Chapter 3

41 4 0
                                    

Lena dan barisan anak Slytherin baru lainnya menyusuri lorong menuju asrama Slytherin. Turun ke arah bawah tanah, dekat dengan danau. Lena mengamati interior Hogwarts yang benar-benar beda dengan sekolah lamanya, tentu saja. Mengagumi betapa tuanya kastil ini dan betapa ajaibnya seluruh sudutnya.

"Baiklah, kita sampai di depan asrama. Setiap asrama memiliki pintu khusus dengan kata sandi yang hanya diketahui murid asramanya. Untuk Slytherin, kata sandinya adalah 'pureblood'. Sekarang, aku akan memandu kalian untuk mengenalkan ruangan-ruangan di dalam asrama ini," ujar prefek yang memimpin mereka.

"Hey, darah campuran! Jangan dekat-dekat dengan tempat tidurku. Aku tidak mau dikotori keberadaanmu!" ujar Pansy saat semua murid telah dibagi ke kamar masing-masing. Lena mendengus kesal, tak tahan dengan ejekan dari Pansy. Ia menarik koper besarnya ke tempat tidur paling pojok, jauh dari tempat tidur lain. Dekat dengan jendela besar yang menghadap ke danau hitam.

"Aku juga tidak mau dekat-dekat denganmu, dasar mulut ular," gumam Lena sembari menata tempat tidurnya.

"Kau bilang sesuatu, half blood?" ujar Pansy sambil mendekat ke arah Lena. Gadis itu berdiri dengan angkuh di ujung tempat tidur Lena.

"Bukan apa-apa," sahut Lena dengan cuek. Ia melepas jubahnya dan mengambil pakaian tidur untuk berganti baju.

"Dasar anak muggle aneh!" ejek Pansy saat Lena melewatinya untuk ke kamar mandi asrama.

Selama di kamar mandi, Lena menangis sepuasnya. Ia merasa kecewa dan sedih, di tempat barunya yang seharusnya ia merasa senang karena Hogwarts akan mengajarinya sihir, malah membuatnya jauh lebih tertekan.

"Ugh, jangan terlalu banyak menangis Lena... kau biasa menghadapi keusilan anak sekolah bukan? Ayo hadapi seperti di sekolah lamamu..." ujar Lena pada dirinya sendiri. Menghapus air mata di wajahnya. Menenangkan diri. Lena kembali ke kamar asrama perempuan, Pansy dan yang lain masih terjaga dan mengobrol dengan berisik. Lena berusaha tak peduli, melewati tempat tidur Daphne Greengrass yang menjadi tempat gadis-gadis itu berkumpul. Meletakkan jubah dan seragamnya, lalu kembali keluar kamar.

Lena menatap pintu asrama perempuan Slytherin yang tertutup di depannya. Ingin rasanya ia berteriak memaki pada gadis-gadis yang asyik berceloteh di dalam sana. Sejak makan malam sampai ia masuk asrama mereka terus saja mengejeknya. Juga pada murid laki-laki Slytherin yang mulutnya tak jauh beda dengan murid perempuan. Lena memutuskan menuruni tangga menuju ruang rekreasi yang sudah sepi. Perapiannya meredup. Ia memilih duduk di depan perapian untuk berdiam diri sampai para gadis di kamarnya tidur lebih dulu.

Tangannya meraih tongkat sihir yang sempat ia bawa sebelum keluar kamar. Mengamati tongkat sihir itu dengan seksama. Warna coklat gelap dan mengkilap. Serat alami kayu juga terlihat sepanjang tongkat. Lena menjulurkan tongkatnya ke arah perapian untuk lebih jelas melihat, namun tiba-tiba muncul api di ujung tongkatnya. Membuat perapian itu kembali menyala. Lena berjingkat kaget karena tak sengaja menyalakan api.

"Kau bisa membakar asrama jika tak bisa mengontrol tongkatmu, half blood," ujar sebuah suara. Lena mengitari ruang rekreasi dan segera tahu siapa yang bersuara. Draco Malfoy sedang duduk di tangga paling bawah asrama laki-laki.

Lena mendiamkannya dan kembali asyik memandangi tongkatnya di dekat perapian. Suara langkah Draco terdengar mendekat, lalu berhenti di belakang Lena. Dari bayangannya, Draco duduk di sofa di belakang Lena.

"Jangan membuat masalah di hari pertamamu di Slytherin, half blood. Atau mungkin sebaiknya kau pulang saja, kembali bersekolah bersama muggle?" ejek Draco di belakangnya. Lena hanya mendengus kesal. Ia sedang malas membalas perkataan Draco. Ia hanya ingin menikmati malam pertamanya di Hogwarts dengan tenang.

I Choose You | Draco's FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang