O1 ; nama

3K 149 0
                                    

langit jakarta masih sering menyapa manusia di bawahnya melalui hujan di penghujung bulan febuari. sepertinya ia tidak tega membiarkan anak-anak bumi kegerahan, oh atau malah ia sudah muak dengan keluhan yang tiada ujungnya? apapun itu, untunglah, karena otak ashel seolah mempunyai tombol otomatis yang membuatnya bekerja lebih keren dari biasanya apabila hujan datang.

aneh, tapi nyata. mungkin kamu juga mengalaminya?

Seperti halnya sekarang: melihat titik-titik hujan yang membentuk pola acak pada jendela kafe entah mengapa membantu ashel dalam mengatur isi kepalanya. gadis itu hanya perlu mengadu tatap dengan mereka, lalu senyumnya akan merekah karena ide-ide brillian yang semula malu-malu mulai muncul ke permukaan.

sepertinya-masih dugaan, sih-ashel lahir ketika hujan turun, seolah ikut merayakan kehadirannya di bumi. sekonyol apapun kedengarannya, ashel tidak peduli, karena dengan begitu, ia tidak merasa sendiri.

"atas nama ashel."

ashel mengalihkan atensinya dari bulir-bulir air, berpindah pada seorang lelaki di balik pantry yang barusan menyebutkan nama nya.

ashel berusaha menampakkan raut normalnya.

gadis itu bangkit, tungkainya bergerak hingga ujung sepatunya meyentuh pantry. kedua tangannya menangkap segelas es kopi yang terletak di antaranya dan lelaki barista itu. manik mereka sempat saling menyapa dalam sekali pandang, tapi ashel buru-buru mengalihkannya. ia menjejalkan senyum dan ucapnya, "makasih, mas." sebelum berbalik menuju tempat duduknya.

bukan cuma tetes-tetes hujan di jendela yang membuat ashel senang akan kehadirannya, tapi ada sesuatu yang lain, yang selalu menarik ashel untuk terus menduduki tempatnya sekarang.

tak lain adalah lelaki itu, yang ashel belum ketahui namanya.

Take it Away (Delshel) [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang