Flashback
Jam pelajaran telah berakhir sejak beberapa saat lalu. Langit mulai berwarna jingga yang terang untuk menunjukkan bila waktu sudah berjalan semakin jauh.
Di dekat pagar setinggi lutut yang membingkai area tanaman, Hinata sedang berjongkok untuk menatap seekor kumbang yang hinggap pada kelopak bunga. Dia hanya merasa bosan karena menunggu Shion yang kunjung terlihat.
Setelah menghela napas, Hinata memutuskan duduk di sebuah bangku panjang. Sekarang, ia menatap gerombolan murid laki-laki yang masih asyik bermain bola di lapangan.
Di antara mereka, ada satu yang sangat menarik perhatian Hinata sejak tadi. Dia adalah pemuda yang sedang mengoper bola pada temannya.
Otsutsuki Toneri.
"Aku adalah hantu yang menghuni bangku ini."
Mendengar suara dan sentuhan yang datang tiba-tiba, Hinata langsung tersentak. Ternyata, Shion sudah ada di belakangnya dan memperagakan adegan film horor.
"Apa yang kau lihat?" Setelah itu, gadis tersebut mengambil duduk di samping Hinata. Shion ikut melirik ke arah di mana mata Hinata tertuju sejak tadi.
"Ada seseorang yang menarik perhatianmu di sana?"
Merona tipis, Hinata menggeleng. Sayangnya, Shion tahu jika sang sahabat tidak pandai berbohong.
"Begitukah? Baiklah." Shion tersenyum. Dia menegakkan tubuh dan mendadak berseru, "Hei! Otsutsuki Toneri!"
Karena panggilan tak terduga itu, Hinata langsung panik. Ia jadi gelisah, terutama saat Toneri benar-benar menoleh ke arah mereka.
"Cetak satu gol dalam waktu tiga detik, dan akan ku traktir kau sekotak pizza!"
Semua orang tahu jika itu hal yang mustahil, terutama dengan posisi Toneri yang masih sangat jauh dari gawang lawan. Jadi, pemuda itu hanya memasang gaya hendak meninju dan berteriak dengan kata "Dasar gila!"
"Hinata yang mengatakannya!"
Tapi, setelah mendapat balasan tersebut, raut kesal Toneri seketika berubah. Ia menatap gadis di dekat Shion dan tersenyum penuh penyesalan.
"Maaf, Hinata. Kalau begitu, aku akan berusaha sekuat mungkin!" Toneri berkata.
Shion tertawa puas. Menggoda Toneri memang hal yang paling ia sukai.
Tapi, sedetik kemudian, Shion terdiam begitu saja. Hinata bahkan sampai dibuat heran saat Shion mendadak duduk dan menjadi tenang.
Menoleh ke arah berbeda, tampaknya, Hinata bisa menebak apa yang membuat Shion jadi begini.
Namikaze Naruto. Setiap kali dia ada di sekitar mereka, Shion pasti bersikap mati kutu.
"Hinata, ... kau ... mengenal Namikaze Naruto cukup dekat, 'kan?"
Satu hal lagi yang berhasil Hinata dapati, wajah Shion saat ini sedang merona -- meski samar.
"Apa ... sekarang dia sedang dekat dengan seseorang?"
Bibir Hinata melengkungkan senyuman tipis. Ia menggeleng pelan memberi jawaban.
"Sungguh?"
Hinata meraih buku kecilnya dan mulai mencatat. "Iya."
Sejenak, wajah Shion tampak tak menyangka. Seperti ada perpaduan senang dan tidak percaya di dalamnya.
"Memangnya, ada apa?"
Melihat dari gerak-gerik yang ditampilkan, Shion tampaknya agak salah tingkah.
"Um ... tapi, jangan katakan ini pada siapa pun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuroi ✔
General FictionHidupku hanyalah lembaran putih kosong. Meski terkesan hampa, namun terasa tetap stabil. Lalu, hal itu datang. Bersama jutaan keping rasa yang ditawarkan agar menebar berbagai lautan keindahan untuk mewarnai hidupku. Membuatku merasa indah, merasa j...