Sabenarnya diam-diam Naruto itu merasa sangat bersalah sekali terhadap sobatnya. Yang tidak lain adalah Sasuke. Karena …
Sebelum bayi berambut merah muda itu ditemukan Sasuke, Naruto sudah menemukannya lebih awal.
Jadi ceritanya sore itu Naruto pulang ke rumah setelah nongrongan bareng gengnya. Tepat di depan pintu rumahnya, ada sebuah keranjang dan sosok bayi di dalamnya. Bayi itu tengah tertidur.
Naruto tentu saja panik. Ia ingin meminta bantuan pada tetangganya, namun reaksi kebanyakan orang malah menganggapnya negatif.
"Kelakuan anak jaman sekarang memang begitu."
"Iya, masih sekolah aja udah berani ngehamilin anak orang."
"Gak heran banyak bocah hamil diluar nikah."
Begitulah kata-kata mereka yang membuat Naruto bingung harus bagaimana. Masalahnya Naruto tinggal sendirian dan ia tidak punya uang banyak tuk mengurus bayi itu.
Sebab itulah Naruto malah teringat dengan Sasuke, temannya yang bisa dibilang kaya. Naruto berpikir kalau Sasuke saja yang mengurusnya pasti akan lebih mudah.
Naruto ingat dengan sebuah kata-kata yang berbunyi 'semua masalah dapat diatasi kalau ada uang'. Entah dari mana kata-kata itu berasal yang jelas ada benarnya juga.
Dan begitulah. Naruto pun mengambil kertas dan menuliskan sesuatu yang berhubungan dengan bayi imut itu. Dibuat seolah ibunya si bayi yang telah menuliskannya. Naruto menambahkan nama Sasuke di kertas itu sebagai bumbu pelengkapnya.
"Maaf ya, bro. Gue gada pilihan lain," gumam Naruto menoleh ke kanan kiri depan belakang untuk memastikan kalau tidak ada orang lain yang melihatnya. Kemudian barulah Naruto meletakkan keranjang bayi itu di depan rumah Sasuke.
Sebelum pergi, Naruto mengetuk pintu rumah Sasuke terlebih dahulu.
..
.
Dan ya begitulah ceritanya. Naruto mana mau mengungkapkan apa yang terjadi sabenarnya."Gimana nih, bos? Itu bayi mau tetep Lo asuh?" tanya Suigetsu sambil mengambil air minuman di dalam kulkas Sasuke.
Sasuke sendiri tampak lelah dan stres. Dia sibuk meminum sebotol birnya.
"Gapapa kali bayi ini kita urus bareng-bareng aja," kata Karin yang tampak senang menimang bayi tersebut.
"Kita? Lo aja kali," sahut Suigetsu gak sudi ikut-ikutan jadi baby sitter.
Karin mendelik sewok. "Apa sih lu! Yang gue maksud 'kita' itu gua sama Sasuke ya!!"
"Ya itu kalau Sasukenya mau sama modelan kaya elu," balas Suigetsu lagi sambil menyeringai, membuat Karin ngamuk dan pada akhirnya mereka ribut.
Naruto mengambil alih bayi di tangan Karin karena gara-gara mereka adu bacot, Sakura jadi menangis. Berisik sih.
Sementara itu Juugo cuma diam menonton dan malah ikutan Sasuke tuk mabuk-mabukan.
Melihat semua itu membuat Naruto geleng-geleng kepala. Naruto beralih menatap bayi digendongnya dengan iba.
'Maaf ya dedek bayi, kayaknya Sasuke lebih cocok jadi bapak Lo daripada gue,' kata Naruto dalam hati sambil meletakkan bayi Sakura di atas single sofa yang letaknya dekat dengan Sasuke dan Juugo. Setelah itu Naruto pun pamit untuk pulang karena jam sudah menunjukkan tengah malam.
"Gua juga mo balik lah," ucap Suigetsu setelah puas ngeledekin Karin. Di susul dengan Karin yang pamit pulang.
Dan Juugo jadi yang terakhir.
"Bro, Lo yakin mau ngurusin itu bayi?" tanyanya mengulang perkataan Suigetsu.Wajah Sasuke sudah memerah akibat mabuk, tapi dia masih bisa menjaga kesadarannya. Dan Sasuke pun mengangguk sebagai jawaban. "Sampe orangtua nih bocah ketemu."
Juugo tampak berpikir. "Kalau bang Itachi sama kedua orangtua lu tau gimana?"
"Gak akan. Mereka gak akan tau."
Juugo tampak tidak setuju. "Cepat atau lambat mereka bakal tau."
"Ya makanya elo cepetan bantu gua cari orangtua nih bocah!" kata Sasuke mulai ngegas.
Kali ini Juugo gak berani nyahut lagi. Sebelum menyusul kepergian Suigetsu dan Karin, Juugo pun memberi saran. "Ada baiknya lu buang aja tuh bayi. Lagi pula dia bukan siapa-siapa elu. Ngapain sampe repot-repot cari orangtuanya segala."
Sasuke terdiam. Kalau dipikir-pikir benar juga apa kata Juugo. Ngapain ia repot-repot cariin orangtua bayi itu?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Saku
أدب الهواةEntah mau disebut sebagai berkah atau kesialan. Sungguh Sasuke masih anak sekolahan yang butuh bersenang-senang, tapi kenapa takdirnya begitu sengenes ini. Kehidupan remajanya harus diganggu oleh kehadiran bayi mungil yang sabenarnya gemesin, tapi...