"Jadi kamu kenapa ke sini? Mana [Name]?"Pria paruhbaya itu menatap sebal pada menantu laki-lakinya yang saat ini berada di depannya. Bayangkan saja, pagi-pagi seperti ini―yang seharusnya ia bersantai sembari melihat tanamannya, malah diganggu oleh si mantu.
Anaknya gak ada lagi. Cuman si mantu. Kan bapak jadi bingung, ngapain ke sini?
"Sori mau curhat, Pah."
Wajah Sori terlihat seperti orang putus asa sekali, seperti sudah tak ada harapan lagi, seolah si mertua harapan terakhirnya.
Dari wajahnya saja, ayah [Name] bisa menebak. Pasti anak dongo ini tiap hari istighfar terus karena hidup sama [Name]. Si ayah tahu, kok. Dia sudah berpengalaman hidup dengan [Name] selama dua puluh tahun lebih.
"Kenapa? Kamu diusir? Disuruh tidur di luar? Cuma dianggap temen? Didiemin?"
Aduh, mendengar tebakan mertuanya, Sori langsung terasa seperti ditusuk anak panah. Tebakannya benar semua, rasanya Sori jadi kesal.
"Mana bener lagi...."
Ayah [Name] tertawa kencang, "karena apa? Lupa buang sampah? Gak cuci piring sendiri?" iya, ayah yang satu ini sangat mengenal anaknya. Karena dulu dia korban seperti Sori juga.
"Lupa buang sampah, Pah."
Tuh, kan.
"Gak heran kalo habis itu kamu didiemin, Le. Jangan lupa buang sampah sama cuci piring sendiri kalo gak mau gini lagi."
Sebenarnya kasihan juga, sih. Ribut hanya karena lupa buang sampah. Sepele, tapi ributnya panjang.
"Terus Sori harus apa, Pah?"
Sori mau manja-manja sama [Name], tapi [Name]-nya lagi gitu, mana bisa manja. Sudah minta maaf juga, [Name] tetap diam. Harus apa? Tanya bapak mertua.
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Sori membuat sang ayah memiliki ide bagus, yang mungkin tak akan disukai oleh anak perempuannya.
"Saya ada ide. Tapi kamu siap?"
"Sori selalu siap kalo itu bisa bujuk [Name]!"
Segera, ayah [Name] memberi kode kepada Sori untuk lebih mendekat kepadanya, yang mana langsung diangguki oleh Sori. Ia berdiri dari tempat dia duduk. Menuju ke arah ayah mertuanya yang sedang memandang dirinya dengan raut tak bisa ditebak.
"Bisik-bisik aja."
"Rahasia banget ya, Pah?"
"Iya."
Dan pagi itu, awal dari hal ini terjadi.
――BESTIE。
Aneh.
Satu kata yang cocok untuk mendeskripsikan Sori saat ini. Pria itu tak seperti biasanya. Tak ada suara merengek yang terdengar di telinga [Name] setelah Sori kembali entah dari mana.
Yang ada hanya sebuah semburan merah tiap kali mereka berpapasan ataupun duduk di tempat yang sama. Dari jam delapan pagi hingga kini, jam delapan malam―Sori tetap mempertahankan keanehannya itu.
Membuat [Name] menjadi tak bisa menahan diri untuk tidak bertanya kepadanya. Dia menatap Sori yang dihiasi rona merah. Pria itu sedang fokus pada bukunya, mencoba untuk tidak salah tingkah karena dirinya sadar jika ditatap seperti itu.
Ini juga aneh, Sori jarang membaca buku pada malam hari. Biasanya, pria ini lebih sering menghabiskan waktunya pada malam hari dengan bermain video game. Ini salah satu bukti jika ada yang salah dengan Sori.
KAMU SEDANG MEMBACA
bestie; b. sori [√]
Fanfiction╰──> ˗ˏˋ BoBoiBoy Sori x Reader 𝘕𝘪𝘬𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘣𝘦𝘴𝘵𝘪𝘦? 𝘞𝘢𝘩, 𝘨𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘵𝘶𝘩? 𝘚𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘴𝘭𝘦𝘦𝘱𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘨𝘢𝘬? 𝘏𝘶𝘣𝘶𝘯𝘨𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘬𝘦𝘭𝘪𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘨𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢? 𝘛𝘦𝘵𝘦𝘱 𝘬𝘦𝘭𝘪𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘺𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘴𝘵𝘪𝘦...