Take it Away (Delshel) [End]✓

22 ; berita

kafe sedang sepi; cuma ada dua pengunjung yang datang. adelio tidak menemukan presensi ashel dan ia menganggap bahwa mungkin hari ini gadis itu tidak akan datang. apa mungkin gara-gara peristiwa kemarin, ya? seharusnya adelio sadar, frasa 'nggak papa' yang dilontarkan perempuan kadang tidak sama dengan makna aslinya.

"del, semalem lo bilang mau ngomong sesuatu, apaan tuh?" oktaniel, yang datang dari dapur sambil mengelap tangannya, menatap adelio penasaran.

adelio mengarahkan bola matanya ke atas, mengingat-ingat. "oh, itu, gua bakal break dulu dari kafe, mau ngurus administrasi. kalo mulai minggu depan, lo masalah nggak?"

"eh, iya juga ya, ini udah april. ya boleh lah, santuy sama gua mah."

"terus ... kayak nya gua bakal pinjem mobil lo, nil. gua bakal jemput bokap nyokap. sori banget ya ngerepotin lo."

"dih, apa sih sori sori. kan gua juga udah bilang kalo gua siap bantuin lo. lo udah ada rencana abis wisuda, del?"

adelio mengangguk. "gua bakal ngelamar di perusahaan tempat gua magang dulu, mereka juga nggak lama kemarin sempet ngehubungin gua."

"mantap abis." oktaniel menyeringai bangga. "lo nggak mau lagi dong bantuin gua dikafe? yah, sedih sih gua, padahal lo kerjanya licin banget. gua udah suka."

adelio memandang oktaniel aneh, kemudian menggeleng-gelengkan kepala. ia baru akan membalas ketika ponselnya bergetar. ayahnya menelpon.

"halo, pa—"

adelio sempat menyapa lengkap, mulutnya keburu dibungkam oleh rentetan kalimat yang ia dengar lewat speaker. matanya sempat melebar dan garis-garis wajahnya menegang. oktaniel yang menyaksikan turut merasa penasaran sekaligus khawatir. adelio masih menempelkan ponsel ke telinga setelah panggilan berakhir.

"del. del, kenapa?"

adelio mengarahkan pupilnya ke arah oktaniel, gumpalan ditenggorakan nya terasa sulit untuk ditelan. "nyokap, nil ...," jawab adelio lemas. "nyokap nge-drop."