Lena mempersiapkan diri dari segala kemungkinan ketika menjadi pesuruh Malfoy. Karena selama liburan terlalu memikirkan tentang hal itu, pagi ini Lena nyaris terlambat naik ke kereta. Terpaksa gadis itu masuk ke kompartemen yang tersisa, tidak bersama dengan trio Gryffindor seperti tahun lalu.
Lena dengan tergesa masuk ke gerbong berisi kompartemen-kompartemen setelah memastikan koper-kopernya aman. Langkahnya menyusuri deretan kompartemen yang sudah terisi. Kebanyakan dari kompartemen itu berisi anak-anak Hogwarts yang tidak terlalu ia kenal. Tak lama kemudian, Lena menemukan satu kompartemen kosong. Ia akhirnya duduk di sana dekat jendela.
Peluit masinis terdengar, tak lama kemudian kereta berjalan. Baru beberapa menit kereta berjalan, pintu kompartemennya terbuka. Kepala berambut pirang platinum melongok ke dalam, Draco Malfoy. Lena berdecak kesal, baru saja perjalanannya ke Hogwarts dimulai sudah bertemu sumber masalahnya di tahun ketiga.
"Sendirian kau, Anderson?" tanya Draco sembari tersenyum miring.
"Seperti yang kau lihat," jawab Lena malas. Draco masuk ke dalam kompartemennya kemudian menutup pintu. Duduk di ujung lain berseberangan dengan Lena.
"Ku kira kau tidak akan kembali ke Hogwarts, ternyata kau mau kembali?" ujar Draco sembari bersandar pada kursi. Lena dari seberang hanya menatapnya datar.
"Kau masih ingat taruhan kita kan?" tanya Draco lagi.
"Ya, tentu saja. Apa maumu, cepat katakan," ujar Lena tak sabar. Malas mendengar ocehan Draco lebih lama. Draco hanya menyeringai menatap Lena.
"Biar kupikir... hmm... belum ada yang bisa kusuruh padamu, jadi kita lihat nanti saja. Sepertinya tugas-tugas tahun ketiga semakin banyak," ucap Draco dengan wajah dibuat-buat. Lena memutar bola matanya jengah.
"Terserah kau saja," balas Lena. Memutar-mutar tongkat sihirnya karena bosan. Gara-gara terlalu buru-buru mengemasi barang, ia lupa membawa buku bacaan untuk menemaninya selama di kereta. Ditambah lagi ia tidak ada teman bicara, tak ada ocehan Ron dan Hermione atau mengobrol dengan Harry.
"Tumben kau tidak bersama teman-teman Gryffindormu?" tanya Draco memecahkan keheningan.
"Aku terlambat datang di King Cross, hampir ketinggalan kereta jadi ya terpisah." jawab Lena ringan.
"Tunggu, bukankah kau biasanya juga bersama Crabbe dan Goyle? Atau si Parkinson?" tanya Lena heran. Tak biasa baginya Draco berkeliaran sendirian tanpa gengnya.
"Mereka ada di gerbong 6, sedang bosan saja dengan mereka," jawab Draco sambil menatap ke arah Lena.
"Ku kira kau tak terpisahkan dengan gengmu itu," gumam Lena balas menatap Draco.
"Apa aku terlihat bergantung dengan mereka? Lagipula mereka sebenarnya cukup bodoh, membuatku muak," sahut Draco.
"Ya kan aku hanya bertanya, mana ku tahu soal pertemananmu. Aku hanya mengomentari apa yang sering kulihat saja," balas Lena lagi sambil mengendikan bahunnya. Draco hanya membalasnya dengan memutar bola matanya.
"Anderson, kau bisa sihir wandless?" tanya Draco tiba-tiba mengubah topik. Lena menaikkan sebelah alisnya bingung.
"Memang kenapa?" Lena balik bertanya.
"Kau sering tanpa sengaja melakukan sihir tanpa mengucapkan mantra dan tanpa tongkat, apalagi saat diserang mendadak seperti waktu Pansy mengganggumu, hanya penasaran." jawab Draco mengalihkan pandangannya ke arah jendela kereta.
"Sudah kubilang, aku tidak bisa menceritakan padamu karena aku tidak percaya padamu bukan?" ujar Lena ikut memandang ke arah luar jendela. Suasana di luar kereta sedang hujan rintik dan mendung.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose You | Draco's Fanfiction
Fiksi PenggemarKetika setitik ketulusan, persahabatan dan berujung jatuh cinta, membuat Draco Malfoy berubah sedikit demi sedikit. Mengenal Vladilena (Lena) adalah takdir yang ajaib bagi Draco. Lena membuat hidupnya berbeda, lebih berwarna dan menyenangkan. Bukan...