1

38 12 19
                                    

Desiran angin pantai menjadi alunan lagu di gendang telinga seorang wanita cantik dengan gaun putih yang sangat apik di badanya, angin itu meniup rambutnya hingga terlihat sedikit brantakan. Termenung melihat aliran ombak yang menerjang batuan karang Alivia. Wanita itu, wanita cantik yang kini memandang pantai Alivia Nawasena.

Nama yang indah dengan penuh harapan Nawasena masa depan yang cerah dengan harapan, namanya tak sesuai dengan dirinya. Harapan Alivia untuk hidup saja tidak ada, kenapa tuhan masih saja memberinya umur 'tuhan aku cape, aku pengen istirahat'. Kata kata yang setiap malam ia katakan berharap dirinya tida bangun di keesokan harinya, Tapi tuhan berkehendak lain takdir untuk hidup masih lama, belum saatnya ia pergi.

Sosok berjaket hitam terus memandangi Alivia, ia lantas tersenyum melihat rambut Alivia di hembusan oleh angin pantai. Sangat cantik seperti senja saat ini cantik sekali dengan warna oranye yang kontras dengan warna air yang ikut oranye.

"Gue suka senja, senja selalu cantik di mata gue semilir angin pantai gw juga suka. Gue juga suka lo."

Alivia lantas menoleh ke samping, kening nya berkerut menandakan kebingungan. Siapa orang aneh yang tiba tiba menyatakan perasaan nya bahkan ia tak kenal dengan orang itu sungguh membingungkan. 'sinting kalik ya ni orang' Livia hanya mengatakan dalam hati lantas berlalu pergi begitu saja, orang itu terus menerus memanggil Livia.

"Heiii Nona cantik, tunggu aku aku belum tau nammu." triakan lantang di keluarkan oleh pria itu.

乁⁠[⁠ᓀ⁠˵⁠▾⁠˵⁠ᓂ⁠]⁠ㄏ

Livia memasang headset ke telinganya, mendengarkan musik full volume membuat nya sedikit tentang kembali, kini Livia duduk di bangku kelas XI SMA Dipo harapan Jakarta.

"Kenapa nona cantik itu menggetarkan hati ku, parasnya nampak mirip dengannya". Genta menampar pipinya sendiri, Pria aneh itu Genta Aditama Darmawangsa.

"WOI NT LU NGOMONG SAMA SIAPA ? DEMIT ? UDAH MULAI GILA APA GIMANA SINI LATIHAN VOLI AJA AMA GW".

"Sekate Kate kalo ngomong tu macan bercula satu" cibir Genta dengan meanyun manyunkan bibir seksi miliknya.

Tak ada 5 detik bibir cantik nan seksi itu di cium oleh bola voli dengan kecepatan turbo, "SIALAN BIBIR SEKSI GW UDAH GA PRAWAN, MANA DI CIPOK BOLA VOLI BAU TAI". Genta murka dan mengejar kembaran nya Gara yang sengaja melempar bola pada Genta, "ADEK SIALAN KEMBARAN MACAM TAI KUCING".

"Sekali lagi lo ngatain gue tai kucing tuh komik komik wibu lo gw bakar, gue aduin mami duit lu abis buat beli komik komik ga jelas". Genta hanya bisa berdecak kesal, malas sekali kembaran nya memang sangat Cepu seperti bocah SD.

乁⁠༼⁠☯⁠‿⁠☯⁠✿⁠༽⁠ㄏ

Posisi Livia saat ini sedang di bus wara Wiri, tak ada pilihan lain selain menaiki bus tersebut ia harus berhemat untuk kali ini. Dompet nya sudah menipis bak tisu yang di ambil terus menerus setiap harinya "Namanya uang pasti akan habis" Livia menghembuskan nafas, sulit sekali ya hidup diibu kota.

"Cape banget" Livia Kembali mengeluh hidupnya banyak sekali keluhan, kalo boleh Livia ingin hidup sendiri dengan bergelimang harta tanpa harus kerja.

Cita cita Livia saat ini adalah 'jadi kaya', uang emang ga akan selamanya di butuhkan tapi selamanya kamu butuh uang. Untuk mati saja butuh uang, biaya ambulance, biaya kain kafan, biaya liang lahat, biaya tahlilan. Belum lagi dengan siksaan di alam kubur tapi dengan bodohnya Livia ingin cepat mati, entah lah dia terlalu Leah.

Sesampainya di kamar Livia tertidur dengan posisi tengkurap, ia ingin mengurung dirinya sendiri. Hari ini tepat setahun ia di putuskan oleh mantan pacarannya, si brengsek yang selingkuh dengan sahabatnya sendiri katanya sih cuman sahabat tapi kalo di nalar mana ada sahabat yang ciuman di pinggir jalan.

Najis ga modal, udah mana di pinggir jalan raya lagi apa ga malu jadi tontonan publik. Selain di pinggir jalan dua manusia laknat itu membuat story Instagram bermesraan, Livia yang dulunya berstatus sebagai pacar meminta penjelasan dari Orion pria laknat seperti bulu babi, sialnya Orion malah menuduh Livia berselingkuh dan memutar balikan fakta yang ada. Orion memutuskan Livia tepat di tengah lapangan yang ramai dengan anak anak yang sedang latihan ekskul, sungguh memalukan Livia tidak punya muka lagi untuk menampakkan dirinya di depan umum. Sejak saat itu ia tak ingin terlihat dan menghindari semua orang bahkan dia tak mau berbaur dengan orang di sekitarnya.

Livia Menag tak pandai dalam bernyanyi tapi akhir akhir ini kerap bernyanyi sendiri di kamarnya. Lagu ini menggambarkan perasaan nya hancur berkeping keping dan tak ada bentuknya, akankah ada panacea di hidupnya.

Sampai saat ini tak terpikir olehku
Aku pernah beri rasa pada orang sepertimu
Seandainya sejak awal tak kuyakinkan diriku
Tutur kata yang sempurna, tak sebaik yang kukira
Andai ku tahu semua akan sia-sia
Takkan kut'rima cinta sesaatmu
Bagaimana dengan aku terlanjur mencintaimu?
Yang datang beri harapan, lalu pergi dan menghilang
Tak terpikirkan olehmu, hatiku hancur kar'namu
Tanpa sedikit alasan, pergi tanpa berpamitan
Takkan kut'rima cinta sesaatmu
Seandainya sejak awal tak kuyakinkan diriku
Tutur kata yang sempurna, tak sebaik yang kukira
Andai ku tahu semua akan sia-sia
Takkan kut'rima cinta sesaatmu
Bagaimana dengan aku terlanjur mencintaimu?
Yang datang beri harapan, lalu pergi dan menghilang
Tak terpikirkan olehmu, hatiku hancur kar'namu
Tanpa sedikit alasan, pergi tanpa berpamitan
Tak akan kut'rima cinta sesaatmu
Sial-sialnya ku bertemu dengan cinta semu
Tertipu tutur dan caramu
Seolah cintaiku (cintaiku)
Puas kaucurangi aku?
Bagaimana dengan aku terlanjur mencintaimu? (Cintaimu)
Yang datang beri harapan, lalu pergi dan menghilang
Tak terpikirkan olehmu, hatiku hancur kar'namu
Tanpa sedikit alasan, pergi tanpa berpamitan
Takkan kut'rima cinta sesaatmu

Hebat sungguh hebat menyanyikan lagu ini dengan perasaan, Livia mampu mengambil nada yang tinggi yang biasanya tak bisa ia gunakan.

Panacea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang