"Informasi valid sebelum lo mati!" Bintang Kematian melepaskan topeng tengkorak andalannya tepat di hadapan wajah Rizal. "Selama ini... gue adalah Bintang Kematian yang sebenarnya!"
Rizal terkejut tak percaya, ingin berteriak dan bersuara, tetapi nyawanya sudah setengah keluar dari raga. Sehingga segenap kata-kata yang akan terucap tidak bisa tersalurkan begitu saja.
Bintang Kematian menyeringai lebar sebelum tertawa membahana. Suaranya bersatu padu dengan alam semesta yang masih gelap gulita. Sensasi menyenangkan kembali dirasakan Bintang Kematian tatkala melihat darah yang sudah membanjiri sekujur tubuh Rizal yang sedang sekarat. Rizal sendiri merasakan kesakitan luar biasa, setengah nyawanya sudah meregang tetapi tak kunjung melayang terbang. Hal tersebut tentu saja semakin memperparah perasaan Rizal di detik-detik terakhir hidupnya.
Rizal mengeluarkan air mata. Rizal menangis atas rasa penyesalan. Rizal tergugu pilu meratapi nasib. Melihat itu, Bintang Kematian berjongkok menghadap tubuh Rizal.
"Air mata lo nggak berguna!" Usai mengatakan kalimat tersebut, Bintang Kematian menusuk dada Rizal, tepat di area jantung. Detik berikutnya, darah segar kembali mengucur deras. Bintang Kematian tertawa senang, lantas memotong jari-jari tangan Rizal, membelah perut Rizal sampai usus-ususnya terberai. Sentuhan terakhir, Bintang Kematian memotong kedua kaki dan tangan Rizal. Rizal resmi mati! Nyawanya telah melayang pergi.
Sembari tersenyum bengis, tidak lupa Bintang Kematian memfoto kondisi Rizal terlebih dahulu untuk nantinya akan dikirimkan kepada Rega dan Fendi. Setelah berhasil, Bintang Kematian mengambil tas ransel milik Rizal yang tadi sempat dibuang. Bintang Kematian mengambil kostum monyet, lalu membuang sembarangan sebelum memasukkan potongan tangan dan kaki Rizal ke dalam ransel tersebut. Selanjutnya, Bintang Kematian membawa ransel itu ke sebuah sumur yang terletak di belakang gubuk. Sumur tua yang sudah ditutup menggunakan alat seadanya itu mudah dibuka, lantas dengan segenap hati yang jahat, Bintang Kematian melempar tas berisi potongan tubuh Rizal ke dalam sumur.
"Selamat tinggal, Rizal!" Bintang Kematian menepuk-nepuk kedua telapak tangan. Ia kembali berbalik untuk mengambil bagian tubuh Rizal yang masih tersisa sebelum akhirnya ikut dijatuhkan ke dalam sumur.
"Pembully seperti elo, memang pantas mati!" Bintang Kematian menatap lubang sumur, berharap tidak akan ada orang yang menemukan jasad Rizal.
Dirasa beres, Bintang Kematian bergerak cepat ke tempat semula, kembali memakai topeng tengkorak, mengambil kostum monyet, lantas berlari dengan langkah lebar menapaki tanah untuk mencapai jalanan utama. Sebuah mobil terparkir, Bintang Kematian sudah ditunggu oleh seorang cewek berkucir satu, yang selama ini menjadi partner dan teman masa lalunya.
"Gimana? Lo masih belum kenyang?" tanya sang cewek begitu Bintang Kematian masuk ke dalam mobil.
"Jujur, gue lelah! Tapi, gue memang masih belum puas," jawab Bintang Kematian sambil mengatur napasnya.
"Ehm... apa kita benar-benar akan menghabisi semuanya?" tanya sang cewek seraya melajukan mobil.
"Kenapa enggak? Ini tujuan utama kita, kan? Membalaskan dendam sekaligus menyalurkan hasrat gue untuk membunuh mereka." Bintang Kematian mendesis, tatapannya lurus ke depan.
"Gue nggak nyangka banget ternyata lo bisa sesadis ini. Tapi... gue rasa dua korban seperti Iman dan Rizal udah lebih dari cukup. Sebaiknya kita kasih kesempatan buat para sisa target untuk tetap hidup. Gimana menurut lo?"
Bintang Kematian melirik sekilas ke arah sang cewek. "Kiana... lo sendiri yang ngajakin gue kerja sama. Lo sendiri yang punya rencana seperti ini. Gue sama elo udah sama-sama setuju untuk membunuh mereka, lalu kenapa sekarang lo berubah haluan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Kematian : Pembully Berhak Mati!! [End] ✔
Teen FictionLima orang remaja mendapatkan sebuah teror mengerikan usai salah satu teman mereka mati!! Tidak tanggung-tanggung, sosok peneror yang mengaku dirinya Bintang Kematian itu juga memegang rahasia kotor dari masing-masing lima remaja bernama Rega, Fendi...