01. rumah tangga

2.6K 334 215
                                    


Pagi hari pertama, pasangan suami istri baru ini nampak tengah berpikir keras. Setelah membuka semua kado dari tamu dan bersiap untuk pergi ke rumah baru, tiba-tiba Sori bertanya, "... kita ngapain habis jadi suami istri?"

Ini the rill kebelet nikah.

Merasa tak kunjung mendapat pencerahan selama berpikir keras, Sori berinisiatif mengambil ponselnya―menghubungi si sepupu yang sudah menikah juga. Saudara Sori belum ada yang menikah, semuanya masih sibuk dengan karir mereka.

"Biasanya suami tuh kasih uang bulanan gak, sih?" [Name] membuka suara, setelah tadi dia berpikir keras―yang aslinya gak mau mikir.

"Nominalnya?"

"Sepuluh, gak sih?"

"Sepuluh apa?"

"Sepuluh juta."

Walah, rada-rada ya nih cewek.

Sori, yang memang belum berpengalaman, mengerutkan keningnya bingung, "masa sepuluh juta, sih?"

"Emang kenapa? Kamu keberatan?"

"Enggak. Masa segitu cukup buat sebulan?"

Allahuakbar Sori. Kamu mau ngasih berapa? Mentang-mentang paling kaya nomor tiga di keluarga besar. Loh, nomor satu dan dua siapa? Halilintar nomor satu, Ice nomor dua.

Jangan salah, walau kerjaannya cuma rebahan, tapi Ice ini holang kaya. Makanya kata orang-orang tuh, don't judge a book by its cover.

"Ngasihnya tiap tanggal berapa?"

"Gak tau ... coba tanya Kak Taufan."

Taufan sih, tiap minggu selalu ngasih, bukan tiap bulan lagi. Sama istrinya diterima aja, ditabung. Daripada ditolak ya, kan? Rezeki mah diterima.

"Terus habis itu apalagi? Kita perlu cari Bibi pembantu buat kamu, gak?"

"Aku kayaknya bakal jarang masak sih, Sor. Tapi urusan beres rumah aku rajin, tau!"

"Jadi gak usah?"

"Kok gak usah, sih? Ya jadi lah!"

[Name] sudah lihat rumah mereka. Ketika melihat dari luar saja, dalam hati [Name] merasa tak sanggup membereskan rumah sebesar itu sendirian. Setidaknya dia butuh satu orang untuk membantunya dalam pekerjaan rumah.

Oke, uang bulanan dan pembantu sudah dimasukin ke dalam list sama Sori. Uangnya juga sudah dia hitung. Walau uangnya banyak, Sori tetap menghitung semua jumlahnya, loh. Bau-bau keuangan bakal dipegang Sori.

"Karena kita belum punya anak, berarti itu aja udah cukup, kan? Dua itu dulu. Masih awal juga. Kata istrinya Kak Duri, pelan-pelan aja."

Oh, iya. [Name] sebut anak, Sori langsung ingat jika semalam mereka tak ada pikiran untuk chuchuchuan-kalau kata FrostFire.

"... Kamu mau punya berapa anak?" ditembak langsung ya, Mas. Satsetsatset.

"Satu aja cukup, sih." ini juga, jujur banget, Mbak. Gak ada malu-malu kucing nya.

"Gamau lebih?"

"Kamu yang hamil sembilan bulan kalo mau lebih tapi, ya."

[Name] gakmau punya anak lebih dari satu. Dia sudah pikirin matang-matang, pikirannya sudah ke arah melahirkan. Gimana sakitnya dan lain-lain. Makanya, satu aja. Biar si anak bisa jadi anak tunggal kaya raya juga.

"?? Aneh. Aku kan cowok!"

"Nah, itu. Kamu cowok, gak bisa hamil diem aja. Enggak usah banyak tingkah kaya cacing kepanasan."

bestie; b. sori [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang