06 . Beloved

62 4 4
                                    

 "Di semesta ini, kamu—aku adalah matahari dan bulan, Yeonjun."

-o-

Yeji sedang duduk sendiri di atap sekolah. Beberapa kali dia mengarahkan telepon genggam ke telinga kiri maupun kanan dengan gelisah. Sampai percobaan yang ke-sepuluh, akhirnya dia menyerah. Ia hanya berusaha untuk menghubungi sahabatnya—Ryujin—yang hari ini kembali absen untuk mengisi jadwal kehadiran. Tidak ada kabar, baik telepon atau pun pesan singkat, semuanya belum terjawab.

Yeji sangat membutuhkan kehadiran sosok itu sekarang. Ia menginginkan genggaman pun pelukan erat dari separuh kebahagiaannya secepat mungkin. Baginya, Ryujin adalah ramuan penawar nan mujarab guna mengobati kesedihannya.

Ialah, kecemasan yang telah membuat gadis Hwang tersebut dalam kondisi yang demikian. Yeji merasa kosong, Yeji merasa hilang arah. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Yeji ingin sekali menangis sekuat-kuatnya kala mendapati dirinya yang harus mengalami sesuatu yang tidak diinginkan terjadi seorang diri, seperti saat ini.

"Tuhan, aku harus bagaimana?" gumamnya dengan lesu.

Sampai pada panggilan yang membuat kepalanya bangkit, Yeji diam termenung. Ah, bukan. Dia sedang memikirkan sesuatu.

"A-apa yang kamu lakukan disini?" tanyanya heran pada presensi siswa yang sudah berdiri tidak jauh di belakangnya bersama senyuman lebar juga satu kantong plastik berukuran sedang di tangan kanan.

Tanpa menjawab, dia mendekati Yeji. Duduk beberapa sentimeter darinya dan meletakkan bawaannya itu tepat di antara mereka. Yeji dibuat tercengang ketika pendatang itu mengeluarkan benda dari kantong plastik yang ternyata dua kotak makan beserta dua gelas plastik minuman yang diantaranya favorit Yeji—strawberry milkshake.

"Eh? A-apa yang kamu lakukan, Yeonjun?"

Yeonjun menoleh sekilas sebelum membuka tutup satu kotak makan tersebut. Lalu, ia menjawab, "Makan siang. Ini untukmu. Dua hari lalu, aku melihatmu makan ini. Entah benar atau tidak, tapi kuharap aku tidak salah."

Satu porsi makanan berhasil dipindahkan ke tangan Yeji. Namun, dia tidak begitu saja mengambil sesendok makanan yang juga menjadi favorite-nya.

"T-tapi, Yeonjun ..., kenapa kamu—"

"Shhh! Makanlah dulu. Nanti kita bicarakan ini, Okay?"

Hangatnya senyum Yeonjun pun tatapan nan menenangkan dengan mudah menyihir rasa penasaran Yeji menjadi kenyamanan. Puteri Hwang itu tersentuh dan dikarenakan aksi siswa disebelahnya itu, bulir bening menggenang tipis di pelupuk mata; dalam tunduknya menatap lamat kotak makan siangnya sekarang.

"Selamat makan!" seru Yeonjun bersama senyum yang masih merekah.

Tatapan mereka bertemu beberapa detik dan Yeonjun mulai melahap makanannya. Melihat Yeonjun yang begitu lahap, air mata Yeji tidak bisa terbendung lagi.

"Selamat makan," lirihnya kembali dalam tunduk.

Yeji menangis pada suapan pertama. Hatinya benar-benar meleleh karena bahagia hingga tidak lagi mampu baginya mengucapkan syukur dengan kata-kata. Untung saja gadis bermarga Hwang itu membiarkan rambut panjangnya tergerai, jikalau tidak, Yeji sendiri tidak mengerti akan berbuat apa.

"Terima kasih atas makanannya."

Yeji bersuara saat makanannya tidak lagi tersisa. Yeonjun yang sedang menikmati jus jeruk mengangguk dengan pipi menggembung.

"Terima kasih kembali," sambutnya setelah berhasil melesatkan cairan itu dalam kerongkongan.

Suasana kembali hening selama Yeji membereskan bekas tempat makan mereka dalam plastik. Menyisakan gelas minuman masing-masing, akhirnya Yeji bisa duduk tenang dalam chaos-nya pemikiran. Ia ingin memulai percakapan, tetapi ketidak-percayaan dirinya pasang surut.

Èvasion • Yeji&YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang