6. rayyan.

14 6 2
                                    



♪♪♪

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Eung?" suara rakha terdengar, ada yang aneh, karena suaranya tiba-tiba seperti anak kecil.

"Ecca??" panggil anak kecil itu. Shera menatap dalam manik mata rakha yang berubah menjadi penuh binar.

"Rayyan? Ayan?" tanya shera memastikan. Rayyan mengangguk cepat.

"Ayan rindu ecca." ucap Rayyan seraya memeluk tubuh shera. Shera menghela nafas, ia bersyukur yang keluar bukan raga.

"Eca juga, tapi eca lebih rindu rakha, dari tadi raga yang ada ditubuh rakha, sekarang kamu." ucap shera jujur. Rayyan mengerucutkan bibirnya.

"Biarin ayan main dulu sama eca ya? Setelah itu aku janji bakal biarin rakha keluar." ucap Rayyan. Shera tersenyum.

"Yaudah, mau main kemana?"

"Tamannn!" ujar Rayyan antusias. Shera tersenyum manis.

"Yaudah, kita izin dulu ke guru, ok?" Rayyan mengangguk cepat.

♪♪♪

Setelah mendapat izin dari guru piket. Ia pun langsung meminta satpam untuk membuka gerbang nya. Rayyan terlihat sangat semangat, sehingga tak sadar melepaskan genggamannya pada shera. Ia menyebrang sendirian. Shera panik, karena Rayyan adalah sosok anak kecil tentu belum bisa menyebrang sendirian. Shera menyusul Rayyan tanpa melihat sana sini. Tiba-tiba...

"SHERANA!!!!"

Bruk!

Tubuh shera terbentur aspal karena dorongan rakha, ya rakha telah kembali. Namun, tubuh rakha penuh dengan darah. Satu tetes air mata turun melihat rakha yang terlihat menggenaskan. Ia melihat mobil pelakunya. Plat mobilnya sangatlah tidak asing.

"Esa...," Shera menyebutkan nama panggilan rakha lirih sebelum kesadarannya direnggut.



♪♪♪

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






"Anna?" shera perlahan-lahan membuka matanya. Ia mendengar suara sang kakek yang sangat ia hafal itu memanggilnya.

Ia melihat sang kakek berlari keluar ruangan saat melihat ia membuka mata. Tak lama, seorang dokter datang.

Disisi lain.

John mondar mandir didepan ruangan shera. Sedetik kemudian, dokter keluar.

"Dokter arsayn!! Bagaimana keadaan cucu saya?!"

"Dia baik-baik saja, hanya butuh sedikit istirahat."

"Baik terimakasih, apakah saya boleh masuk?" arsayn mengangguk memperbolehkan. John langsung masuk. Lalu ia memeluk tubuh shera dengan perasaan senang dan sedih campur aduk.

"Terimakasih sudah bangun kembali, Anna." ucap john. Shera hanya mengangguk lemas.

"Kamu tidur sampai sebulan emang nya ga bosen? Kakek nunggu kamu. Nenek kamu juga sampai drop."

"Esa?" bukannya menjawab. Shera malah manatap pintu seraya memanggil nama kekasihnya.

"Hei sayang?" sapa shera. Shera langsung menghambur ke dalam pelukan rakha tanpa memperdulikan keberadaan John.

"Kamu baik baik aja kan?" tanya shera. Rakha terkekeh. Ia menggangguk sebagai jawaban.

"Kepalanya sakit ga? Kok di perban gini? Tangannya juga diperban." ucap shera seraya menyentuh area area yang ada perban nya. Rakha kembali terkekeh.

"Nggak dong." ucap rakha. Shera bersyukur.

"Peluk yang erat." pinta shera lirih. Rakha segera menurutinya.

"Berbahagialah, sherana."



♪♪♪

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Hati-hati, cerita ini bakal banyak plotwist. Jangan kagettt.

Sanubari Yang Temaram [Huang Renjun Feat. Mark Lee]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang