00:˙˚ʚ𝐌ɞ˚˙¹

448 75 2
                                    

"Boss, ini data hasil para penyusup. Jadi bagaimana Boss? Kita bunuh atau.. Kita siksa dulu baru kita bunuh?" Seorang lelaki yang mirip dengan Rindou kini berdiri dihadapan sang Tuan, hanya meja kerja Tuannya yang membatasi mereka berdua.

"Ran, habisi mereka semua yang menyusup dan memata-matai Bonten. Seterah Mu saja.. Mau dibunuh kek mau disiksa dulu kek. Yang penting mereka mati." Ran namanya. Atau lebih lengkapnya Haitani Ran. Saudara dari Haitani Rindou, alias Kakaknya laki-laki ubur-ubur itu.

Ran mengangguk, lantas menaruh sebuah map berwarna merah itu dimeja kerja Manjirou. Dia pamit pergi, dan ruangan itu kembali sepi.

Manjirou mengusap tengkuk lehernya kasar, semenjak pulangnya dari desa atau lebih tepatnya dari hutan itu ia mendapatkan tubuhnya yang pegal-pegal.

Seperti sedang memikul beban-beban anak pertama. Sangat berat dan melelahkan.

Ia beralih memijat pangkal hidungnya, tiba-tiba saja tubuhnya berkeringat semua. Kepalanya berputar. Ia tidak sanggup.

Manjirou pun merebahkan kepalanya di meja, tapi sebelum itu dengan tangan gemetar ia ambil handphone nya yang tergeletak di sampingnya.

Dia memencet kontak, dan menelfon Sanzu. Menyuruh Sanzu untuk membawakannya seorang tukang pijat. Seterah berjenis kelamin apa, yang penting pegal-pegal nya hilang.

Setelah selesai menelfon, dan Sanzu bilang bahwa tukang pijat itu akan sampai dalam lima menit. Ia taruh handphone itu kembali disamping nya. Manjirou menggunakan waktu lima menit itu untuk memejamkan matanya sebentar.

Sebelum tukang pijat itu datang.

***

Slush!

Manjirou langsung membuka matanya lebar, mata hitam legam itu yang tadinya terpejam kini terbuka lebar. Menatap kaget dan nyalang kepada seorang gadis yang dengan berani nya mengusap hidungnya.

Manjirou langsung meneggakan kepalanya, dia berdiri. Dan menatap tajam gadis yang berada di hadapannya itu. Anehnya sang gadis malah cengengesan. Enggak takut sama sekali.

Rada bikin Manjirou heran.

"Berani sekali, Kau pikir itu sopan?" Kesal Manjirou. Gadis itu yang tadinya cengengesan kini mengubah raut wajahnya menjadi datar. Dia menghembuskan nafasnya pelan, dan membungkuk.

"Gomen, soalnya Anda tampan. Jadi, Saya suka." Alasan macam apa itu, hah?! Manjirou si seneng dipuji seperti itu, cuman ya tau situasi dong! Gombal diwaktu yang enggak tepat.

Manjirou menatap gadis itu dari atas sampai bawah, dan mengerutkan alisnya. Gadis itu memakai dress putih, bersamaan dengan topi ala bangsawan yang ia pakai dikepalanya. Tapi, ada yang janggal.

Kenapa dibagian bawah sebelah kanan dress itu terdapat sebuah bercak darah? Manjirou penasaran.

"Kenapa bagian bawah mu berwarna merah? Kau sedang menstruasi?" Sebenarnya tidak masuk akal kalau dipikir itu menstruasi, karna masa hanya dibawah bagian dekat kaki?

"Ah, anoo tadi Aku menginjak darah ayam tetangga." Tidak masuk akal. Namun, Manjirou tidak perduli.

"Huhh, Aku sedang pusing. Jadi Aku tidak akan meributkan hal itu." Gadis itu mengangguk. Ia malahkan dalam hati bersorak gembira, karna Manjirou tidak bertanya lebih detail kenapa pakaian itu berdarah.

Ghosts are following You! [𝐒.𝐌𝐀𝐍𝐉𝐈𝐑𝐎𝐔 × 𝐑𝐄𝐀𝐃𝐄𝐑]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang