17 ; pendam

846 82 1
                                    

ashel pernah berandai-andai menjadi langit—menurutnya, langit selalu mempunyai cara untuk mengungkapkan isi hati. sirus, stratus, kumulus. semuanya bentuk yang berbeda-beda. biru, oranye, hitam, dan warna-warna lain yang tergradasi begitu cantik. dan, hujan. sampai sekarang pun ashel masih mengira-ngira bagaimana rasanya jadi langit; jauh dan megah tapi masih tampak bersahaja. langit bagaikan teman kecil yang tumbuh bersamanya.

saat ashel bilang bahwa hujan dapat menepis segala rasa sepinya, ashel secara tidak langsung juga menyatakan bahwa ia menyukai langit sama banyaknya. langit adalah penghibur paling ulung yang selalu ada dimana-mana.

jadi ketika ashel menyusuri jalan setapak antar fakultas sambil memandangi langit cerah di atasnya, ia berharap segala beban tak kasatmata yang menduduki pundaknya dapat terasa ringan setidaknya untuk sesaat.

tidak ada yang pernah selesai. merasa lebih baik bukan berarti pikiran-pikiran itu lantas hilang.

haruskah ashel berhenti memikirkan segalanya dengan sebegitu berlebihannya? nyatanya, ashel sendiri bingung, apakah bentuk usahanya selama ini murni untuk melakukan apa pun dengan sebaik mungkin, ataukah hanya omong kosong untuk membuatnya tampak telah melakukan yang terbaik? sangat berbeda, bukan?

ketulusan memang tidak pernah bertindak pamrih ... tapi, tidak bolehkah ashel mendapatkan kemudahan untuk dirinya juga?

"ashel katmora!"

"ashell!"

langkah ashel terhenti. tiga perempuan yang sangat familier itu menghambur ke arahnya.

"makan, yuk, shel! laper banget, nih."

"aku mau siomay, deh. ke bonbin aja, gimana?"

"mau kemana lagi, sih, selain ke sana?" ketiganya pun tertawa, ashel cuma tersenyum.

"ashel mau makan apa?"

"mm, indomie?" sahut ashel pelan.

"ya ampun."

empat sekawan itu pun terbahak.

"btw, udah pada ngerjain rancangan intervensi, belom?" kathrina bertanya.

marsha yang menyahut, "mager parah nggak, sih? aku bahkan belom buka ppt-nya."

"mageran terus sih kamu, sha." indah kemudian beralih pada ashel. "contoh tuh ashel, gercep abis soal tugas. ya 'kan, shel?"

kathrin, dan marsha sama-sama menyorot ke arah ashel yang hanya bisa memberikan senyum sebagai jawaban.

kadang, bukankah yang membuat kita tidak bisa berhenti adalah ekspetasi?

Take it Away (Delshel) [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang