📷 chapter t w e n t y n i n e

1.7K 207 18
                                    

Kecanggungan yang sempat tercipta di tengah-tengah Radya dan Alsa lenyap dengan cepat kala gadis berambut sebahu itu mulai mengalihkannya dengan bertandang ke beberapa stan makanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kecanggungan yang sempat tercipta di tengah-tengah Radya dan Alsa lenyap dengan cepat kala gadis berambut sebahu itu mulai mengalihkannya dengan bertandang ke beberapa stan makanan. Yang pertama tentu saja ice cream roll, sesuai yang Alsa inginkan sejak pertama kali Radya menawarkan. Pikirannya betul-betul dapat segera teralihkan tatkala sang penjual menunjukkan kelihaiannya dalam membuat dessert yang satu itu. Alsa memerhatikannya dengan kedua mata berbinar, dan pemandangan tersebut pun tentu tak luput dari pantauan Radya.

Laki-laki itu menggeleng-geleng pelan dengan satu sudut bibir terangkat. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa, melihat Alsa yang selalu tampak antusias dengan sesuatu yang baru pertama ia lakukan dalam hidupnya membuat Radya memperoleh kesenangan tersendiri. Rasanya ia ingin secara sukarela menawarkan diri untuk menemani Alsa mencoba hal baru lain yang dapat membuat ekspresi itu hadir kembali.

Kini satu cup besar berisi strawberry ice cream roll telah sampai di tangan Alsa, sementara untuk Radya hanyalah ice cream cone sebab ia tak begitu menyukai kudapan manis. Tampaknya Radya takkan sanggup menghabiskan porsi yang lumayan seperti milik Alsa.

Stan-stan berikut yang mereka jamahi adalah yang menjajakan aneka street food. Kali ini Radya hanya sibuk mengekori Alsa sebab ia tak begitu tertarik dan kebetulan perutnya memang sudah terisi penuh. Entah hanya karena lapar mata atau memang suka, jumlah plastik berisi beberapa macam makanan kian bertambah saja di tangan Alsa. Radya sempat takjub melihatnya. Ingin melarang karena takut gadis itu terlalu banyak menghabiskan banyak uang, tetapi Radya sadar ia tak berhak. Ia tak bisa apa-apa jika memang itu yang Alsa inginkan.

Terakhir, Alsa membeli sebotol air mineral. Namun, oleh karena tangan kecilnya sudah kepalang penuh, ia lekas menoleh pada Radya dan menyengir lucu. Radya dapat langsung mengerti bahwa Alsa tengah meminta tolong. Dengkusan samar pun lolos, tetapi pada akhirnya ia tetap menurut begitu saja.

Kemudian, Radya tersadar. Sepertinya hari ini ia mudah sekali mengalah tanpa mendebat sedikit pun. Seperti bukan dirinya saja.

"Makasih, Bang," ungkap Alsa, masih dengan cengiran yang tercetak di bibir. "Tapi, lo beneran nggak mau beli apa-apa?"

"Tinggal minta ke lo kalau gue pengen," Radya menyahut enteng.

Alsa merengut, kontan menjauhkan tangan, tampak seperti seorang bocah yang was-was mainan miliknya akan direbut.

"Astaga." Radya mendesah malas, lalu bersungut, "Iya, nggak akan minta gue, cil."

"Cil?"

"Bocil."

"Ih, udah dibilang stop bilang gue bocil!"

"Nggak bisa, kalau lo sendiri nggak bisa stop bertingkah kayak bocah."

"Apa sih, Bang? Mau stop gimana kalau tingkah gue emang udah gini dari sananya?"

"Ya udah, terima kenyataan aja kalau gitu, dan nggak usah banyak protes."

Through the Lens [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang