Bab 5 - Laki-laki Penyelamatku (Bagian 2)

37 12 2
                                    

بِسْــــــــــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Cerita ini cuma 10 part doang ya, gak sampe tamat. So, kalo kalian mau baca sampe tamat kalian bisa mampir ke karyakarsa.

Karyakarsa : bluelovvers

Jangan lupa follow ya guys. Love you all😘😘

–––––

Mungkinkah Allah menjadikan dia sebagai perantara yang menolongku karena Allah ingin memberitahuku bahwa dia adalah jodohku?

@tulisan.aisa

Note : Please tag me if you share my quotes.

***

Setelah salat istikharah dan meminta petunjuk kepada Allah, maka Ustaz Albi sudah meyakinkan dirinya dan sudah mendapatkan jawaban dari Allah. Dia yakin dengan hatinya, dia yakin bahwa apa yang dirasakannya adalah sebuah cinta. Mungkin mulanya dia berpikir bahwa dirinya memikirkan Nadak hanyalah sebatas rasa bersalah dan berdosa. Namun, ternyata lebih dari itu.

“Ayo, sini lempar bolanya,” ujarnya kepada keponakannya yang bernama Rahman. Saat ini Ustaz Albi sedang bermain dengan keponakannya, sementara Rayta tengah memasak di dapur.

Ketika sedang asyik bermain menemani Rahman, tetiba Rayta datang ke ruang tengah menemui Ustaz Albi dan anaknya. “Ayo, makan. Makan malamnya udah siap.”

Ustaz Albi mengangguk, kemudian menggendong Rahman dan membawanya ke ruang makan. Mereka hanya tinggal bertiga saja tanpa orang tua. Terkadang Ustaz Albi dan Rayta merindukan sosok Abi dan Umminya yang telah meninggal. Namun, kerinduan mereka hanya bisa mereka sampaikan dalam untaian do'a.

“Kak.”

“Hm.” Rayta sedang menyendok nasi ke piring.

“Aku udah coba minta petunjuk sama Allah, dan aku udah mantapkan hati aku kalau aku mau melamar dia.”

Seketika tangan Rayta berhenti menyendok tumis kangkung. “Melamar? Siapa yang mau kamu lamar? Kamu udah ada calonnya? Kok nggak pernah cerita sama Kakak?”

“Gadis yang waktu itu. Gadis yang aku tolong. Aku jatuh cinta sama dia.”

“Astagfirullah, Albi! Kamu itu jangan sembarangan menamakan cinta. Kemarin kamu cerita ke Kakak kalau kamu cuma merasa bersalah aja karena udah lihat mahkota dia. Itu artinya kamu bukan cinta, tapi merasa nggak enak karena udah lancang. Jangan gegabah deh!”

“Iya, memang awalnya aku merasa bersalah. Tapi, setelah aku istikharah aku jadi yakin dan mantap. Niatnya aku mau datang ke rumah dia habis makan malam ini. Aku mau temui orang tuanya.”

Tidak ada tanggapan apa-apa lagi dari Rayta. Pandangan Rayta terus memandang Ustaz Albi dengan lekat. Rayta bisa melihat keseriusan yang tampak di wajah sang adik. “Ya udah. Kalau memang kamu udah yakin dan mantap sama perempuan itu, Kakak kasih restu.”

“Alhamdulillah. Makasih ya, Kak,” katanya dan dibalas dengan anggukan oleh Rayta.

Seusai membicarakan mengenai niat baik adiknya yang ingin meminang perempuan pujaan hatinya, mereka berdua melanjutkan makan malam dalam keheningan dalam waktu lima belas menit. Seusai menyantap makan malam bersama, Ustaz Albi lekas bergegas ke kamar mengganti pakaian dan bersiap-siap untuk berangkat pergi menuju rumah Nadak. Dia masih ingat betul alamatnya.

Ustaz, Kamulah Surgaku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang