awal

3.5K 374 217
                                    

"Sah?"

"SAAAAH!"

Akad berjalan dengan lancar. Walau tadi Sori hampir salah mengucapkan akad karena maharnya yang kepanjangan. Untung aja dengan mulut kepleset, Sori berhasil.

Sekarang, tinggal itu aja. Salim. Tapi [Name] tak ada inisiatif bergerak bahkan saat sudah diingatkan, [Name] tetap diam. Sampai akhirnya Sori menepuk pelan punggung sahabatnya yang kini sudah sah menjadi istrinya.

"Heh, salim...." bisiknya.

[Name] yang mendengar bisikan Sori, ikut berbisik untuk bertanya. "Emang harus, ya?" jujur saja, dia agak ogah salim ke Sori.

"Ya gatau, tapi biasanya orang nikah gitu."

Sori juga gak tau gais, ini pengalaman pertamanya soalnya. Dia cuma sekedar liat pas di nikahan Taufan.

Akhirnya, dengan senyum paksa, [Name] menyalimi tangan Sori, sebelum kembali berkomentar. "Tanganmu bau keringet...."

Ya Allah, Mas, Mbak ... lagi nikah, loh. Jangan bisik-bisik terus, lah.

"Kamu juga bau keringet, [Name]."

"Enak aja."

Setelahnya, mereka berdua kembali tersenyum―melihat kotak cincin yang berada di depan mereka, "pasang cincin." bisik Sori.

"Ya kamu dulu, lah. Di mana-mana cowok duluan yang masangin cincin."

"Oh, gitu ya?"

Masih berlanjut bisik-bisik mereka. Gak tau aja dari tadi Halilintar dengerin. Sampe greget sendiri, dalam hati dia― 'lu pada bisa nikah yang bener gak, sih?!'

Sori pasangkan cincin berlian itu di kelingking [Name], membuat [Name] jadi sebal karena kebodohan sahabatnya. "Di jiri minis ding, misi di kilingking?" sebal aja. Makanya ngomongnya jadi gitu. Kayak nyinyir.

"Oh, iya. Salah hehehe."

Cepetan woy, pasang cincin aja lama banget. Itu yang nonton sampe bosen. Selesai Sori memasangkan cincin pada [Name], kini giliran [Name]. Kalau [Name] sih, sat set sat set karena udah latihan. Gak kayak Sori.

Baru, deh, setelahnya mereka langsung kembali menghadap para saksi dan menunjukkan cincin mereka. Bukan, cuma [Name] yang menunjukkan. Membuat Sori terheran-heran.

"Ngapain ditunjukkin?" bisik Sori.

"Ya biasa ditunjukkin tauu. Udah ah, lu tunjukkin aja tuh cincin."

Gamau ribet, Sori menuruti perintah [Name]. Ia ikut menunjukkan cincinnya, dan para saksi langsung senyam-senyum, bertepuk tangan, serta mengucapkan selamat. Sori makin bingung, ini the power of nunjukkin cincin, kah?

"Alhamdulillah...." Halilintar yang sudah curi start duluan ambil makan akhirnya lega. Dari tadi dia tahan napas karena greget, kek, woy lo pada yang bener, kek.

――BESTIE。

Selesai acara, keduanya langsung menuju ke kamar hotel. Karena jika pulang ke rumah akan membutuhkan waktu yang cukup lama, makanya, kebetulan acara mereka di hotel, sekalian saja pesan kamar, deh.

[Name] dan Sori sudah selesai mandi, sudah wangi. Sekarang keduanya sedang berada di pelukan kasur. Tak ada niatan untuk bangun.

"Capek."

"Sama. Aku gamau nikah lagi, capek."

"Lo nikah lagi, gue kirim ke isekai."

Informasi sedikit, [Name] ini rada wibu. Karena terlalu banyak gaul sama temannya yang merupakan jodoh Gentar di masa depan nanti.

"Tidur, yuk?"

"Belum buka amplop...."

"Oh iya amplop...."

Sori langsung bangun, pemuda itu pergi ke arah tumpukkan kado dan plastik berisi amplop-amplop dari orang. Cukup banyak, sehingga ia bagi dua dengan [Name].

Iya, pasangan ini tak ada kepikiran malam pertama atau hal dewasa lainnya. Hanya terpikirkan amplop berisi uang bernominal besar dari para tamu.

Memang, ya, nikahan aja kayak gitu, pas malemnya kayak gini lagi. Apa kata bapak mereka nanti? Yup, kebelet nikah.

"Tujuh juta seratus, tujuh juta empat ratus, tujuh juta sembilan ratus, delapan juta dua ratus .... yang kamu hitung berapa, Sor?"

"Tujuh juta tiga ratus."

"Hem, berarti totalnya lima belas juta lima ratus, dong? Walah, gak sia-sia ngundang 400 orang. Rata-rata orang kaya lagi."

Kenalan Sori banyak yang orang kaya, sih. Teman bapaknya Sori juga datang, terus sepupu-sepupu Sori yang emang kaya datang. Duh, gak heran kalau jumlah isi semua amplop mereka bisa mencapai dua digit.

"Ya sudah, sekarang tidur yuk, Sor."

"Ayo. Sambil pelukan ya?"

"Terserah. Aku ngantuk."

[Name] langsung merebahkan diri ke ranjang, lalu disusul oleh Sori yang selesai menyimpan uang dari tamu mereka. Pemuda itu memeluk tubuh [Name] dari belakang. Menaruh kepalanya di leher [Name], baru menutup mata. [Name] sih tak terganggu, toh juga mereka sudah sah.

Dulu saat masih bestie juga Sori sering tiba-tiba meluk kalo lagi capek. Ini udah hal biasa. Bedanya, hubungan mereka sekarang ganti status aja. Jadi pasutri.

_________

HALOOO, aku kembali membawa buku baru 😎 akuu hebxkdsb pengen nyoba bawa hubungan bestie → pasutri. Kayaknya seru, gitu. Aku mau coba semua trope, sih.

Kayak supranem kemarin, awalnya mau guru-murid, tapi itu aneh, jdi yh guru-guru. Atau kayak solar, enemies to lovers. Bisa kayak gempa juga, jodoh dadakan. Atau halilintar, yang tipe saling menutupi kekurangan.

nah, sekarang di sini aku mau coba hubungan sama bestiee gituu! Banyak banget trope (?) yang mau kucoba tulis biar beraneka gitu. Coba tebak, nanti yang sama sopan tipenya gimana hayo /heh

Doakan ak bisa memegang karakter sori dengan baik, karena kadang aku pusing sama solar-nya. 😔 kalo duri-nya ak bisa sdikit mmbri kpastian.

See u nanti, ya!

bestie; b. sori [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang