8

13 9 10
                                    

Di pagi hari rumah Livia nampak ramai ribut tidak terkendali, hal ini di sebabkan anak Tante Starla ibu sambung 3A yang sesak napas dan tubuh nya mengalami. Livia yang baru keluar kamar langsung di buat pusing karena triakan Tante Starla.

"Tenang dulu Starla, kita bawa Sella ke rumah sakit biar langsung di tangani" papa Livia mencoba menenangkan istrinya.

"ALIVIA INI SALAH KAMU PAKEK MASAK UDANG SEGALA ANAK SAYA ALERGI!" Omel Tante Starla kepada Livia

"Loh anjir kok gue yang di salahin anak Lo aja noh yang celamitan maen makan makan, dah tau alergi meng caper di pagi hari sekarat baru tau rasa Lo" ucap Livia dalam hati kalo di denger jahat sih tapi bener sih kalo dah tau alergi kenapa masih dimakan juga, Livia hanya diam tidak menjawab padahal di dalam hati sudah mengomel tidak jelas.

"Kenapa malah ngomel ayo ke rumah sakit" papa Livia menggendong sella

"Awas aja kamu!" Peringatan Tante Starla lalu pergi menyusul suaminya

"Lo ga salah dek tenang aja gue bela kok" Alvian mencoba memberi semangat pada Livia, tapi Livia malah berjalan ke arah kulkas "gue kan dah ngomong es cream gue jangan di makan!" Alivia kesal

"Gue ga makan dek coba tanya bang Vito dah suerrr gue aja ga buka kulkas" Alvian menunjuk Alvito yang sedang diam di meja makan.

"Sella yang makan bukan gue" ucap Alvito singkat

"Yaelahhh kesel banget pengen gue Jambak jadinya"

"Eh eh sambar mbak sabar jangan marah marah Bae, mending berangkat sekolah ayo dah gue anter. Gue ga pernah anter soalnya" Alvian menggandeng tangan Livia tanpa menunggu persetujuan Livia.

Di halaman depan motor Alvian sudah menunggu untuk dinaiki, "ayo naek" kata Alvia.

"Gue belom sarapan" jawab Livia malas

"Sarapan di kantin aja tar gue kasih duit tambahan deh" Alvian mulai menyalakan motornya.

Sepanjang jalan hanya Alvian yang mengoceh tanpa ada jawaban dari Livia, sebuah motor aerok warna biru mendahului mereka. "Bang itu mantan gue" Livia tanpa sadar mengucapkan kata tersebu

"Pia"

"Pia Lo gapapa kan Pi ?"

"Mungkin" ini adalah satu kata yang hanya bisa di ucapkan Livia. Alvian menatap Livia sedih ternyata adik kecilnya sudah merasakan patah hati, Alvian tidak tau Livia telah punya pacar karena Livia menutup dirinya sejak mama dan papa berpisah.

"Mau cerita?" Tanya Alvian, "No, mungkin kalo gue mood" jawab Livia

Beberapa menit kemudian mereka berdua telah tiba di sekolah, Livia turun dari motor melepaskan helem yang ada di kepalanya. Sedangkan Alvian mengeluarkan dompet dan menarik satu lembar uang berwarna merah sesuai dengan ucapannya Alvian memberi Livia uang jajan untuk beli sarapan di kantin, "nih beli sarapan, awas aja sampe ga sarapan" Alvian memasukan kembali dompetnya ke saku celana.

"Humm" Livia mengangguk meminta tangan Alvian untuk berpamitan. "Yang pinter sekolahnya" hari ini adalah hari yang membahagiakan bagi Alvian sudah lama Livia tidak melakukan hal seperti itu, senyum Alvian tidak luntur sepanjang jalan.

(⁠。⁠・⁠/⁠/⁠ε⁠/⁠/⁠・⁠。⁠)

Genta saat ini sedang bermalas malasan dikasur kesayangan, jujur saja Genta ingin tidur lagi namun kangen ratu sudah mengomel jam terus berlalu hingga menunjukkan pukul 7 pagi "YAAMPUN GENTA ADITAMA DARMAWANGSA ANAK BAPAK DARMA BANGUN! UDAH JAM 7 INI"

Genta yang masih mengumpulkan nyawa kaget melihat jam ditambah ibu nya sudah berteriak triak dipagi hari, "UDAH BANGUN KOK".

"CEPET BERANGKAT UDAH TELAT"

"IYAAA" dengan cepat Genta mencuci muka gosok gigi lalu Menganti baju Mejadi seragam yang sudah rapi.

"Genta berangkat" pamit Genta sambil menjalankan motornya, Genta mengendarai motor dengan kecepatan penuh namun sayangnya gerbang sekolah sudah tertutup rapat.

"Yahhh udah di tutup balik aja lah gue" ucap Genta pelan "bener banget mas Genta emang harus pulang mas Genta udah telat 3x tinggal tunggu surat panggilan mas" satpam sekolah tiba tiba menjawab perkataan Genta sambil mengelap batu akik yang ada dijari tangannya.

"Waduh pak tu batu di elus elus Mulu awas keluar jin nya" canda Genta

"Aya Aya wae ni mas Genta, emang Aladin apa ini real life mas bukan Disney" satpam sekolah tertawa terbahak bahak

"Yaudah pak saya balik ya salam buat Bu tari" Genta melambaikan tangannya.

"Saya teh rada heran mas Genta sama mas Gara itu beda banget sipat nya walupun muka plek plekan"

(⁠ʃ⁠ƪ⁠^⁠3⁠^⁠)

"LIPONG YANG ATER LO SIAPA?! CAKEP BANGET WEH PACAR YA ?!" tanya Marisa setengah berteriak.

"Eh cempreng bisa santai ga si ampun dah" Rania memijat dahinya

"Lip itu anak kuliahan olahraga buka ? Beh kalo iya tipe gue banget" kyana mulai ikut ikutan

"Itu Abang gue" Livia menjawab

"Loh lohhhh bejirrrr lo jarang cerita sihhh jadi kita ga tau kan ada emas di balik bakwan" Marisa mulai heboh

"Livia Lo gapapa kan ? Kalo ada apa apa Lo bisa cerita" Syakila yang dari tadi memperhatikan raut wajah Livia menanyakan keadaan Livia, memang daripada yang lain Syakila adalah orang yang paling peka.

"Bener banget lip kita kan prennn kalo ada apa apa cerita tar kalo kita bisa bantu kita bantu dehh" Lily memberikan tambahan

"Kita ga maksa Lo buat cerita kok lip tapi kalo Lo beneran cape kita ada di sini" Syakila mengelus bahu Livia

"Thanks ya semu, next time gue bakal ceritain" Livia tersenyum, ternyata Livia masih diberikan sahabat yang baik pada masa SMA ini.

Alasan mengapa Livia menjadi tertutup itu karena keluarga entah mengapa ada trauma karena perceraian kedua orang tua Livia, ayah Livia juga pernah membentak Livia entah itu sadar atau tidak (trauma seseorang bisa membuat orang berubah derastis, memang hanya sebuah bentakan tapi Livia dulunya tidak pernah dibentak sangat terkejut karena satu bentakan) sekarang Livia udah biasa dengan bentakan walaupun kadang masih ada rasa takutku.

Selain itu perselingkuhan yang di lakukan sahabatnya membuat Livia Engan menceritakan kisah percintaan, bahkan sekedar crush Livia tak berani menceritakan kepada orang lain emang lebay tapi ya gimana lagi orang ga bisa maksain untuk cerita, hidup Livia adalah hidup nya bukan hidup orang lain Livia juga berfikir ia bukan artis jadi orang tidak perlu tau kisah hidupnya.

Untuk ke depannya Livia akan berusaha terbuka untuk menyebabkan trauma yang dimiliknya, hidup akan terus berjalan menjauh dari masa lalu akan jadi obat. Memang Livia belum menemukan obat penyembuh dari segala hal panacea nya, mungkin suatu saat nanti akan ada "panacea" dihidup nya.





Nah loh kalo tipe cowo kalian kaya gimana ya atau tipe cewe kalian gimana? Punya tipe bukan jadi patokan pasti bener kan ? 🤭

Panacea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang