15

3.9K 196 1
                                        

⚠️Warning! Di chapter ini ada beberapa adegan dewasa, kata-kata kasar, Broken English, kata-kata vulgar. Jangan ditiru. Mohon jadi pembaca yang bijak, dosa di tanggung masing-masing. Terimakasih uda support💓.

Bahkan sesampainya di lobby apartemen mereka hanya diam satu sama lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bahkan sesampainya di lobby apartemen mereka hanya diam satu sama lain. Terutama Kayafa yang hanya menunduk menahan tangisnya. Ia memegangi jaket kulit yang Rin berikan kepadanya tadi sambil merematnya.

Rin segera menekan tombol unit mereka sambil men-tapkan kartu untuk memasuki ruangan. Setelah unit mereka terbuka, Kayafa melempar jaker Rin ke kursi tamu dan langsung berjalan cepat menuju kamarnya .

Dia mungunci kamarnya rapat dan langsung terduduk di balik pintu kamrnya menangis tanpa suara. Ia memukul-mukul dadanya sakit.

Bahkan rasanya kali ini lebih sakit daripada Ia berpisah dari Reo yang selingkuh.

Rin seperti mendobrak paksa masuk kehatinya dan seenaknya pula menginjak-nginjaknya. Kayafa menangis menahan isakkanya.

Jika tau begini, seharusnya Ia tidak berharap lebih kepada Rin dari awal, ternyata Rin sama saja dengan pria lain. Jika wanita yang Ia dekati sudah memiliki rasa maka dengan mudah ya Ia mencampakkannya.

 Jika wanita yang Ia dekati sudah memiliki rasa maka dengan mudah ya Ia mencampakkannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Paginya Rin mengetuk-ngetuk pintu kamar Kayafa. "Kay, gua berangkat ke kampus ya. Obat perda pusing udah gua letakin di meja." Ujarnya.

Kayafa terbangun karna ketukan pintu di kamarnya, karna memang dasarnya Ia mudah kali terbangun karena distraksi kecil.

Ia melihat bahkan semalam ia sama sekali tidak ganti baju dan terus saja menangis. Kepalanya sangat pusing dan badannya terasa panas.

Mungkin ini efek dia mabuk dan menangis semalaman penuh. Ia sangat pusing namun tetap mencari hpnya untuk mengabari Historia bahwa hari ini dia tidak masuk, dan untuk sementara waktu Ia ingin tinggal di rumah Historia saja.

Ia segera menelfon Historia, sementara di balik pintu sudah tidak terdengar suara lagi pertanda Rin sudah berangkat kuliah.

"Kayy? Semalam lu pulang sama Rin kan." Begitu tersambung Historia langsung menayai keadaan sahabatnya.

"Tenang gua aman kok." Ujarnya serak.

"Lo sakit? Astagaaa ."

"TA in (titip absen) gua dong tolong, kepala gua pusing banget. Terus gua mau minta tolong gua nginep di rumahlo beberapa hari ya, please." Ujarnya memohon.

"Okai, okai. Kayaknya lu urgent deh. Masalah TA aman, tidur dirumah gua juga boleh kok. Lo istirahat dulu aja ya nanti lo gua TA in. Kabarin aja mau kapan kerumah."

"Makasih pengertiannya Sayang." Ujarmu lalu menutup telfon.

"Aduuh pusing banget." Ujar Kayafa sambil memegangi dahinya yang juga panas. Namun Ia juga memaksakan berdiri keluar untuk mencari minum.

Ia berjalan tertatih ke dapur dan bruk. Ia terjatuh pingsan karna badannya sangat lemas.

"Duh Ipada gua banget lagi yang ketinggalan." Rin kembali memasuki unitnya dari dalam lift sambil menekankan kartunya. Ketika unitnya terbuka Ia segera masuk buru-buru untuk mengambil Ipadnya.

Betapa terkejutnya Ia melihat Kayafa pingsan di ruang tengah. Ia masih memakai ransel segera menelfon Kayafa ke kasur kamar Kayafa lalu segera menelfon dokter pribadi keluarganya yang berada di kota ini, sambil mengecek nafas Kayafa manual.

Setidaknya paniknya berkurang saat tau Kayafa masih bernafas normal. Ia melihat Mata Kayafa yang sembab dan Ia tau itupasti karena ulahnya semalam "Rin goblok, Rin goblok." Ujarnya sendiri sambil mengetuk-ngetuk kepalanya.

Ia mengelus pelan pipi yang pucar itu sambil menunggu dokter keluarganya datang, 4 menit kemudia dokter datang ke unit Rin. Ia segera membukakan pintu untuk dokter tersebut dan menuntuk dokter ke kamar Kayafa.

Kayafa kembali bangun mengerjapkan matanya, kali ini kepalanya sudah tidak terlalu pusing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kayafa kembali bangun mengerjapkan matanya, kali ini kepalanya sudah tidak terlalu pusing. Ia langsung ingin menegakkan badanya, namun di tahan oleh Rin yang berada di sebelahnya.

"Tiduran dulu."

Ia kebingungan melihat Rin berada disampingnya, seingatnya tadi Rin sudah pergi kuliah. Kemudian Ia melihat tangannya yang diinfus dan pakaiannya yang sudah berubah.

"Tadi Dokter Rika yang gantiin pakaian lo, tadi lo pingsang terus gua langsung panggil Dokter Rika kesini."

Kayafa hanya diam mendengar penuturan Rin. "Kata dokter lo gapapa cuma kelelahan aja, terus lo di kasi deh suntik nutrisi." Sambung Rin lagi

'Oooh, suntik nutrisi. Pantes gua udah enakan." Pikir Kayafa. Bahkan rasanya badannya lebih bertenaga di bandingkan ia bangun pagi hari tadi.

"Lo kenapa sih bikin gua cemas mulu." Ujar Rin sambil mengelus-elus lembut pipi Kayafa. Namun wanita bersurai coklat gelap itu menepis tangan Rin kasar.

"Gausa pegang-pegang." Ujarnya tegas.

Rin yang tangannya di tepis hanya diam dan tersenyum. Ia segera berdiri dari tempat duduknya, "Bentar gua siapin makan sore lo dulu." Kemudian Rin keluar dari kamar Kayafa.

Kayafa hanya menatap kepergian Rin dengan diam, Ia melihat jam dinding di kamarnya sudah menunjukan jam 2 siang. Berarti Ia pingsan kurang lebih 3 jam. Namun kali ini tenaganya sudah lulih seuruhnya bekat infus ini.

Kayafa segera menegakan badannya dan turun dari kasurnya, ia mengambil baju-bajunya di lemari. Tekadnya sudah bulat setelah Ia mengemaskan bajunya Ia akan langsung mencabut infusnya dan pergi kerumah Historia

 Tekadnya sudah bulat setelah Ia mengemaskan bajunya Ia akan langsung mencabut infusnya dan pergi kerumah Historia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mate ; Itoshi Rin ; Blue LockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang