00-02 [Ekstra S1]

1K 196 16
                                    

Ketika warna mata perpaduan langit dan lautan dalam itu menatapnya. Pada hari dimana langit meraung penuh amarah. Bumi terguncang penuh teror kejahatan hati manusia.

Sukuna berdiri dihadapan pasukan penyihir yang berdatangan. Tangannya terentang dengan kebanggaan dan kesombongan. Menatap maklhuk lemah di atas bumi sebuah penghinaan.

Raja Kutukan tidak pernah terpojok saat pertarungan dimulai. Mereka yang maju melawannya jatuh hanya tinggal tubuh tak bernyawa. Kekuatannya yang menantang surga membunuh target seperti semut hanya dengan jentikan jari.

Dilihat dengan sepasang matapun, tidak ada kemungkinan untuk kalah. Nyawa yang berjatuhan hanya bisa berharap kemenangan dengan meraung putus asa.

Kecuali--

Crat--!

Srat--!!

Mata merah darah sang iblis melebar dengan kejutan mengguncang hati. Perasaan kematian yang begitu dekat membuatnya tertegun, terakhir kali yang diingatnya adalah perubahan dari manusia ke kutukan. Sukuna terlalu lama hidup untuk mengalami perasaan seperti ini lagi.

Sesak yang memeras paru-paru, darah melewati mulut penuh bau karat. Tubuh yang lemas membuatnya sulit mempertahankan kesadaran. Sayatan mengerikan bermunculan di tubuhnya tanpa peringatan, membuat penyihir yang berlarian untuk membunuhnya membeku oleh kejutan.

Adegan seperti membeku oleh apa yang diantisipasi.

Satoru, berdiri sebagai patriak klan Sugawara melangkah pertama kali untuk melakukan gerakan. Tangannya direntangkan ke depan menuju Sukuna.

"Biru."

Darah mengalir melalui sudut mulutnya dan alisnya berkerut tajam untuk memfokuskan diri.

"Merah."

Menutup matanya kesakitan, Satoru  menggertakkan giginya. Energi kutukan berputar dari dalam ke luar tubuhnya seolah mengamuk, menghancurkan organ dalamnya dengan menyakitkan. Petir berkedip-kedip seolah melindunginya.

Sedangkan Sukuna yang dibidik merasakan kekosongan. Pikirannya berkelebat dengan banyak kemungkinan. Hanya satu orang di dunia ini yang mungkin menyakitinya sedemikian rupa selain dirinya sendiri. Mengalihkan pandangan pada suatu arah, Kutukan bermata empat untuk pertamakalinya khawatir.

Yuzura ...

Yuzura--

Berlari dengan seluruh tenaganya, Sukuna mencoba meraih seseorang dengan telapak tangannya. Pemandangan di depannya masih hijau lebat, tidak menemukan sosok yang diinginkan.

Kemarahan memenuhi pikirannya.

Raja Kutukan merasakan pengelihatannya kabur kemudian hitam.

***

Saat membuka matanya kembali, Sukuna mengingat apa yang dialaminya sebelumnya dan merasa aneh. Kontrak kehidupan yang dimilikinya dengan Yuzura adalah satu kepastian yang membuatnya mati, jika dirinya masih dapat membuka matanya ...

Yuzura bangkit kembali?

Namun selama hidup yang diingatnya, banyak sekali manusia mencari kebangkitan atau keabadian. Satu hal yang bisa berhasil untuk dunia ini, menjadi kutukan. Tapi perasaan kematian yang menghampirinya bukan kepalsuan.

Saat langit meraung dengan petir dan cahaya menyilaukan, mata merah Sukuna terangkat. Suatu fakta membuatnya teringat.

Klan naga dikabarkan menjadi keturunan dewa. Dapat mengendalikan cuaca, disembah oleh manusia di bawah langit.

Memiliki pemikiran seperti itu. Melihat sosok yang dikenalinya mendekat dengan yukata compang-camping, Sukuna terdiam. Keadaannya tidak lebih baik dari dirinya sendiri.

Lama sekali tidak pernah percaya dengan dewa, jauh dari kehidupan yang pernah dipikirkannya.

Judul dewa asing, bagi seseorang yang menganggap dirinya dewa ditawari untuk kesempatan hidup kembali.

Memikirkan dewa yang abadi seperti kebanyakan digambarkan, Sukuna tidak menginginkan keabadian, dia hanya ingin hidup cukup lama untuk mendapat lawan yang sepadan mengisi kekosongan dalam hati.

Tapi ketika kebahagiaan itu datang.

--Kepergiannya begitu cepat.

Seperti lentera yang diterbangkan, pergi ke tempat dimana dirinya tidak dapat melihatnya lagi.

Tidak dapat meraihnya kembali.

***

"Sukuna-sama, untuk apa kuil ini didirikan?"

Uraume bertanya dengan tatapan bingung. Perintah oleh tuannya tidak bisa dipertanyakan, tapi ketika tiba-tiba seorang Raja Kutukan yang meremehkan keberadaan dewa, berubah menjadi penyembah dewa, semua orang jelas bigung.

Lantai kayu, pilar, dan daerah sekitar kuil dibangun dengan tangannya sendiri. Ketika semua selesai, altar persembahan di dalam kuil kosong masih tidak terlihat keberadaan apa yang coba di puja. Ketika perang terakhir merenggut banyak nyawa penyihir tak terhitung jumlahnya, Untuk pihak Sukuna mereka juga kehilangan satu hal yang dijanjikannya untuk dilindungi.

Penyesalan jelas, tapi tidak untuk sang Raja.

Mereka menatap kedepan, melihat kemungkinan.

Merah darah yang berputar disekitar pupil hitam itu meliriknya diam. Jari-jari yang memegang tablet kayu menggores garis-garis dengan halus, menyatukan menjadi nama yang familiar di atasnya. Uraume melihatnya, hanya menunggu letika nama diletakkan di atas altar.

Hanami Yuzura

Hanya nostalgia yang tertinggal, dalam penyesalan yang panjang. Uraume berlutut disamping tuannya, Yokusho patah diletakkan di atas meja dengan lilin abadi menyala.

"Klan Naga keturunan dewa, tidak mengherankan dewa akan datang dibawah keturunannya."

Uraume melebarkan matanya mendengar penjelasan tuannya. Mengingat kembali ketika Yuzura memberikan keabadian. Memang tidak terlihat sangat manusiawi, jika bukan karena perkataan tuannya dirinya tidak pernah memikirkan kemungkinan ini.

Dewa merupakan bagian dari esensi dunia ini, kekuatan dan wujud tergantung pada pengikutnya. Setidaknya itulah yang disimpulkan Sukuna. Ketika Yuzura membantunya sebagai kutukan mendapatkan kesempurnaan apa yang tidak dimiliki yang lain. Esensinya sebagai dewa pasti tercemar, hingga bisa membuatnya menjadi dewa yang jatuh. Dewa ketidak beruntungan, kekacauan, dan keburukan.

Entah apapun wujudnya, jika dirinya bisa membawa kembali Yuzura. Memang sepadan.

Dupa dinyalakan.

"Kembali ... dan lihat."

Bahkan jika seribu tahun lamanya.

"Aku menunggumu untuk datang."

Keheningan lama membuat suara gemerisik daun tertiup angin terdengar. Sukuna berdiri dan berbalik dengan aura tirani. Keluar dari kuil dengan ketenangan sebelum badai.

Memasang tenda di sekitar kuil kemudian melompat jauh menuju kediaman para penyihir bajingan itu.  Menyatakan kehancuran untuk membalas ketidaksenangannya.

***

Raja Kutukan Ryomen Sukuna dikalahkan oleh para penyihir dan tubuhnya tidak bisa hancur oleh serangan apapun, seperti anugrah dari tuhan--atau iblis. Para penyihir memotong ke-20 jarinya dan disegel di berbagai tempat untuk mencegah kebangkitannya kembali.

Setidaknya seperti itulah berita yang di deklarasikan para tiga klan besar penyihir. Tidak akan ada yang tau kebenarannya kecuali meraka yang hidup di zaman itu.

***

To be Continued ...

Jadi Sukuna menebak bahwa Yuzura merupakan dewa dan ingin membangkitkannya dengan dirinya menjadi pengikut Yuzura, Tapi gagal. Alasan tubuh sukuna tidak bisa hancur karena efek dari skill keabadian Yuzura dan Sukuna memilih disegel agar penantiannya tidak terasa lama.

Dann..,, aku nanti jarang up karena emng baru2 ini sibuk! Terimakasih!

Jangan Lupa vote dan komen!!


Leven_Ack

[Jujutsu Kaisen : Otome Game In to Reality] || Jujutsu Kaisen x OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang