8

2.8K 145 1
                                    

ALAN PROV
Tempat itu hampir tidak terlihat, diantara bangunan-bangunan tinggi di kota ini. Ya untuk mencari kado buat Aksel bukanlah hal mudah, aku hampir butuh waktu sehari penuh untuk mengintari kota ini dan mencari seseuatu yg mungkin tak dimiliki anak itu. Aku memasuki toko ini, yg terlihat menjual barang-barang antik "selamat datang anak muda, apa yg ingin kau cari" sapa seorang nenek yg masih terlihat cantik di usia senjanya. "Aku ingin mencari seseuatu yg unik nek, untuk adik laki-lakiku" kataku sambil tersenyum. "Akh ya, aku punya seseuatu untukmu nak" kata nenek tersebut sambil berusaha mencari barang yg ia maksud. "Lihat ini, ini arloji yg bagus dan masih bisa digunakan walaupun sudah tua" katanya memperlihatkan sebuah arloji yg begitu unik dan bagus. "Baiklah nek, aku ambil ini" kataku sambil menyerahkan berapa lembar uang. "Terimakasih anak muda, hatimu sungguh baik orangtuamu pasti bangga memilikimu" katanya.

Aku hanya tersenyum miris, lalu aku melangkah keluar sebelum sang nenek kembali memanggilku "nak, kemarilah" aku pun kembali berbalik "ya nek, ada apa?" tanyaku. "Kau pasti belum makan,ikutlah bersamaku ke dalam dan makanlah bersama nenek tua ini" jawabnya. Aku baru ingat, kalo aku bahkan belum makan sama sekali sejak tadi pagi, " darimana nenek tahu saya belum makan?" tanyaku sambil menghampiri nenek. Nenek tertawa, "kau kelihatan pucat nak dan aku ini seorang ibu, naluri ibu tak pernah salah" aku tersenyum dan berkata dalam hati "beginikah rasanya punya seorang ibu", "kau tak mau menemani nenek ini makan karena aku tak secantik para wanitamu disana" kata nenek itu lagi Aku terhenyak, aku bahkan tak pernah menjalin hubungan dengan wanita manapun, aku bahkan sebenarnya tak tahu bagaimana cara bersikap dengan orangtua karena mereka semua membenciku seperti ayah.

"Maafkan nenek anak muda jika aku membuatmu menangis" perkataan nenek tersebut membuatku menyeka air mataku, dan menggelengkan kepalaku "tidak nek, aku hanya terimakasih nek" kataku karena aku tidak tahu harus mengatakan apalagi. "Baiklah kalau kau tak mau menemaniku makan, tapi lain kali aku harap kau mau mampir ke sini dan menengok nenekmu ini" kata nenek itu. Aku mengangguk, sambik tersenyum, "nak semua ada awal ada akhir kau pasti akan mendapatkan apaa yg kau impikan" kata sang nenek membuatku tertegun, kembali bertanya kenapa sang nenek tau tapi aku memutuskan untuk tidak bertanya dan memilih keluar dari toko kuno ini karena kepalaku merasakan sakit yg luar biasa.

Im sory DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang