati dengan yg diucapkan oleh Aksel tadi sore. "Ayah, sudahlah ini sudah malam lebih baik kita teruskan ini besok pagi saja" kata Aksel dia juga tidak tahu kenapa dia seberani ini pada ayahnya. "Baiklah kita selesaikan ini besok, Kamu harusnya berterimakasih pada adikmu"kata Bramantyo sambil meninggalkan dua putranya.
******
