02 • First Aid

58 8 0
                                    

Happy reading, Love!

^^^

Yeji dan Ryujin sedang sibuk dengan soalan matematika, hasil dari kelas mereka hari ini di jam ketiga dan empat. Selain rooftop, ruang kesehatan merupakan spot terbaik bagi keduanya untuk menghabiskan waktu setelah makan siang. Seperti saat ini, dua gadis tersebut saling duduk berhadapan di meja utama ruangan berbau obat-obatan tersebut. Keluar-masuk ruangan ini menjadikan mereka kebal akan bau yang sedikit memuakkan itu. Sehingga, sekarang keduanya tanpa masalah berlama-lama di sana.

"YAK! SHIN RYUJIIIINNN?!"

Mereka berdua terkejut bukan main saat persona tak asing membuka pintu dengan kasar pun berteriak demikian. Dikarenakan hapal tingkah sang pendatang, Ryujin—sosok yang jelas-jelas disebut namanya—mulai bersuara. "YAK! BISA TIDAM KAU MASUK PAKAI SOPAN SANTUN?!" katanya naik pitam.

"Maaf, hehehe."

Dia si berisik Beomgyu—begitulah penilaian Ryujin.

Saling mengenal karena berada di ekstrakulikuler yang membutuhkan dukungan bagi kesehatan, Beomgyu selalu bisa bertegur sapa dengan Ryujin. Dan itu menjadikan keduanya tahu perangai masing-masing. So, jangan heran jika mereka extra berisik saat berdekatan.

"Mau apa kau kesini?" sewotnya dan tidak ketingalan tatapan sinis nan mematikan.

"Sewot amat, Nek Lampir?" ujar Beomgyu dengan berani. Kemudian mendudukkan diri di stool kosong, sebelah Yeji. "Nonna kenapa di sini? Nonna sakit?" Bernaungkan mata berbinar dia memandang Yeji. Yeji yang untuk pertama kalinya diperlakukan demikian oleh makhluk di sampingnya itu berhasil dibuat kikuk.

"Tidak, kok," jawab Yeji sesingkatnya disertai senyum simpul.

"Haish," desis Ryujin. "Sudah! Pergilah jika tidak ada keperluan."

"Ya Tuhan, kenapa galak sekali, sih? Sedang datang bulan, ya?" celetukan asal itu benar-benar membuat Ryujin jengah. Dengan buku tulis dia berhasil menyalurkan perasaannya, tepat di dahi bocah itu. Aduan layaknya anak kecil berhasil keluar begitu saja dari mulut bebeknya. "Yak! Sakit tauk! Nanti kalau kepalaku bocor, gimana?"

"Biar! Aku tidak peduli! Pergilah! Kau ini hanya mengganggu di sini." Ryujin makin kalap.

Bukannya Yeji ketakutan sehingga membuat dirinya bungkam. Hanya saja, dia sedang menikmati tontonan yang sudah tidak asing lagi baginya. Hal seperti ini selalu terjadi tiap kali dua makhluk di hadapannya bertemu tatap. Bak Tom dan Jerry yang seolah-olah tidak ada kata damai di kamus masing-masing kubu.

"Apa kamu bilang?! Pengganggu?!" Beomgyu tersulut. "Aku datang karena—"

"CHOI BEOMGYU?!" Kali ini suara datang dari luar. Sontak saja adu argumen itu terhenti dan serempak keduanya menoleh pada ambang pintu yang terbuka pun masih kosong. Berbanding terbalik dengan Yeji yang langsung membeku di tempat setelah mendengarnya. Ia kenal dengan suara itu. Itulah suara orang yang ia candui selama satu tahun terakhir—Choi Yeonjun.

"Kenapa kau di sini? Aku mencarimu dari tadi."

Makin tertunduk persona Hwang dalam duduknya manakala suara itu makin lantang. Yeonjun sudah mengambil bagian di ruangan ini dan sungguh ... Yeji tidak ingin melihat sosok itu. Walaupun hati kecilnya sangat ingin memanfaatkan kesempatan ini, tetapi dia tidak bisa melakukannya.

"Untunglah kau datang, Yeonjun. Cepat bawa dia pergi. Kepalaku sakit mendengar ocehannya," adu Ryujin. Dia melempar asal buku yang tadi ia gunakan untuk memberi pelajaran pada si cerewet Beomgyu di atas meja.

"Kau ini suka sekali mengganggu orang. Ayo, cepat! Coach sudah menunggu," omel Yeonjun seraya berkacak pinggang.

"Aku ke sini karena mau berobat, Hyung. Lihat ini!" Beomgyu menunjukkan telunjuk bergaris satu dan berwarna merah pada sang kakak. Langsung saja tatapan tajam Yeonjun berubah datar.

Èvasion • Yeji&YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang