Hari demi hari berjalan tanpa adanya kejadian berarti meskipun seminggu ini aku banyak melakukan kelalaian kecil. Segalanya normal hingga pada suatu hari ada seorang warga yang dikerjai oleh pihak kontraktor dan keributan terjadi di kantor.
"Saya ga mau pipa nya dipasang seperti ini!"
"Yaudah ibu ngomong ama atasan! Jangan sama saya!"
"Dasar curut! Kutilang , bangsat..." Dan sebagainya."Ada apa ini?"
"Pak Wayan, ini pak Suratno masang pipa nya ngelewatin jalur kebun saya! Kan takut kalo kenapa-kenapa."
"Iya, iya, tenang dulu, bu Anah, ini saya udah siapin teh dan tahu."
Saya makin dibuat heran dengan kejadian yang kerap terjadi di desa ini dan sekitarnya meskipun hanya kejadian-kejadian biasa.Sepulangnya dari kantor, aku menemukan si Mbah dan sekeluarga menggelilingi Wahyu yang mengalami biduran hebat dan tengah kerasukan.
"Astaghfirullah."
"Ambil kain basah, dek, cepet!"
"Tobat nak, Istighfar.""Kenapa, bang, barusan?"
"Gapapa, dik, cuma butuh di ruqyah."
"Kasihan anak kecil kayak Wahyu, bapaknya ninggalin dia, ninggalin utang besar, emaknya diujung tombak kerja terus."
"Aku terus berdoa semoga mereka bertiga dijauhkan dari bahaya, tapi aku...aku... Sebagai adik laki laki cuma bisa...."
"Udah , bang, yang sabar ya."Kak Ava menangis sejadi-jadinya, Kak Intan tampak menutupi wajahnya dengan penuh kekecewaan dan Mbah tampak bersedih.
"Udah, mbah, ga usah dipikirin. Ayo kita makan malam."
Sekeluarga berkumpul di meja makan, lauk pauk dimasak oleh Mbak Ava, Mbah dan Bang Adam, nasi disiapkan oleh Mbak Intan.Makan malam Yang sangat hangat dan menenangkan hati, setelah bersih-bersih bersama, kami berpisah, aku bergegas ke kamar untuk istirahat, bang Adam ke teras rumah untuk merokok, dan Mbak Ava mengantar Acep tidur.
Aku sedang dalam berpikir saat aku mendengar desahan dari kamar sebelah yakni kamar milik Kak Intan. Nampaknya Kak Intan sedang menikmati waktu pribadi dengan "teman kecil"nya.
Aku tak kuasa menahan godaan sehingga ku siapkan sekotak tisu dan aku melakukan yang biasanya dilakukan orang lain di situasi seperti ini ditambah mengintip melalui lubang kecil yang ternyata dimiliki kamar ku ini.
Ia menggigit kaosnya keatas, dengan BH hitam motif bunga yang sudah lepas , celana yang berada di pergelangan dan tangan kiri yang mendampingi "alat pink" itu beraksi. Astaga, menggugah sekali, rasanya sedikit lagi hingga aku meledak hingga tiba tiba terdengar suara tembakan kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Pilu Di Desa Penakmawon
Gizem / GerilimAdam Dananto, seorang pria yang baru saja menyelesaikan studinya diutus oleh bapaknya untuk bekerja di Kelurahan desa Penakmawon di Yogyakarta. Tetapi ada yang sedikit janggal dari diri Adam, yang membuat nya mencolok, dan bahkan tidak dapat disamb...