📷 chapter t w e n t y e i g h t

1.8K 210 30
                                    

Suasana kampus tampak begitu ramai kala Alsa baru menginjakkan kaki di sana pagi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana kampus tampak begitu ramai kala Alsa baru menginjakkan kaki di sana pagi ini. Yah, tak heran memang. Sebab hari ini akan dilaksanakannya Dies Natalis Universitas Santosha yang ke-57. Setiap tahunnya, pihak yang berada di belakang selalu melakukan persiapan matang agar perayaan ini dapat terlaksana dengan meriah, di mana acara akan terdiri dari bermacam-macam rangkaian dalam satu hari penuh. Oleh karena hal tersebut, para mahasiswa akan sangat antusias untuk meramaikannya.

Pada salah satu sisi lapangan berumput luas yang berada tak jauh dari gedung rektorat, terdapat panggung besar yang sudah ditata dengan sedemikian rupa. Beberapa panitia sibuk bergerak ke sana-kemari sebab waktu pelaksanaan akan tiba tak lama lagi. Di sisi yang lain, stan-stan bazar sudah berjajar rapi, menjajakan produk terbaik mereka yang sesungguhnya didominasi oleh berbagai jenis kuliner. Sementara di sudut yang berlawanan, ditemukan pula beberapa tenda putih tempat diadakannya pameran mini dengan tema yang berkaitan dengan acara, memuat karya-karya luar biasa ciptaan tangan anak jurusan seni.

Sekumpulan mahasiswa yang terbagi dalam beberapa kelompok telah berada di lokasi, menunggu seraya mulai menjelajahi apa pun yang ada di sana. Kemungkinan mereka tak punya jadwal kelas pagi sehingga dapat mengikuti acara sejak dini. Sebagian lagi mungkin juga hanya ingin melihat-lihat sebelum mata kuliah pertama dimulai. Alsa pun sebetulnya ingin melakukan hal tersebut, tetapi ia tak mau sendirian. Alhasil ia hanya bisa membuang napas kecewa dan lanjut beranjak menuju gedung fakultasnya.

Ini merupakan Dies Natalis perdana bagi para mahasiswa baru, sehingga rasa penasaran yang besar muncul dalam diri mereka-mereka terhadap perayaan tersebut. Termasuk pula Alsa, tentunya. Maka dari itu, selepas mata kuliah terakhir usai pada pukul empat, rombongan kelasnya segera berbondong-bondong beranjak menuju titik lokasi. Dan seperti biasa, Alsa pergi dengan diapit oleh dua kawan dekatnya--Kania dan Jeremy.

"Kita telat banget nggak, sih, ke sananya? Jam segini pasti udah nggak rame lagi deh, acaranya," kata Kania ketika gedung rektorat sudah mulai terlihat.

Kemudian, Jeremy yang berjalan di samping Alsa menanggapi, "Kalau nggak rame, entar kita jajan aja, banyak stan makanan katanya. Atau nggak, kita bisa liat-liat ke pamerannya. Penasaran juga, sih, gue."

Mendengar itu, kerutan samar lekas terbentuk di dahi Alsa dengan pandangan yang terarah pada Jeremy. Ini aneh, pikir gadis itu. Yang ada dalam benaknya, Jeremy akan memberi balasan seperti: Kenapa tadi lo nggak bolos kelas aja biar nggak telat? atau, Ya udah mending lo pulang aja sono, mereka juga nggak akan peduli lo mau ikutan nonton apa kagak.

"Oh, bener juga lo. Tapi takut kalap gue Kalau urusannya sama makanan. Gue juga kurang minat sama pamerannya, sih, jujur."

Kedua mata Alsa sontak berpindah ke arah Kania, melayangkan sorot tak percaya pada kawannya. Ini juga aneh, pikir gadis itu. Mau seperti apa pun balasan yang Jeremy berikan, Kania pasti akan selalu menyahut dengan sewot seperti: Ngajak jajan tuh maksudnya lo pengen bikin gue gendut, Jer? atau, Kalau lo penasaran ya udah sih, nggak usah segala ngomong kita, lo sendiri aja sono nggak usah ngajak-ngajak!

Through the Lens [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang