"Eh? Laki-laki?" Sori menghentikan kegiatan bermain video game-nya dengan sang kakak, ia memberi semua fokusnya pada ponsel yang saat ini sedang terhubung dengan seorang wanita di seberang sana."Iya, hari ini jadwalku buat USG. Terus kata Dokter begitu."
"Loh, kok gak bilang kalo mau ke Rumah Sakit? Kok gak bilang kalo ada jadwal?"
"... Kemarin aku bilang, tapi katamu enggak bisa nganter."
"Kapan kamu ngomong?" seingat Sori, kemarin hari istrinya ini tak ada berbicara perihal si buah hati.
"Uh, pas malem? Pas kamu setengah sadar karena aku bangunin."
Oke, sekarang masuk akal jika di ingatan Sori tak ada percakapan tentang USG. Lagipula, orang aneh mana yang mengajak ngobrol tentang hal serius dengan orang yang sedang setengah sadar?
"Duh, [Name] iih! Padahal hari ini aku gak banyak kerjaan. Sekarang aja lagi di rumah Bunda, mabar emel bareng Bang Frosty."
Walach, [Name] sibuk demi buah hati mereka, eh si calon bapack malah nganggur main game bareng si calon om.
"Enggak usah pulang lagi kamu!"
Mampus. Galak banget, sih. Tapi tak apa, Sori tetap suka, kok. Suaranya kayak kucing kejepit pintu aja tetap Sori sukain, kok.
Setelahnya, sambungan telepon dimatikan sepihak oleh [Name]. Yang mana membuat calon ayah satu ini langsung merinding takut dan lesu. Lagi-lagi, ia melakukan kesalahan yang sama.
"Gak dibolehin pulang lagi?"
"Iya, Bang."
Si kakak tertawa puas. Baginya, penderitaan adik-adiknya adalah lelucon lucu yang mampu membuat dirinya tertawa. Ah, tapi tetap ditolong, kok.
"Gak usah ketawa! Ini kan gara-gara Abang yang ngajak Sori main PS ke rumah, terus malah jadi main emel."
"Ya kupikir kamu lagi nganggur, Dek."
"Ya-bener, sih."
FrostFire meletakkan ponselnya begitu selesai memenangkan game yang tadi ia mainkan dengan Sori. "Ya sudah, karena udah terlanjur begini dan kamu lagi nganggur, kenapa kamu gak coba cariin nama buat bayinya? Laki-laki, kan? Aku punya beberapa nama yang cocok."
"... Betul juga." tumben sekali otak milik FrostFire ini bisa diajak untuk berpikir. Biasanya juga cuma bisa diajak untuk tertawa di atas penderitaan orang lain.
"Punya saran nama gak, Bang?"
"Wahyudi."
Reflek, tangan Sori terangkat untuk memukul punggung si abang. "Namanya jangan yang begitu, dong! Aneh banget Wahyudi, cocokkan Wahyu."
"Aneh aneh begitu juga anehan nama lo, Dek. Nama kok Sori."
"Lah, nama kok FrostFire. Anehan mana?"
Haish, kalian itu namanya aneh semua. Enggak usah tanding siapa yang paling aneh.
"Siapa, ya...."
"Ya pikir sana."
"Emangnya kalo Sori nemu nama yang cocok, [Name] bakal bolehin pulang gitu, Bang?"
FrostFire mengangkat bahunya, "ntah, bisa aja begitu. Namanya juga usaha, Dek."
Betul, usaha saja dulu. Tentang hasil belakangan saja. Mau berhasil atau tidak, yang penting sudah mencoba terlebih dahulu.
"Wawan."
"Jelek."
"Iros?"
"Itu nama lo tadi dibalik doang gak, sih? Sori = Iros."
"Hehehe, mana bener lagi."
"Hahahehe hahahehe, lucu lo begitu?"
"Waduh, Bang. Jangan galak kayak Mas Supra, dong. Kita kan bestie."
Halah, bestai bestai. FrostFire tak percaya dengan yang namanya bestai.
"Coba lo gugling deh. Nama yang cakep gitu."
"Namaku cakep sih, Bang."
"O aja."
Sesuai saran FrostFire, Sori langsung membuka ponselnya untuk mencari nama yang cocok. Keyword nya sederhana saja,
"Nama bayi aesthetic dari A-Z."
Hadeh, Sori.
"Jangan keyword itu woy! Udah jadi pasaran. Yang enggak pasaran dikit, kek."
"Apa dong?"
"Mending mikir sendiri aja, Sor."
"Tadi katanya disuruh gugling."
"People change."
"Gak jelas."
――BESTIE。
Jantung Sori berdetak lebih cepat dari biasanya begitu sampai di depan rumah. Padahal ini rumah dia, bukan rumah orang yang ingin ia malingi, kenapa sampai degdeg an seperti ini, sih?
Simpel. Seharusnya ia tak ke sini sesuai perintah [Name]. Namun, karena ia sudah memiliki nama yang cocok untuk bayi mereka setelah mencari selama dua jam dengan sang abang, Sori jadi ada alasan untuk pulang, kan?
'Enggak apa, Sori! Anggap rumah sendiri.'
Lah, emang itu rumah lo pe'a.
Cklek.
"Sayang ... aku pulang." bisiknya.
Sori menaruh kembali alas kaki yang ia pakai untuk keluar tadi di rak sepatu. Dengan pelan, pria itu memasuki rumah agar tak begitu mengganggu [Name] yang mungkin saja saat ini sedang berada di dalam kamar.
Sebenarnya, nama ini hasil dari gugel translet di ponsel FrostFire, saat di dua jam terakhir; tepatnya ketika mereka berdua sudah menyerah dan memutuskan menggunakan ponsel saja.
Hampir saja saat itu mereka ingin menggunakan nama Wahyu. Bisa-bisa [Name] mengamuk, karena itu nama teman mereka semasa SMP.
"[Name]?"
Sori mengetuk pintu kamar mereka dua kali, lalu langsung memutar kenop pintu tanpa menunggu balasan. Agak takut sebenarnya, tapi enggak apa.
"[Name], aku tau kamu pasti mau protes karena aku pulang tap―"
Omongan Sori terhenti, begitu ia membuka pintu lebar dan mendapati sang istri yang sedang dalam kondisi mengganti pakaian.
"...."
"...."
"... MAAF [NAME]!"
"ISTIGFAR LO."
Astaga, belum juga idenya dengan FrostFire terjalankan, ia sudah mencium bau-bau akan diusir lagi saja.
"BENERAAAN ENGGAK SENGAJAAA HUAAA."
"MAKANYAAA TUNGGU ORANG JAWAB DULU KALO HABIS KETUK PINTU!"
Aduh, malu, deh. Padahal mereka sudah pernah begituan juga, tapi tetap saja belum terbiasa. Baik Sori ataupun [Name], keduanya belum terbiasa.
Yah, gagal deh. Kalau gitu, lain kali saja Sori spill namanya.
______
Apa kabar kalian, setelah aku gantung lima hari? 👀
Aku beneran lega banget karena udah gak ada kesibukan lagi, bisa hantam ini buku deh jadinyaaa ‼️ novel-novelku juga udah selesai kubaca, belum beli baru lagi. Jadi, ak punya banyak waktu buat leha-leha deh.
So sorry karena gantungin kalian lima hari 😔 sebenarnya tiga hari aja, sih. Cuma dua harinya buat take a rest.
Sekarang ak sudah kmbali ada niat dan tekad untuk produktif 🤩🤩‼️
See u besok!
KAMU SEDANG MEMBACA
bestie; b. sori [√]
Fanfiction╰──> ˗ˏˋ BoBoiBoy Sori x Reader 𝘕𝘪𝘬𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘣𝘦𝘴𝘵𝘪𝘦? 𝘞𝘢𝘩, 𝘨𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘵𝘶𝘩? 𝘚𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘴𝘭𝘦𝘦𝘱𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘨𝘢𝘬? 𝘏𝘶𝘣𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘬𝘦𝘭𝘪𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘨𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢? 𝘛𝘦𝘵𝘦𝘱 𝘬𝘦𝘭𝘪𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘺𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘴𝘵𝘪𝘦...