Bulan Agustus, mulai terasa bahwa anak-anak Untitled adalah anak-anak yang berprestasi. Mereka sudah menonton pertandingan karate Amos. Juga menonton lomba biola solo Muna, serta lomba baca puisi Ina.
Kali ini mereka diundang untuk menonton lomba piano klasik Muna.
Liam asik memotret satu persatu dan mengabadikannya. Sementara Sheva yang tidak tahu ingin melakukan apa itu ikut berdiri, kemudian memanggil, "Liam!" dan memotretnya ketika menoleh. "Aku hanya penasaran apakah kami akan mempunyai foto dirimu di galeri. Kamu sibuk memotret semua orang."
Liam tersenyum miring, "Tidak ada yang memotret sebagus aku, sang multitalenta ini."
"Tch." Sheva berdecih, tapi ia memilih menemani Liam jadi ia mendekat.
"Lucas juga mengatakan yang sama, aku sibuk memotret jadi ia khawatir aku tidak ikut terabadikan. Hm ... kalau aku tidak salah ingat, Peia juga pernah mengatakannya."
Sheva terdiam, "Kamu dekat dengan Peia?"
Liam mengarahkan kameranya kearah Muna yang tengah berada di panggung. Ia begitu fokus, sebelum bergerak ke tempat lain untuk mendapatkan gambar yang lebih bagus.
Sheva yang merasa hanya akan mengganggu jika memaksa mengobrol memilih untuk kembali duduk ke kursinya.
Jujur, Liam bahkan tidak sadar Sheva bertanya padanya, ia sudah terlalu fokus untuk menjepret.
Sementara Jes keluar dari ruangan setelah menonton Muna selesai memainkan bagiannya. Ina yang melihatnya dan merasa bosan, memilih untuk menyusul.
"Jes! Kamu mau kemana?"
Jes berbalik melihat Ina yang berlari menysulnya. "Aku mau beli minum."
"Ikut."
Jes hanya mengangguk, tetapi ia tidak menduga Ina akan memasukkan tangannya ke sela sikunya dan memeluk tangannya. "Jes, kamu tahu? Kamu harus belajar cara menjadi lebih seduktif. Jangan sia-siakan wajah tampanmu."
Jes menarik tangannya dari pelukan tangan Ina, "Tidak, Ina, kamu yang harus belajar untuk menghargai personal space. Wajahmu cantik, sayang bila kamu hanya menunjukkan ubun-ubun."
Ina berlari menghalang dan menatap Jes. "Benarkah? Menurutmu aku cantik?"
Jes berhenti berjalan sejenak. Ia tidak pernah terlalu mengamatinya, tapi, "Ya."
"Lebih cantik daripada Peia?"
Jes mengernyit, "Kecantikan tidak seperti itu ... Orang bisa sama-sama cantik meski bentuk wajahnya berbeda." Jes kembali berjalan menuju ke supermarket.
"Tidak, menurutmu, cantik siapa? Siapa perempuan paling cantik di kelas?"
"Ada lebih banyak hal yang lebih bermanfaat untuk dipikirkan Ina ...."
"Tsk, memang, seperti kata Florie, dasar psikopat. Tidakkah kamu harusnya paham pertanyaan wanita."
Jes berhenti berjalan. Kata "psikopat" itu terngiang di kepalanya.
"Kenapa berhenti?" Ina mengernyit tidak mengerti. "Jangan bilang setelah begitu apatisnya, sekarang kamu terluka hanya karena aku menyindir sedikit."
Jes berusaha untuk berhenti memikirkannya, melihat ke arah Ina, "Apa sih maumu? Aku haus." Ia tersenyum tipis, sebelum melanjutkan jalannya ke minimarket.
✽
Keesokan harinya, sekolah Pendiri Roen tengah mengadakan Bazaar di lapangan. Tidak ada pelajaran hari itu.
Peia yang tidak terlalu tertarik dengan bazaar mencari tempat berteduh dan di tangga lapangan yang juga dapat digunakan sebagai tempat duduk, ia melihat Amos.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Untitled Class: Tahun Pertama
Ficción General#1 Jenius - 27/4/2024 Sepuluh anak jenius mendapatkan tiket emas untuk bersekolah di Sekolah Pendiri Roen secara gratis! Ditambah lagi mereka akan diberi asrama exclusive yang satu kamarnya hanya berisi satu orang dan diberi uang saku! Mari tidak m...