05 . Hide and Seek

48 4 2
                                    

"Di semesta ini, kamu‐aku adalah matahari dan bulan, Yeonjun."

-o-

Hari baru yang berbeda bagi Yeji. Setelah makan siang tadi, ia segera mencari spot terbaik untuk menghabiskan waktu yang tersisa. Memilih perpustakaan untuk menikmati kesendiriannya, Yeji lagi-lagi berkutat dengan buku dan alat tulis. Kebiasaan yang memang sudah mendarah daging bagi dia dan Ryujin lakukan saat tengah hari di sekolah; mengulang materi yang sudah didapat dan melakukan pemanasan untuk materi yang akan diterima di kesempatan selanjutnya.

Dua puluh menit tersisa sebelum proses pembelajaran kembali di mulai. Namun, tepukan seseorang di pundak kanan Yeji berhasil menginterupsi fokus si cantik Hwang dari buku yang sedang dibaca.

"Oppa?" sebut Yeji tanpa suara sedetik ia menoleh dan paham siapa gerangan yang datang untuk menyapa.

Siswa tersebut tersenyum hangat. Lalu melangkah untuk menempatkan diri di kursi seberang meja. Tanpa kata, ia menunjukkan layar ponsel yang menyala. Di sana tertulis: Apa kamu sibuk? Aku ingin bicara sebentar.

Tanpa ragu, Yeji menggeleng tanpa melepas senyum simpul itu. Ia pun tidak mengulur waktu untuk mengemas barang dan berjalan berdampingan menuju pintu perpustakaan.

"Tadi Oppa mencarimu ke atap dan ruang kesehatan. Beruntung ada yang melihatmu di sini, jadi Oppa bisa menemuimu," ujar siswa itu setelah dirasa sudah keluar dari zona 'DIHARAP TENANG' tersebut.

Yeji yang mendengar itu tersenyum. Niat hati ingin menjawab, tetapi 'Oppa' -nya kembali bersuara, "Kenapa sendirian? Dimana Ryujin?"

"Hari ini Ryujin tidak masuk sekolah. Dia sedang sakit." Si pendengar mengangguk ringan. "Ohya, Oppa. Bagaimana kabar, Oppa?"

"Oppa baik. Bagaimana denganmu?" sambutnya bersamaan kepala yang menoleh. Senyumnya kian mengembang saat tatapan mereka bertemu dan melihat Yeji dengan air muka yang bahagia mengabarkan keadaannya.

"Yeji juga baik, Oppa."

"Syukurlah," sambutnya lega.

Langkah keduanya berhenti di bangku taman yang tidak jauh dari perpustakaan. Duduk berdampingan seakan tidak ada kecanggungan yang membersamai kala waktu mereka miliki bersama. Sebuah kotak berukuran 8cmx8mx3,5cm berwarna dasar putih dan maroon pada tutupnya, siswa itu keluarkan dari saku jas tidak lama mereka duduk di sana.

"Ini," katanya bersamaan tangan terulur. "Hannah membuat ini khusus untukmu," lanjutnya menjelaskan setelah melihat Yeji terlihat bingung.

Mendengar embel-embel 'Hannah' , keraguan Yeji sirna begitu saja. Dengan antusias, dia menerimanya dan mencari tahu benda apa yang disembunyikan oleh kotak kado yang diikat dengan benang putih itu.

"Waaah ..., ini imut sekali," pujinya begitu mendapati dua gelang manik menyapa penglihatan. Dia mencuri pandang si pemberi yang masih setia mengulum senyum. Kemudian, dengan kebahagiannya ia memindahkan mereka pada pergelangan tangan kanan yang masih kosong. "Ini cantik sekali. Terima kasih banyak, Oppa," imbuhnya seraya memandang intens pada satu-satunya manik berwarna kuning dengan 'smiley face' di permukaan.

"Hannah bilang, dia rindu. Makanya, dia menyuruh Oppa memberikan ini sejak empat hari lalu. Tapi, maaf. Oppa baru bisa memberikannya sekarang."

Ekspresi excited gadis Hwang berubah seketika. Bukan dengan wajah kecewa, ia hanya menggantinya dengan mimik yang terkesan dewasa; senyum simpul sarat akan kalimat 'Don't worry. I'm Okay.'

"Yeji paham kesibukkanmu, Oppa. Oppa bisa telepon Yeji, kok. Jadi, Oppa tidak perlu repot-repot mencari Yeji. Bukannya, apa. Yeji hanya kasihan dengan Hannah. Dia pasti terus bertanya apa Oppa sudah memberikannya padaku, bukan?"

Èvasion • Yeji&YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang