"Akhirnya gue bisa membunuh target pertama gue!" Bintang Kematian menyeringai di balik topeng tengkorak yang dipakai.
Sementara itu, dengan sisa-sisa tenaga yang ada, Iman berlari dan terus berlari. Napasnya mulai tersengal. Iman berpikir keras supaya bisa lolos dari ancaman yang membahayakan nyawanya ini. Oke, Iman memutuskan berbelok, berniat turun tebing untuk menyusuri sungai. Iman tidak peduli lagi, asalkan ia bisa terlepas dari Bintang Kematian.
Melihat calon korbannya hendak turun ke area sungai, Bintang Kematian mengeluarkan seluruh tenaganya. Bintang Kematian berambisi agar tidak boleh gagal kali ini. Bintang Kematian harus menghabiskan Iman sekarang juga. Maka dari itu, Bintang Kematian melesat cepat, menerjang tubuh Iman dengan cara menarik kerah belakang kaos Iman. Berhasil. Bintang Kematian tersenyum keji sebelum membanting tubuh Iman yang sudah ngos-ngosan hingga terjatuh dengan posisi terlentang. Bintang Kematian tertawa menyeramkan.
Iman geleng-geleng kepala. Demi apa pun di dunia ini! Iman merasa ini bukan akhir dari hidupnya. Iman optimis masih bisa lepas dari terjangan sang pembunuh di depannya.
"Nggak! Gue nggak mau mati sekarang! Gue nggak sudi mati di tangan lo!"
Bintang Kematian kembali mengangkat belati. Sementara Iman melangkah mundur dengan posisi setengah berbaring. Tangannya meraup beberapa batu kerikil sebelum dilemparkan ke arah Bintang Kematian. Percuma. Usaha Iman sia-sia. Langkah Bintang Kematian semakin dekat. Sudah mulai tercium aura kematian di hidung sang pembunuh misterius ini.
Iman. Lo adalah target pertama. Lo mati sekarang!
Iman mulai merasa lelah, perasannya kacau. Hati kecilnya ingin teriak kencang, tetapi suaranya terhenti di tenggorokan.
Bintang Kematian semakin melebarkan senyum. Bahagia menghinggapi perasannya. Sudah menuju klimaks, Bintang Kematian tidak ingin kehilangan momen lagi. Akhirnya dengan segenap rasa senang, Bintang Kematian menghunuskan belati bermata tajam itu tepat persis di perut Iman. Iman melebarkan mata saat perutnya dikoyak dengan sadis. Iman tak menyangka jika hidupnya akan berakhir dengan cara sangat tragis. Sangat gelap. Di tempat gelap.
Bintang Kematian terus menekan belati yang sudah menusuk perut Iman. Darah mulai mengucur deras bak mata air, membasahi kaos putih yang dipakai Iman. Mulut Iman perlahan mengeluarkan darah segar saat belati tersebut tembus ke belakang punggung. Iman ambruk total, belati di tubuhnya terhempas dan kembali keluar bersamaan dengan kucuran darah yang semakin banyak keluar.
Meski begitu, nyawa Iman belum sempurna keluar dari jasad. Saat ini Iman merasakan sakit yang luar biasa. Hidupnya sudah di ujung tanduk. Iman merasa lebih baik ia langsung mati saja daripada harus mengalami kesakitan fisik terlebih dahulu.
Melihat Iman yang masih bernapas, Bintang Kematian semakin senang. Ia memutuskan untuk mengiris lengan Iman menggunakan belati yang sudah berubah warna menjadi merah darah.
"Aaargh!" Iman terpejam, kembali merasakan sensasi sakit yang teramat sangat. Berbeda dengan Bintang Kematian yang merasakan sensasi terbang ke awang-awang.
"Ini balasan atas segala perbuatan lo, Iman!" Usai mengatakan itu, Bintang Kematian dengan sekuat tenaga memotong tangan kanan Iman hingga sebatas siku.
Tidak berhenti sampai di situ, masih ada sentuhan terakhir dari tangan sang pembunuh. Bintang Kematian mengambil batu besar di pinggir tebing sungai, lantas dengan kencang ia hantamkan batu tersebut persis di atas kepala Iman. Hingga hancur.
Iman resmi mati. Nyawanya melayang dijemput malaikat kematian yang dibantu oleh Bintang Kematian.
Sang pembunuh itu pun menghela napas lega. Akhirnya, momen yang ditunggu sudah berhasil dieksekusi. Target pertama sukses mati. Bintang Kematian melepas topeng tengkorak, mengusap peluh yang nyaris membanjiri wajahnya. Bintang Kematian tersenyum miring, melihat tubuh Iman yang sudah terbujur kaku. Wajah pucat bercampur aroma darah cukup membuat Bintang Kematian mengeluarkan tawa membahana di tengah kesunyian malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Kematian : Pembully Berhak Mati!! [End] ✔
Teen FictionLima orang remaja mendapatkan sebuah teror mengerikan usai salah satu teman mereka mati!! Tidak tanggung-tanggung, sosok peneror yang mengaku dirinya Bintang Kematian itu juga memegang rahasia kotor dari masing-masing lima remaja bernama Rega, Fendi...