O7 ; sore

1K 106 1
                                    

kafe 'kalau' mempunyai setidaknya enam sampai tujuh meja di dalam, tapi mengapa gadis itu selalu duduk di sebelah jendela yang pasalnya akan terkena sinar matahari di jam-jam tertentu itu, ya? padahal ada spot yang menurut adelio lebih nyaman dan sejuk. bahkan, adelio sempat menyamakan ashel dengan tumbuhan; gerakannya selalu minim karena kebayakan melamun ditempat.

ah iya juga, setelah mengalkulasi hasil observasinya selama satu bulan lebih ini, adelio sempat menduga-duga mengenai hobi melamun gadis itu: sepertinya ashel menggunakannya untuk berpikir. karena biasanya setelah melamun, raut sumringah akan tercetak di wajahnya sembari ia mengetik kembali di laptopnya. masuk akal juga, sih.

"del." oktaniel di sampingnya menginterupsi pikiran adelio. "lo jadi ngejar wisuda mei, kan?"

meski tidak tahu kenapa oktaniel tiba-tiba bertanya hal tersebut, adelio menganggukkan kepala.

"asik, gua doain lancar. revisian lo apa kabar?"

"baik-baik aja doi di kos."

oktaniel terkekeh, yang seketika lenyap ketika ia ragu-ragu bertanya, "nyokap bokap ... bakal dateng?"

gerakan adelio yang tengah mengelap gelas terjeda. "hm ... belum pasti, nil. bokap udah pasti bisa, gua harap. tapi nyokap ... gua nggak tahu nyokap kuat apa enggak."

"del ... kalo lo butuh bantuan gua ... sori sebelumnya, gua nggak bermaksud apa-apa, tapi lo temen baik gua, del, gua cuma mau yang terbaik juga buat lo. lo bisa pake mobil gua, kapan pun lo mau."

adelio kini sepenuhnya menghentikan aktivitasnya. ia menghadap oktaniel dan melempar senyum penuh arti. "makasih, nil. nanti kalo gua butuh, gua pasti bilang lo."

oktaniel menepuk bahu adelio mantap, seolah ingin mengirim kekuatan pada sahabatnya. "lo ada kenalan barista lain nggak, del? yang jago juga kayak lo, tapi."

"ada lah gampang nanti gua kenalin. udah bosen kerja sama gua?"

"jaga-jaga aja siapa tau lo mau hengkang lebih awal, kan."

"rese lo."

Sepasang sahabat itu lantas berbagi derai tawa.

adelio masih tersenyum simpul ketika matanya tak sengaja terarah ke posisi ashel. gadis itu bertopang dagu melihat langit cerah di luar. ada kurva kecil yang menggantung di bibir nya. pemandangan itu mengundang adelio melongokkan kepala untuk mengintip langit dari tempatnya berdiri. ah, sepertinya adelio tahu kenapa gadis itu selalu memilih untuk duduk di meja itu.

rasanya, gadis itu memang cocok apabila disandingkan dengan sinar mentari sore yang keemasan. ada kehangatan yang adelio dapatkan dari keduanya, sampai tak terasa kehangatan itu mencapai hatinya.

Take it Away (Delshel) [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang