Krisna Prov
"Lan, Alan" aku mengetuk pintu kamar Alan untuk mengantarkan makan malamnya, sejak tadi pulang dari rumah sakit dia belum terlihat keluar dari kamarnya. Aku membuka pintu perlahan, aku melihat anak asuhku tidur begitu lelap dan damai, membuatku merasa senang "Tuhan,kuatkanlah dia berikanlah dia kesempatan untuk bahagia" kataku dalam hati sambil menaruh nampan di narkas dekat tempat tidurnya. Ingatanku kembali ke saat-saat yg lalu waktu itu...17 taun yg lalu
Alan kecil berlari menghampiri Bramantyo sambil membawa selembar kertas "ayah, lihat aku hari ini dapat nilai bagus yah aku menggambar aku dan ayah" kata Alan. "Aku sibuk, lebih baik kau pergi" kata Bramantyo, Krisna yg melihat hal itu dari dapur hanya dapat menghela nafas. Alan masih terdiam disisi Bramantyo, saat Aksel yg berumur dua tahun dibawah Alan datang "ayah, aku mau main sama ayah" katanya. "Ayo jagoan ayah, mau main apa" kata Bramantyo sambil mengendong Aksel, Alan mencoba kembali menarik perhatian ayahnya "ayah lihat sebentar" katanya, "apa kau tak mendengar anak nakal,aku sibuk" kata Bramantyo sambil mendorong Alan hingga tubuh kecilnya terplanting jatuh. Alan menangis memanggil ayahnya, tapi ayahnya tak menoleh membuat Krisna cepat mendatangi Alan dan mencoba menenangkannya "paman,kenapa ayah membenciku?" tanyanya ditengah isak tangisnya. Pertanyaan yg tak pernah bisa dijawabnya, bahkan hingga Alan tumbuh menjadi pemuda."Paman kenapa menangis?" tanya Alan membuatku tersadar dari lamunanku. "Tidak nak, kau sudah bangun makanlah dan minum obatmu" jawabku. "Paman, kumohon jangan menangis sungguh aku tak apa-apa dan berjanjilah padaku lebih baik kita bersikap seperti biasa saja anggap tadi pagi tak terjadi apa-apa" kata Alan padaku "Ya Tuhan bagaimana tuanku tidak pernah melihat bahwa putranya begitu luar biasa" kataku dalam hati, "ya nak" sahutku pada Alan.
******
Pagi itu dikediaman Bramantyo seperti hari-hari biasanya, Krisna memberi instruksi pada chef untuk menyiapkan sarapan bagi Bramantyo dan Aksel, saat Alan memasuki dapur dan duduk di meja makan. Alan makan bersama dengan para pelayannya, dan bukan dengan keluarganya sejak dia kecil. "Kau sudah sembuh my hero" sapa Toni, salah satu chef menyapanya "as you see uncle" sahut Alan, dia senang karena semua pelayannya menyanyanginya. "Pancake for my prince" kata Tini istri Toni yg juga sebagai chef di keluarga Bramantyo. Alan tersenyum "thankyou my princess" sahutnya, "hei dia itu milikku" kata Toni pura-pura marah dan itu membuat semua orang di dapur tertawa.Alan bertemu Aksel setelah dia menyelesaikan sarapannya, dan akan menuju kampusnya "kau sudah sembuh?" tanya Aksel, Alan hanya mengganguk mengiyakan " mm sel, selamat ulangtahun maaf aku belum sempat memberimu kado" kata Alan. "Trims, tak apa" sahut Aksel. "Bagaimana bisa kau mengucapkan telat dan tak memberi kado" suara Bramantyo membuat Alan dan Aksel kaget. " maaf, kemarin aku tak enak badan" kata Alan mencoba membela diri tapi dia tahu itu tak ada gunanya. "Alasan kamu" teriak Bramantyo sambil menampar Alan. Alan terdiam, hanya mencoba menghilangkan darah yg keluar dari hidungnya, "aku tak mau tau kau harus mencari kado yg berbeda dari yg lain hari ini" kata Bramantyo, sambil menarik Aksel yg hanya terdiam melihat pemandangan itu. Krisna yg melihat kejadian itu hanya mampu menghela nafas dan mencoba menahan tangis. Alan berjalan menuju mobilnya, melajukan kendaraanya tanpa tau arah tujuan dia tak tahu apa yg tak dimiliki oleh Aksel, mengingat bahwa ayahnya akan selalu memberikan apa yg adiknya itu selalu inginkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/40678711-288-k355069.jpg)