10 - Ada 23 Supercar!

149 11 0
                                    

Pagi itu, suasana orang-orang dikelas agak berbalik. Sejak jogging pagi, Liam yang biasanya sangat aktif mengobrol hanya duduk di bangkunya, diam saja sambil membaca buku sementara Sheva, Ina, dan Muna terus-terusan bercanda dan asik mengobrol sendiri.

Di kelas, Clio yang biasanya berisik juga jadi diam, ia yang biasanya duduk di samping Sheva, pindah ke sebelah Peia. Kursi Jes kosong dan Clio tidak ingin adiknya kesepian duduk sendiri.

Lucas yang notabenenya teman cerita Liam justru menimbrung bersama Amos dan Florie. Pokonya ia akan merespon dan membicarakan apa saja. Meski khawatir dengan Jes, Lucas tidak ingin terlarut-larut memikirkannya, ia tidak bisa. 

Ketika jam pelajaran dimulai, sembari memberikan kertas ujian, Vivian bertanya, "Jes di mana?"

Liam agak melamun sebelum, Lucas menyenggol sikutnya. Cepat-cepat Liam fokus ke arah Vivian, berpikir sejenak sebelum menjawab, "Dia sakit, Miss."

"Sakit? Sakit apa?" 

Liam menautkan antar jemarinya, menjawab sembari menatap jemarinya yang saling tindih, "Keracunan makanan." 

"Sudah pergi ke rumah sakit?"

Liam menggeleng, "Belum." Ia kembali menatap Vivian, "Jes cuma berbincang dengan dokter pribadinya tadi malam."

Vivian menatap Liam sejenak, menunggu keputusan dari Liam. Vivian bisa saja bertanya lebih lanjut, "Perlu diperiksa? Perlu ke rumah sakit? Sudah mendingan? Sudah menghubungi orang tuanya?" tapi mengingat Liam adalah ketua kelas dari Untitled, kelas para jenius, Vivian yakin Liam paling tahu bahwa tidak hanya apa yang keluar dari mulutnya, tapi setiap keputusan kecil dari Liam seperti: memutuskan untuk berbicara atau tidak, akan menentukan nasib kelasnya.

Liam meneguk ludah, menurunkan matanya dan menyaksikan lembar ujian yang sudah ada di mejanya. 

Vivian tersenyum tipis, "Baiklah, mulai, kerjakan, batas waktunya sampai pukul 8.30"

Suasana kelas kembali hening. Murid-murid fokus pada lembar soal, lembar jawaban, dan pikiran masing-masing. 

Baru lima belas menit berlalu, seorang Ibu-Ibu pengurus tata usaha mengetuk pintu dan mendorong pintu kaca. 

"Kelas Untitled?" ucapnya dengan nada tidak ramah dan mata yang sudah melotot. Tanpa memberi jeda yang cukup bagi siapapun untuk merespon panggilan itu, ia lanjut berkata, "Miss Vivian, apa disini ada saudara  Jonathan Sage?" 

Vivian agak mengernyit kedatangan tamu yang sepertinya terkena tekanan mental, "Tidak, anak itu sedang sakit."

"Apa dia tidak punya telepon!? Mengapa ada anak tidak sopan yang mencoba meneleponnya melalui telepon sekolah??" Nadanya itu galak dan tinggi.

"...Siapa?" suara Liam terdengar penasaran.

"Namanya Jonathan Sage." 

Vivian menggeleng, "Bukan, siapa nama orang yang menelepon?"

"Kubilang Jonathan Sage!" jawab wanita itu gemas.

Vivian mengernyit bingung, "Jonathan Sage itu anak kelas kami."

"Lalu? Apa anak itu tengah iseng menelepon untuk mencari dirinya sendiri? Ia pintar bahasa Inggris tapi nada bicaranya sangat tidak sopan!  Melakukan spam panggilan dan mengganggu orang-orang TU." Ucapnya sebelum melepas pegangan pintu dan berjalan melalui kelas mereka.

Reaksi anak Untitled semuanya kaget juga bingung, fokus mereka dipecah 

Ina langsung menoleh ke arah Liam. "Liam, Jes, ada di kamarmu kan?"

Liam meneguk ludah. "Ya, aku tidak tahu apa yang dia lakukan sekarang, tapi sampai aku berangkat ke kelas pagi ini, ia masih tidur. Florie yang mengganti infusnya, ia juga lihat."

The Untitled Class: Tahun PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang